Minggu, 06 Mei 2012

surat untuk ayah dari pedalaman (new entri)

Ada sebuah syair Arab yg menyatakan "Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina".
Meskipun merupakan hadist dhaif, kata-kata mutiara itu yang membuat anakmu ini rela mengejar secuil ilmu di pedalaman ini.. Sebuah daerah yang sangat jauh dari keramaian, kebisingan, hingga kemunafikan dunia. Anakmu ini merelakan waktu sedikit saja perminggunya untuk mengabdi, memberikan sedikit ilmu yang pernah diperoleh dalam hidup dan memelas belas kasih ilmu dan hikmah dari seorang Doktor filsafat.
Dunia memang kejam ayahku. Memerlukan pengorbanan yang panjang untuk mencapai keridhaanNya. Pengorbanan fisik yang anakmu kerjakan ini bukanlah sebuah pengorbanan mulia layaknya pengorbanan Rasulullah, keluarga, dan sahabat dalam menegakkan diin-Mu. Atau pengorbanan anakmu ini juga tidak seperti pengabdian Omar bakri dalam mendidik dan mencetak para menteri. Anakmu ini hanya seorang mahasiswi yg berupaya meluangkan waktu dalam studi u mengejar sebuah hikmah dari ilmu yang sedikit itu,.

Ayah,, anak-anak disini juga termasuk seorang ummat.. Maka perlu juga anakmu ini memberikan sebuah pemahaman yang pernah aku peroleh dalam hidup..


Ayah, sangat lucu ketika aku mengingat awal mula bisa ke pondok ini. berkat perkenalan dengan (kz) aku sering mengalami kesulitan dalam hidup (hehe). Kesalahan bukan karena aku terlalu dekat dengannya, namun karena kepribadiannya yang dianggap buruk oleh kebanyakan orang yang membuatku terpengaruh dan sering terkena batunya. Hehe,, sudah puluhan orang yang berusaha menyadarkannya namun pada akhirnya menyerah dan banyak pula yang akhirnya menyerah dan pergi dari kehidupannya. Yang anakmu ini sesalkan mengapa hingga memutuskan silaturahim??

Sejak pertama kali mengenal Islam di HT (aku menyatakan bahwa dulu Islamku masih sangat kacau, hanya dijadikan sekedar simbolis saja), anakmu ini selalu menginginkan bisa menginjakkan kaki di sebuah pesantren. Untuk belajar Islam dengan benar. Setelah berbagai hambatan yang menghadang akhirnya anakmu ini dapat menginjakkan kaki di sebuah pesantren yang unik. Bukan sebagai santri, tetapi sebagai pengajar.
Sedari dulu anakmu ini selalu menyesalkan keputusan untuk mengambil PMDK di UIN dengan jurusan yang tidak sesuai minat. Anakmu ini selalu memimpikan dapat berkuliah di fakultas Ilmu Budaya UI sejak SMP. Namun Allah selalu mengirimkan kejutan, dan sejak mengajarlah pada akhirnya aku menyatakan kebanggan karena akan menjadi seorang pendidik.
Aku mencintai duniaku sekarang, meski lelah menghadang, bahkan ujian demi ujian selalu menarikku keluar dari pondokku tercinta ini. Sempat anakmu ini goyah ingin meninggalkan kehidupan pondok karena ujian besar yang diciptakan oleh kz (hehe). Anakmu ini sempat mengubah jadwal pondok agar tidak tersangkut permasalahan ini, namun akhirnya anakmu ini sadar bahwa hal itu tidak perlu dilakukan mengingat akan banyak yang dikorbankan jika aku kesana pada Sabtu dan Minggu.

Ayah, sekian dulu saja suratku untukmu dari pedalaman. Semoga Allah selalu meridhai jejak langkahku. Insya Allah mamah akan selalu mengawasi anakmu ini disana untuk tidak melakukan sesuatu yang dilanggar oleh Syara. Syukran ayah atas perhatiannya. Insya Allah rencana konyol anakmu ini untuk membeli tanah dan membangun Istana disana dapat segera terwujud. Hehe,, daripada investasi yang tidak jelas juga,.. :D

Wallahu 'alam bi as-shawaab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar