Sabtu, 26 Mei 2012

Review buku Perang Suci terakhir


1300 Hingga Kini
Tentara Salib Baru di Barat

 Pada tahun 1483, Ferdinand dan Isabella memproklamasikan Inkuisisi Nasional Spanyol untuk memburu kaum Yahudi bawah tanah. Para inkuisitor dari kaum Dominikan dan Fransiskan mengumpulkan para tersangka di antara para marrano, menyiksa mereka dan memaksa mereka untuk mengakui kesetiaan mereka pada agama Yahudi dan untuk melaporkan kaum Yahudi bawah tanah yang lain. Tahun 1492 sering dianggap sebagai titik peralihan simbolis sebagai awal mula zaman modern. Pada tahun itu, di Spanyol terjadi peristiwa yang sangat penting. Pada bulan Januari Raja Ferdinand dan Ratu Isabela akhirnya memenangkan perang-penaklukan-kembali kaum Kristen, ketika mereka menaklukan kerajaan Muslim di Granada, benteng kuat terakhir Islam di Eropa. 
Hari ini orang-orang Arab merasakan penyesalan ganda atas periode Utsmani, yang mereka pandang sebagai masa kegelapan. Pertama, Imperium Utsmani adalah sebuah otokrasi-militer yang memiliki sistem-sosial-feodal yang membusuk. Kekuatan awalnya secara tak terhindarkan membuka jalan bagi sebuah keruntuhan yang lama dan menyakitkan, dan orang-orang Arab juga ikut runtuh di dalamnya. Kedua, ketika Imperium itu akhirnya tumbang pada tahun 1918, orang-orang Arab lantas berada di bawah kekuasaan barat non-Islam. Ini bukan perebutan kekuasaan yang tiba-tiba.
Pengucilan dan pengusiran kaum Yahudi Spanyol tentu saja mendorong tumbuhnya semangat separatis di kalangan mereka. Kita telah melihat bahwa penderitaan dan tekanan yang harus ditanggung kaum Yahudi selama periode perang Salib telah mengantarkan sebagian mereka pada bagian cara penyelesaian kaum zionis. Selama abad ke-13 ratusan orang melakukan aliyah ke Palestina. Tapi lenyapnya Spanyol telah membawa pada perkembangan yang berbeda yang sangat penting dalam kisah kita: muncul suatu antusiasme baru dan popular tehadap mistisisme dan ideologi Kabala.
Selama abad ke-16, kaum Yahudi dan orang-orang Arab dalam cara yang amat berbeda sama-sama menolak rasionalisme intelektual yang sebelumnya telah menjadi ciri kaum Yahudi dan tradisi Islam. Pada abad ke-17 kita menemukan seorang misionaris Katolik, M. Febvre, yang menggambarkan kaum Muslim sebagai kaum “Protestan umat Muhammad” yang memercayai justifikasi hal ini berdasarkan kepercayaan yang ia percayai.
Zaman akal di abad ke-18 memberi jalan bagi sebuah kebangkitan kembali agama Kristen yang kuat dan fundamentalis di abad ke-19. Secara serupa, sekularis abad ke-20 telah memberi jalan bagi semangat-semangat yang terbaru sekali.
Kenyataan bahwa tempat tersuci di dunia Kristen itu menjadi tempat ketegangan sengit antara Kristen barat dan timur adalah sebuah indikasi bahwa irasionalitas dan kebencian perang Salib betul-betul belum lenyap.
Ketika presiden Jimmy Carter, perdana menteri Menachem Begin, dan Presiden Anwar Sadat menandatangani perjanjian Camp David pada tahun 1979, banyak dari kita berpikir dengan lega bahwa masalah Arab-Israel mungkin dapat diatasi. Kini kita menyadari betapa salahnya kita. Presiden Carter kehilangan jabatannya karena ia tak dapat memaksa rezim Ayatulloh Khomeini untuk mengembalikan parasandera Amerika. Presiden Anwar Sadat dibunuh oleh para ekstrimis Muslim di negerinya sendiri, terutama karena perjanjian Camp David. Menachem Begin, yang seorang religius, dikutuk oleh kaum Yahudi religius dan sekuler di Israel karena menyerahkan kembali semenanjung Sinai ke Mesir. Masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan perjanjian-perjanjian territorial biasa. Terlalu banyak perasaan-religius-mendalam dan terlibat dan emosi-emosi ini membuat gagasan mengenai kehidupan bersama dalam sebuah negeri menjadi mustahil.
Agama Kristen yang berperang Salib berkembang sebagai sebuah tanggapan atas sebuah periode-panjang abad-kegelapan yang penuh kehinaan dan ketikberdayaan. Perang Salib adalah sebuah langkah-penyimpanan-baru, sama sekali tak ada hubungannya dengan agama Yesus yang cinta damai. Tapi perang Salib bagi orang-orang Eropa telah memberikan sebuah ideologi yang dapat memulihkan kehormatan diri diri mereka serta mengantarkan Barat menjadi Adidaya di dunia. Revolusi Iran dengan kebenciannya terhadap dunia barat, lahir dari kehinaan dan ketakberdayaan selama periode kolonial, ketika Inggris dan Amerika dirasa telah memeras rakyat Iran dan mendukung rezim tiran Syah.
Kaum Yahudi dan orang-orang Arab memiliki masalah-masalah sendiri diantara mereka masing-masing. Keduanya harus melintasi jalan panjang sebelum solusi damai menjadi sebuah kemungkinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar