REVIEW
BOOK
“PERANG
SUCI (DARI PERANG SALIB HINGGA PERANG TELUK)”
oleh,
Karen Armstrong
PENGANTAR
DAN PENDAHULUAN
Karen Armstrong membuka
pengantar buku ini dengan sebuah peristiwa mutakhir yaitu “Black September”. Menurut Karen, Peristiwa “Black September” merupakan era baru Perang Suci dalam dunia modern.
Dengan peristiwa ini, Amerika sebagai Negara adidaya menyatakan perang terhadap
terorisme yang diidentikkan dengan para ekstrimis Islam. Amerika mulai
menginvasi Negara-negara Muslim di Timur tengah dengan alasan mencari pelaku
terorisme internasional. Jika kita runut lagi pada peristiwa abad pertengahan,
infasi Amerika terhadap Negara-negara Timur tengah ini seperti sebuah Perang
Salib era modern. Terlebih dengan zionisme Israel atas bangsa Palestina yang
semakin menjadi-jadi saat ini.
Konflik penjang antara
Amerika dengan Negara-negara dunia Arab adalah kelanjutan perang Salib abad
pertengahan antara Kristen dan pihak Muslim. Sedangkan kolonisasi bangsa Israel
terhadap bangsa Palestina sebagai kelanjutan perang suci antara Yahudi dan
Islam. Karen menjelaskan, agama seperti sebuah candu yang dapat mengobarkan
semangat perang. Gong perdamaian dunia yang telah dipukulkan seakan tidak
berguna lagi jika terompet jihad melawan kaum kafir telah dikumandangkan oleh pemuka
agama.
Karen menjelaskan,
sebelum tentara Salib tiba di Yerussalem pada Juli 1099 dan membantai 40.000
orang Yahudi dan Islam secara biadab, para pemeluk ketiga agama tersebut telah
hidup damai dibawah naungan hukum Islam selama 460 tahun. Sejak peristiwa
penyerangan tentara Salib ini, ketiga agama tidak lagi dapat hidup tenang dan
selalu waspada akan adanya kemungkinan perang berikutnya. Dan benar saja,
serangan tentara Salib kepada umat Yahudi dan Muslim merupakan sebuah awal yang
berakhir hingga Mehmed II menaklukkan kekaisaran Byzantium timur. Setelah
kekalahan pada abad pertengahan atas kaum Muslim ini, peradaban Kristen mulai
membentuk sebuah identitas baru sebagai bangsa Barat yang lebih sekuler.
Pada pendahuluan buku
ini, Karen memaparkan sekilas mengenai perjalanan semasa kecilnya yang selalu
dihiasi dongeng-dongeng seputar perang Salib. Sebagai seorang yang hidup dalam
dunia katholik, kita dapat ketahui bahwa yang digambarkan mengenai perang Salib
pada masa Karen kecil adalah sebuah kisah pembelaan tentara Tuhan terhadap kaum
kafir yang terdiri dari pasukan Muslim. Karen menyatakan, gambaran
berlebih-lebihan ini selalu membuatnya merenung dan mencari tahu kebenaran
dibalik peristiwa perang Salib abad pertengahan. Pada akhirnya Karen meneliti
mengenai peristiwa abad pertengahan ini di sebuah Negara yang menjadi konflik
panjang antara ketiga agama, yaitu di Israel.
Setelah meneliti umat
beragama yang ada di Israel, Karen menyaksikan ketiga umat beragama dengan
khusuknya menjalankan ibadahnya masing-masing. Yerussalem, sebagai kota suci
ketiga agama besar di dunia menjadi begitu menentramkan hati. Israel dengan
tembok ratapannya sebagai titik terakhir kuil kuno orang Yahudi. Kota ini
dianggap memiliki peninggalan bersejarah dari Haikal Sulaiman, seorang raja
keturunan Israel yang termahsyur. Selain itu, bagi umat Kristen, kota ini
dianggap suci karena pada kota inilah Yesus Kristus, anak tuhan yang menebuskan
dosa seluruh umat manusia dilahirkan dan disalib. Selain itu, Karen juga tidak
melupakan sebuah umat yang khusuk menjalankan ibadah di sebuah masjid berkubah
batu diatas tembok ratapan. Inilah umat Islam yang menganggap bahwa Yerussalem
merupakan kota suci ketiga, karena pada kota ini terjadi sebuah peristiwa Isra
mi’raj Nabi Muhammad.
Dalam buku ini, Karen
tidak akan mendalami aspek-aspek persenjataan dan ekonomis atau militer dari
perang suci baik di abad pertengahan maupun modern. Sebagai seseorang yang
terdidik dalam ruang lingkup sastra dan teologi, buku ini menjadi berbeda dari
buku-buku sejarah lainnya. Dengan didikan kuat pada persoalan teologi Kristen,
Karen merasa kesulitan menerjemahkan karyanya ini ke dalam umat agama Yahudi
dan Islam. Karen berusaha seobjektif mungkin dan mencari kebenaran atau fakta
dibalik peristiwa perang Salib dengan sebuah visi tiga misi yang akan
dijelaskan pada bab terakhir buku ini.
Mau tanya, buku ini kira-kira dari sudut pandang apa ya?? Islam? Atau Nasrani?
BalasHapus