Sabtu, 26 Mei 2012

REVIEW BOOK “PERANG SUCI (DARI PERANG SALIB HINGGA PERANG TELUK)”


REVIEW BOOK
“PERANG SUCI (DARI PERANG SALIB HINGGA PERANG TELUK)”
oleh,
Karen Armstrong

PENGANTAR DAN PENDAHULUAN

Karen Armstrong membuka pengantar buku ini dengan sebuah peristiwa mutakhir yaitu “Black September”. Menurut Karen, Peristiwa “Black September” merupakan era baru Perang Suci dalam dunia modern. Dengan peristiwa ini, Amerika sebagai Negara adidaya menyatakan perang terhadap terorisme yang diidentikkan dengan para ekstrimis Islam. Amerika mulai menginvasi Negara-negara Muslim di Timur tengah dengan alasan mencari pelaku terorisme internasional. Jika kita runut lagi pada peristiwa abad pertengahan, infasi Amerika terhadap Negara-negara Timur tengah ini seperti sebuah Perang Salib era modern. Terlebih dengan zionisme Israel atas bangsa Palestina yang semakin menjadi-jadi saat ini.
Konflik penjang antara Amerika dengan Negara-negara dunia Arab adalah kelanjutan perang Salib abad pertengahan antara Kristen dan pihak Muslim. Sedangkan kolonisasi bangsa Israel terhadap bangsa Palestina sebagai kelanjutan perang suci antara Yahudi dan Islam. Karen menjelaskan, agama seperti sebuah candu yang dapat mengobarkan semangat perang. Gong perdamaian dunia yang telah dipukulkan seakan tidak berguna lagi jika terompet jihad melawan kaum kafir telah dikumandangkan oleh pemuka agama.
Karen menjelaskan, sebelum tentara Salib tiba di Yerussalem pada Juli 1099 dan membantai 40.000 orang Yahudi dan Islam secara biadab, para pemeluk ketiga agama tersebut telah hidup damai dibawah naungan hukum Islam selama 460 tahun. Sejak peristiwa penyerangan tentara Salib ini, ketiga agama tidak lagi dapat hidup tenang dan selalu waspada akan adanya kemungkinan perang berikutnya. Dan benar saja, serangan tentara Salib kepada umat Yahudi dan Muslim merupakan sebuah awal yang berakhir hingga Mehmed II menaklukkan kekaisaran Byzantium timur. Setelah kekalahan pada abad pertengahan atas kaum Muslim ini, peradaban Kristen mulai membentuk sebuah identitas baru sebagai bangsa Barat yang lebih sekuler.
Pada pendahuluan buku ini, Karen memaparkan sekilas mengenai perjalanan semasa kecilnya yang selalu dihiasi dongeng-dongeng seputar perang Salib. Sebagai seorang yang hidup dalam dunia katholik, kita dapat ketahui bahwa yang digambarkan mengenai perang Salib pada masa Karen kecil adalah sebuah kisah pembelaan tentara Tuhan terhadap kaum kafir yang terdiri dari pasukan Muslim. Karen menyatakan, gambaran berlebih-lebihan ini selalu membuatnya merenung dan mencari tahu kebenaran dibalik peristiwa perang Salib abad pertengahan. Pada akhirnya Karen meneliti mengenai peristiwa abad pertengahan ini di sebuah Negara yang menjadi konflik panjang antara ketiga agama, yaitu di Israel.
Setelah meneliti umat beragama yang ada di Israel, Karen menyaksikan ketiga umat beragama dengan khusuknya menjalankan ibadahnya masing-masing. Yerussalem, sebagai kota suci ketiga agama besar di dunia menjadi begitu menentramkan hati. Israel dengan tembok ratapannya sebagai titik terakhir kuil kuno orang Yahudi. Kota ini dianggap memiliki peninggalan bersejarah dari Haikal Sulaiman, seorang raja keturunan Israel yang termahsyur. Selain itu, bagi umat Kristen, kota ini dianggap suci karena pada kota inilah Yesus Kristus, anak tuhan yang menebuskan dosa seluruh umat manusia dilahirkan dan disalib. Selain itu, Karen juga tidak melupakan sebuah umat yang khusuk menjalankan ibadah di sebuah masjid berkubah batu diatas tembok ratapan. Inilah umat Islam yang menganggap bahwa Yerussalem merupakan kota suci ketiga, karena pada kota ini terjadi sebuah peristiwa Isra mi’raj Nabi Muhammad.
Dalam buku ini, Karen tidak akan mendalami aspek-aspek persenjataan dan ekonomis atau militer dari perang suci baik di abad pertengahan maupun modern. Sebagai seseorang yang terdidik dalam ruang lingkup sastra dan teologi, buku ini menjadi berbeda dari buku-buku sejarah lainnya. Dengan didikan kuat pada persoalan teologi Kristen, Karen merasa kesulitan menerjemahkan karyanya ini ke dalam umat agama Yahudi dan Islam. Karen berusaha seobjektif mungkin dan mencari kebenaran atau fakta dibalik peristiwa perang Salib dengan sebuah visi tiga misi yang akan dijelaskan pada bab terakhir buku ini.

1 komentar:

  1. Mau tanya, buku ini kira-kira dari sudut pandang apa ya?? Islam? Atau Nasrani?

    BalasHapus