BAGIAN III
PERANG SALIB DAN IDENTITAS KAUM BARAT
1199-1221
PERANG SALIB MELAWAN ORANG KRISTEN DAN PERDAMAIAN KRISTEN BARU
Tesis utama buku ini
adalah bahwa ada keterkaitan erat antara perang Salib di abad pertengahan di
tanah suci dengan konflik antara orang-orang Arab dan kaum Yahudi di timur
tengah. Mereka memandang Tentara Salib sebagai para imperialis barat dan kaum
zionis sebagai Tentara Salib baru atau juga sebagai alat imperialisme Barat.
Pertempuran Hittin antara orang Kristen dari kerajaan Yerusalem dan Saladin
telah menjadi sesuatu yang amat penting bagi kaum Yahudi maupun orang Arab.
Orang Arab tentu saja memandang pertempuran ini sebagai sebuah penyemangat,
sebaliknya sebagian orang Israel begitu asyik, bersemangat dan terus tercerai
berai, persis seperti kaum Kristen di kerajaan Yerusalem.
Sebelum Paus Urban II
menyerukan perang Salib pertama di Konsili Clermont pada tahun 1095, terdapat
suasana yang relatif rukun antara umat Yahudi, Kristen dan Islam. Tapi
segalanya berubah ketika tentara Salib menanggapi Paus Urban dan berbaris ke
arah timur untuk membebaskan makam suci Kristus di Yerussalem. Pada awal
perjalanan mereka, tentara Salib pertama membatai komunitas Yahudi. Di akhir
perjalanan, mereka membantai para penduduk Muslim di Yerussalem, orang Kristen
barat tidak lagi menganggap kaum Yahudi dan Muslim sebagai manusia biasa.
Mereka menganggap kedua kaum itu monster kejam dan membangkang, setiap kali
sebuah perang Salib di serukan melawan kaum Muslim, selalu pecah kerusuhan
anti-semitisme di eropa. Tanpa anti-semitisme barat, tak mungkin ada sebuah Negara
Yahudi di timur tengah saat ini.
Kekalahan kaum Kristen
di tangan Saladin benar-benar menjadi bencana besar. Kekalahan itu bukan hanya
sekedar bencana militer dan politis. Kekalahan itu membangkitkan berbagai
keraguan menakutkan dan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab, mengapa Tuhan
membiarkan musuh-musuh-Nya menang? Bahkan yang lebih mengerikan adalah
hilangnya Yerussalem yang bukan kota biasa, tetapi pusat kesucian dan kekuatan
spiritual. Pada tahun 1190, harapan-harapan melambung tinggi kembali ketika
perang Salib ketiga di mulai dengan berlayarnya orang-orang Eropa ke timur
tengah untuk memerangi Saladin. Tapi mesti di ingat juga bahwa di timur,
antusiasme terhadap perang suci telah memudar di kedua belah pihak. Bencana Hittin
memberikan pelajaran amat penting kepada kaum Frank di palestina. Mereka
menyadari bahwa meskipun terlambat bahwa ekstremisme religius mereka sendiri
bertanggung jawab atas kekalahan mereka. Kini mereka amat cemas dan takut
membuat kaum Muslimin marah , karena mereka tahu betul bahwa mereka tidak akan
mampu bertahan akan serangan baru kaum Muslimin. Di pihak kaum Muslimpun,
antusiasme terhadap jihad tidak berlanjut lagi setelah Saladin wafat pada tahun
1193.
Salah satu fantasi yang
di ciptakan kaum Kristen tentang Islam pada saat perang Salib adalah bahwa Islam
agama penuh kekerasan dan tidak toleran. Ini sungguh keliru. Jihad waktu itu
adalah praktik yang telah terlupakan dan hanya bangkit kembali sebagai
tanggapan bagi inisiatif praktik perang Salib dari barat.
Pada tahun 1199, sebuah
kelompok Baron dari Prancis dan Flanders memutuskan untuk memimpin perang Salib
keempat. Mereka merasa bahwa perang Salib ketiga, yang di pimpin oleh tiga
penguasa terbesar eropa Richard Si Hati Singa, Philip Augustus dari Prancis,
dan kaisar Federick Barbarossa terlalu bersifat duniawi.
Pada bulan juni 1202,
tentara Salib berkumpul di Vanesia, tetapi sayangnya jumlah mereka hanya
separuh dari yang diharapkan. Lagi pula, hanya dua pertiga saja jumlah uang
yang terkumpul dari jumlah hutang mereka kepada Dandolo. Ketika Dandolo
mengetahui mereka tidak mampu membayar penuh, ia segera mengambil kekuasaan
penuh atas mereka. Dandolo ingin agar tentara Salib merebut Zara untuknya
dengan tentara besar mereka. Ternyata sebagian besar dari tentara Salib itu
merasa jijik terhadap gagasan untuk menyerang sebuah kota Kristen yang tak
bersalah dan mereka yang merasa jijik itu meninggalkan tentara Salib.
Revolusi ini merupakan tantangan
nyata kepada tentara Salib. Untuk beberapa waktu, Dandolo mencoba membujuk mereka
bahwa satu-satunya cara untuk keluar dari benang kusut ini adalah melancarkan serangan
besar ke kota. Perang Salib keempat menjadi perang suci melawan kaum Kristen
ortodoks Yunani, yang menjadi “musuh” resmi-barat yang pertama sejak masa
Charlemagne sebelumnya.
Tentara Salib menyerang
kota itu pada tanggal 6 april. Pada mulanya orang-orang Yunani melawan
sekuat-kuatnya. Tapi moral dan semangat mereka merosot akibat bertahun-tahun
menghadapi revolusi internal dalam kekaisaran mereka. Kini orang-orang Yunani
yang bertekuk lutut dan terhina itu tentu akan mempercepat peralihan iman
mereka. Kini akan ada sebuah dunia Kristen baru yang bersatu.
Tentara Salib yang kini
ingin membagi wilayah-wilayah baru mereka di antara mereka sendiri menjadi
tanah-tanah kaum Feodal yang menguntungkan, mengacu pada model di Eropa. Mereka
ingin menikmati semua harta benda yang mereka curi dan membawa pulang
relic-relik itu untuk rekan-rekan Kristen mereka yang akan berterima kasih,
yang secara spiritual akan di perkaya oleh keberadaan mereka yang kuat. Perang
Salib keempat adalah sebuah kepalsuan dan kejahatan, yang sepenuhnya menampik
semua idealisme lama. Para pemimpin mereka ingin kembali kepada jiwa dan
semangat perang Salib pertama, tetapi nyatanya mereka mengabaikan tujuan paling
penting dari Paus Urban ketika ia menyerukan ekspedisi pertama. Pada tahun
1261, orang-orang Yunani berhasil memerangi orang-orang latin, mengusir mereka
keluar, dan kembali mengembalikan kaisar Yunani ke tahta Byzantium.
Sejak pertengahan abad ke
27, kaum misionaris telah berkeliling dari Eropa timur dan mendakwahkan agama
Kristen dengan format yang berbeda kepada orang barat. Yang mereka klaim
sebagai agama sejati Yesus. Segera saja berkembanglah sebuah gereja saingan
disana, yang terus menerus menarik banyak pemeluk baru. Kaum Kristen baru itu
menyebut diri mereka sendiri sebagai kaum Cathari atau golongan murni.
Satu-satunya sumber pengetahuan kita tentang mereka adalah berbagai tulisan
Polemis dari musuh Katolik mereka yang mungkin mendistorsi ajaran-ajaran mereka
yang sebenarnya.
Kaum Cathari
menghabiskan hidup mereka dengan mencoba untuk menyucikan diri dari dunia
material dan mencari dunia spiritual. Ada dua tingkatan dalam gereja Cathari.
Pertama, ada kaum elit yang menerima sakramen dan disebut kaum sempurna.
Tingkatan kedua, para pengikut, yang merupakan mayoritas pemeluk ajaran ini.
Mereka bersembahyang bersama kaum sempurna dalam sebuah liturgi pertobatan dan
hidup berdasarkan aturan-aturan moral dari greja Cathari, menyiapkan diri
menghadapi kematian dan pemurnian terakhir.
Gereja Cathari dan Katolik
sebenarnya amatlah mirip. Kaum Katolik juga meyakini adanya perang antara Tuhan
dengan roh jahat yang amat kuat, yang mereka sebut setan atau iblis. Keduanya
menampik dunia, daging, atau tubuh, sebagaimana kaum Cathari. Gereja katolik
mungkin saja mengkhotbahkan bahwa pernikahan itu sesuatu yang suci, tapi
kebanyakan kaum Katolik merasa bahwa seks itu jahat, apapun dogmanya. Namun,
yang sangat penting untuk di ungkap di sini, kaum Cathari menentang seluruh
etos perang Salib agama Kristen, kaum Cathari tidak percaya bahwa Yesus telah
meninggal di tiang Salib. Kaum Cathari adalah kaum yang pecinta damai yang
tegas dan anti kekerasan, mereka juga masyarakat yang amat toleran.
Kaum Cathari bukanlah satu-satunya
kaum bidah di Eropa. Di Prancis utara ada sebuah gerakan serupa yang bertujuan
untuk kembali ke prinsip-prinsip dasar Kristen dan menolak gereja Paus Innocent-III
yang kaya dan berkuasa. Bahaya khusus dari Catharisme adalah bahwa, tidak
seperti “kaum bidah” daerah utara ini, kaum Cathari punya uskup dan pejabat
keuskupan mereka sendiri. Agama mereka tak terbatas pada orang-orang miskin dan
kalangan masyarakat pinggiran, tetapi telah memasuki banyak keluarga dan rumah
kalangan terhormat di daerah selatan dan bahkan diterima dan di hormati oleh
para bangsawan Katolik.
Innocent mencoba untuk
melawannya dengan mengirimkan jemaat ordo biarawan putih untuk berdakwah
melawan kaum bidah. Tetapi jemaat ordo biarawan putih ini telah berubah sejak
masa kejayaan mereka pada St. Bernard. Mereka telah meninggalkan kesederhanaan
mereka yang dulu, sehingga mereka menjadi amat kaya dan kini menyerupai dengan
kaum mapan. Orang-orang si selatan, betul-betul tidak terkesan dengan berpikir
bahwa kaum Cathari jauh lebih sesuai dengan Kristus.
Seorang Spanyol muda
bernama Dominic Guzman baru saja mendirikan ordo untuk melawan bidah dengan
damai, kaum dominikan adalah rahib jenis baru yang menyebut diri mereka sebagai
Friar. Pada abad ke-13, kaum Dominika menunjukan sebuah hasrat baru untuk
mencontoh kehidupan kristus dengan lebih dekat dan sebenarnya daripada yang
telah di lakukan oleh para pendukung reformasi Cluny. Hasrat inilah yang juga
telah menarik minat banyak orang saat itu kepada kaum Waldensia, kelompok orang
miskin dari lyon, serta kaum Cathari. Hanya saja sedikit kaum Cathari yang mau
pindah kembali kepada ortodoksi, dan bidah itu terus saja meluas.
Innocent merasa bahwa
kini tak ada solusi lain dari msalah ini kecuali pedang. Pada tanggal 17
November 1207, ia menyurati raja Philip Augustus, mendesaknya untuk membawa
sebuah pasukan untuk memerangi kaum bidah di daerah Languedoc, dengan
menawarkan imbalan istimewa. Untuk pertama kalinya di Eropa, seorang Paus
menyeru kaum Kristen untuk membunuh kaum Kristen lainnya.
Pada tahun 1209, perang
Salib telah siap. Philip Augustus, yang sedang mengalami kesulitan tidak dapat
memimpin perang Salib. Maka Arnauld Amalric, pemimpin biara dari Citeaux,
mengendarai kuda sebagai kepala pasukan besar tentara Salib. Pada tanggal 22 Juli,
tentara mengepung kota Beziers dan mempertunjukan tekad maut dari tentara Salib
baru ini, yang bersiap untuk memusnahkan bahaya orang selatan ini sekejam saat mereka
akan menghancurkan kaum Muslim dan Yahudi. Setiap penduduk kota itu di bantai,
terror yang muncul dari pembantaian ini berarti bahwa kemudian tentara Salib
tidak menjumpai perlawanan lebih jauh hingga mereka mencapai Carcassonne di
bulan Agustus, untuk menyelamatkan rakyatnya, pangeran Raymund-Roger
menyerahkan diri kepada tentara Salib. Pada bulan November, Raymund-Roger
meninggal di penjara.
Simon kemudian melanjutkan
perang Salib, menguasai pusat-pusat kaum Cathari satu demi satu, membakar kaum
bidah, dan mengganti aristokrasi selatan dengan kebangsawanan utara. Simon
menjadi salah satu tuan tanah terkaya dan paling berkuasa di Prancis selama
perang Salib. Tapi sungguh keliru jika kita memandangnya sebagai seorang
tentara Salib sekuler, yang memanfaatkan perang Salib untuk meraih ambisi
duniawi sendiri.
Selama tahun-tahun ini,
sebuah kelas baru muncul. Banyak keluarga yang terdiri atas lelaki, perempuan,
dan anak-anak terpaksa hidup berkelana dan meminta-minta di lingkungan
pinggiran masyarakat. Sering kali mereka tertarik pada sekte-sekte bidah baru
yang menekankan pada nilai kemiskinan suci; merekalah yang benar-benar meniru
kristus, bukan para rahib kaya dan kaum rohaniawan dari gereja Innocent. Dari
titik ini, berbagai sekte menjamur di seluruh Eropa, yang sering memjadi amat
agresif melawan pihak mapan yang mengabaikan segenap penderitaan mereka.
Gerombolan miskin pengelana ini sering disebut
Pueri (anak-anak) dalam semangat yang mirip dengan para budak hitam yang sering
disebut “boy” oleh kaum putih Afrika selatan. Pada tahun 1212, kaum Puer Prancis
yang masih muda, Stephen, memperoleh penampakan Yesus, yang muncul di
hadapannya dengan menyamar sebagai seorang penziarah miskin yang meminta-minta
roti. Ia memberi Stephen sepucuk surat untuk Philip Augustus, yang di dalamnya
Yesus membela persoalan kaum miskin. Tiba-tiba bangkit semangat dan gairah
baru. Pada sekitar waktu yang sama, sebuah gerakan serupa tumbuh secara spontan
di Jerman, di pimpin oleh seorang Puer bernama Nicholas. Di masing-masing
negeri, sekitar 30.000 Pueri mengadakan sebuah prosesi massif, memanggul Salib
kayu yang besar dan menggelandang berjalan kaki melintasi daerah pedalaman dan
melalui kota-kota dan desa-desa. Namun, berbagai perjalanan suci ini bukanlah
sebuah langkah awal untuk sebuah perang suci. Pada akhir musim panas, kaum Puer
bubar secara damai dan tampak lenyap dari sejarah.
Pada bulan September
1211, para bangsawan Jerman, dipimpin oleh Philip Augustus, mencabut posisi
kaisar yang telah dikucilkan gereja itu serta memilih Frederick untuk
menggantikannya. Pada bulan Desember 1212, ia di nobatkan sebagai Raja Jerman di
Mainz. Rakyat Jerman meyakini dirinya sebagai seorang pilihan Tuhan. Segera
setelah ia menerima tanda kebesaran kekaisaran dari uskup agung, kaisar
Frederick II tiba-tiba dan secara mengejutkan mengambil Salib. Namun, nyatanya
lebih sulit mengumpulkan kekuatan untuk perang Salib kelima daripada yang di
duga setiap orang. Tapi ia cukup percaya diri bahwa ia akan sukses. Ia bahkan
menulis surat kepada al-Adil untuk mengingatkan serangannya yang akan tiba dan
menasihati al-Adil untuk menyerahkan Yerussalem secara damai.
Kaum Frank tidak
menginginkan perang Salib, katanya pada Paus. Mereka telah jemu membahayakan
keamanan Negara kecil mereka dan takut bahwa perang suci itu akan menghancurkan
kesepakatan-kesepakatan dagang yang baik dengan kaum Muslim saat itu. Kaum Muslim
juga sedang menikmati perdagangan baru dengan kaum barat. Gairah mereka
terhadap jihad telah mati dengan wajar setelah kematian Saladin pada tahun
1193. Al-Adil tidak punya hasrat untuk menyerukan perang suci, walaupun ia dipanas-panasi
oleh sebagian kecil pejabat militernya.
Pada tahun 1218, ada
tiga armada dari Fisia, Prancis dan Inggris, yang tiba di Acre dan mengutuskan
untuk membangkitkan kembali rencana lama untuk menaklukan Mesir. Pada bulan Mei,
mereka berlayar ke Damietta ini cukup mengejutkan kaum Muslim disana. Bahkan
pada bulan Agustus mereka berhasil merebut kota itu. Rasa terkejut akibat
kehilangan kota Damietta itu terlalu berat bagi sultan yang telah tua itu, yang
kemudian wafat beberapa jam sesudahnya karena serangan jantung. Untuk mencegah
pertikaian mengenai pewarisan tahta, sultan telah mengatur bahwa kekaisaran
Ayyubiyah yang didirikan Saladin akan dibagi-bagi di antara tiga putranya yang
tertua: al-Kamil mengambil Mesir, al-Asyraf mengambil jazirah dan al-Mu’azam
akan mengambil Damaskus dan Yerusalem.
Pada bulan Februari
tentara Salib berhasil menduduki kota al-Adilya. Kaum Muslimin kini semakin
putus asa. Al-Mu’azam mulai membongkar benteng Yerusalem dan benteng-benteng
lain di Palestina, kalau-kalau ia di paksa untuk menyerahkan kota itu kepada
kaum Kristen. Tapi dalam kenyataanya, semangat tempur di kamp-kamp Kristen
telah amat rendah.
Perang Salib kelima
terus berlanjut dan al-Kamil bersiap untuk membuat perjanjian damai. Pada tahun
itu, Mesir di ancam oleh kelaparan. Pada Oktober, sultan mengirimkan dua
tawanan perang oleh Frank kepada Pelagius dengan membawa sebuah tawaran yang
luar biasa murah hati: jika tentara Salib mau meninggalkan Mesir, ia akan
mengembalikan Yerusalem, semua Palestina tengah dan Galilea. Al-Kamil memandang
Yerusalem sepenuhnya dalam kerangka politik, bukan sebagai buah kota suci.
Tentu saja Raja John dari Acre mendesak Pelagius untuk menerima perjanjian ini.
Tetapi sama wajarnya juga bila Pelagius menolak. Tidak mungkin terjadi kaum
Kristen berdamai dengan kaum sesat. Ordo-ordo militer saat itu juga setuju
dengan Pelagius demi alasan strategis: benteng-benteng di Yerusalem dan Galilea
telah di bongkar dan akan mustahil bagi kaum Kristen untuk menjaga kedua kota
itu begitu tentara Salib pergi. Perang suci terus berlanjut dan Pelagius
menanti kedatangan kaisar Federick dengan penuh percaya diri.
Tapi sang kaisar tidak
pernah datang. Para tentara Salib yang jemu mulai kembali pulang. Pada bulan
Februari 1220, John dan tentaranya kembali ke Acre dan hingga akhir tahun itu
menahan serangan sultan al-Mu’azam ke kerajaan Kristen: perang Salib baru telah
mengakhiri kehidupan bersama penuh kedamaian antara kaum Muslim dan kaum
Kristen di timur tengah. Pada bulan Juli 1221, Pelagius tidak dapat menunggu
kedatangan Federick lebih lama lagi dan merencanakan sebuah serangan ke Kairo.
Raja John tiba dengan pasukan dari Acre dengan penuh ketidakyakinan, tetapi
tidak ingin di anggap pengecut. Pada tanggal 12 Juli, tentara Salib berangkat
dengan 630 kapal, 5.000 ksatria, 4000 pemanah, dan 40.000 tentara infantry.
Tapi kini al-Kamil amat percaya diri. Kedua saudaranya telah mengirimkan
tentara untuk membantunya, dan mereka menghadang jalur mundur tentara Salib ke
Damietta ketika ia menyaksikan tentara Salib semakin mendekati Kairo, sultan
al-Kamil tersenyum sendiri, nyaris tidak percaya pada keberuntungannya.
Orang-orang barat itu tidak menyadari bahwa air sungai nil sedang pasang. Pada
pertengahan bulan Agustus, tanah di sekitar nil begitu lembab dan licin
sehingga tentara Salib harus menunda serangan maju mereka dan akhirnya mundur.
Segera setelah langkah mundur itu dimulai, para prajurit Muslim menghancurkan
dan pasukan-pasukan mereka bergerak memotong jalan keluar dan hanya dalam
beberapa jam tentara Kristen secara memalukan telah terpenjara di sebuah pulau
lumpur. Pelagius harus mengajukan tawaran perdamaian untuk menyelamatkan
tentaranya dari pemusnahan, dan tentu saja pada saat itu persyaratan al-Kamil
tidak cukup untuk bermurah hati daripada sebelumnya. Tentara Salib harus
menandatangani gencatan senjata salama delapan tahun dan segera meninggalkan Mesir.
Sebagai imbalannya, mereka di perbolehkan berlayar pulang tanpa di ganggu.
Perang Salib kelima
telah menjadi sebuah kegagalan yang amat hina dan kemungkinan untuk menaklukan
Yerusalem tampak lebih jauh lagi dari jangkauan mereka daripada tiga puluh
tahun sebelumnya.
Tapi lepas dari model
baru perang Salib ini, gagasan lama tentang operasi perang Salib sama sekalli
tidak mati. Tiga perang Salib terakhir di abad ke-13 kembali ke cita-cita lama
pemulihan gereja suci. Namun, kita juga melihat bahwa karena perubahan besar di
timur tengah, perang Salib jenis lama tidak dapat lagi terlaksana. Perang Salib
terakhir ke tanah suci ini sebenarnya memberi tahu kita lebih banyak tentang Eropa
dan juga tentang moralitas perang Salib. Apakah dunia Kristen akan mengabdikan
diri pada semangat perang Salib atau akan mengadopsi sikap yang lebih terbuka
dan merangkuh kaum Muslim dan kaum Yahudi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar