Sabtu, 26 Mei 2012

REVIEW BUKU PERANG SUCI BAGIAN III


BAGIAN III
PERANG SALIB DAN IDENTITAS KAUM BARAT
1199-1221

PERANG SALIB MELAWAN ORANG KRISTEN DAN PERDAMAIAN KRISTEN BARU


Tesis utama buku ini adalah bahwa ada keterkaitan erat antara perang Salib di abad pertengahan di tanah suci dengan konflik antara orang-orang Arab dan kaum Yahudi di timur tengah. Mereka memandang Tentara Salib sebagai para imperialis barat dan kaum zionis sebagai Tentara Salib baru atau juga sebagai alat imperialisme Barat. Pertempuran Hittin antara orang Kristen dari kerajaan Yerusalem dan Saladin telah menjadi sesuatu yang amat penting bagi kaum Yahudi maupun orang Arab. Orang Arab tentu saja memandang pertempuran ini sebagai sebuah penyemangat, sebaliknya sebagian orang Israel begitu asyik, bersemangat dan terus tercerai berai, persis seperti kaum Kristen di kerajaan Yerusalem.
Sebelum Paus Urban II menyerukan perang Salib pertama di Konsili Clermont pada tahun 1095, terdapat suasana yang relatif rukun antara umat Yahudi, Kristen dan Islam. Tapi segalanya berubah ketika tentara Salib menanggapi Paus Urban dan berbaris ke arah timur untuk membebaskan makam suci Kristus di Yerussalem. Pada awal perjalanan mereka, tentara Salib pertama membatai komunitas Yahudi. Di akhir perjalanan, mereka membantai para penduduk Muslim di Yerussalem, orang Kristen barat tidak lagi menganggap kaum Yahudi dan Muslim sebagai manusia biasa. Mereka menganggap kedua kaum itu monster kejam dan membangkang, setiap kali sebuah perang Salib di serukan melawan kaum Muslim, selalu pecah kerusuhan anti-semitisme di eropa. Tanpa anti-semitisme barat, tak mungkin ada sebuah Negara Yahudi di timur tengah saat ini.
Kekalahan kaum Kristen di tangan Saladin benar-benar menjadi bencana besar. Kekalahan itu bukan hanya sekedar bencana militer dan politis. Kekalahan itu membangkitkan berbagai keraguan menakutkan dan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab, mengapa Tuhan membiarkan musuh-musuh-Nya menang? Bahkan yang lebih mengerikan adalah hilangnya Yerussalem yang bukan kota biasa, tetapi pusat kesucian dan kekuatan spiritual. Pada tahun 1190, harapan-harapan melambung tinggi kembali ketika perang Salib ketiga di mulai dengan berlayarnya orang-orang Eropa ke timur tengah untuk memerangi Saladin. Tapi mesti di ingat juga bahwa di timur, antusiasme terhadap perang suci telah memudar di kedua belah pihak. Bencana Hittin memberikan pelajaran amat penting kepada kaum Frank di palestina. Mereka menyadari bahwa meskipun terlambat bahwa ekstremisme religius mereka sendiri bertanggung jawab atas kekalahan mereka. Kini mereka amat cemas dan takut membuat kaum Muslimin marah , karena mereka tahu betul bahwa mereka tidak akan mampu bertahan akan serangan baru kaum Muslimin. Di pihak kaum Muslimpun, antusiasme terhadap jihad tidak berlanjut lagi setelah Saladin wafat pada tahun 1193.
Salah satu fantasi yang di ciptakan kaum Kristen tentang Islam pada saat perang Salib adalah bahwa Islam agama penuh kekerasan dan tidak toleran. Ini sungguh keliru. Jihad waktu itu adalah praktik yang telah terlupakan dan hanya bangkit kembali sebagai tanggapan bagi inisiatif praktik perang Salib dari barat.
Pada tahun 1199, sebuah kelompok Baron dari Prancis dan Flanders memutuskan untuk memimpin perang Salib keempat. Mereka merasa bahwa perang Salib ketiga, yang di pimpin oleh tiga penguasa terbesar eropa Richard Si Hati Singa, Philip Augustus dari Prancis, dan kaisar Federick Barbarossa terlalu bersifat duniawi.
Pada bulan juni 1202, tentara Salib berkumpul di Vanesia, tetapi sayangnya jumlah mereka hanya separuh dari yang diharapkan. Lagi pula, hanya dua pertiga saja jumlah uang yang terkumpul dari jumlah hutang mereka kepada Dandolo. Ketika Dandolo mengetahui mereka tidak mampu membayar penuh, ia segera mengambil kekuasaan penuh atas mereka. Dandolo ingin agar tentara Salib merebut Zara untuknya dengan tentara besar mereka. Ternyata sebagian besar dari tentara Salib itu merasa jijik terhadap gagasan untuk menyerang sebuah kota Kristen yang tak bersalah dan mereka yang merasa jijik itu meninggalkan tentara Salib.
Revolusi ini merupakan tantangan nyata kepada tentara Salib. Untuk beberapa waktu, Dandolo mencoba membujuk mereka bahwa satu-satunya cara untuk keluar dari benang kusut ini adalah melancarkan serangan besar ke kota. Perang Salib keempat menjadi perang suci melawan kaum Kristen ortodoks Yunani, yang menjadi “musuh” resmi-barat yang pertama sejak masa Charlemagne sebelumnya.
Tentara Salib menyerang kota itu pada tanggal 6 april. Pada mulanya orang-orang Yunani melawan sekuat-kuatnya. Tapi moral dan semangat mereka merosot akibat bertahun-tahun menghadapi revolusi internal dalam kekaisaran mereka. Kini orang-orang Yunani yang bertekuk lutut dan terhina itu tentu akan mempercepat peralihan iman mereka. Kini akan ada sebuah dunia Kristen baru yang bersatu.
Tentara Salib yang kini ingin membagi wilayah-wilayah baru mereka di antara mereka sendiri menjadi tanah-tanah kaum Feodal yang menguntungkan, mengacu pada model di Eropa. Mereka ingin menikmati semua harta benda yang mereka curi dan membawa pulang relic-relik itu untuk rekan-rekan Kristen mereka yang akan berterima kasih, yang secara spiritual akan di perkaya oleh keberadaan mereka yang kuat. Perang Salib keempat adalah sebuah kepalsuan dan kejahatan, yang sepenuhnya menampik semua idealisme lama. Para pemimpin mereka ingin kembali kepada jiwa dan semangat perang Salib pertama, tetapi nyatanya mereka mengabaikan tujuan paling penting dari Paus Urban ketika ia menyerukan ekspedisi pertama. Pada tahun 1261, orang-orang Yunani berhasil memerangi orang-orang latin, mengusir mereka keluar, dan kembali mengembalikan kaisar Yunani ke tahta Byzantium.
Sejak pertengahan abad ke 27, kaum misionaris telah berkeliling dari Eropa timur dan mendakwahkan agama Kristen dengan format yang berbeda kepada orang barat. Yang mereka klaim sebagai agama sejati Yesus. Segera saja berkembanglah sebuah gereja saingan disana, yang terus menerus menarik banyak pemeluk baru. Kaum Kristen baru itu menyebut diri mereka sendiri sebagai kaum Cathari atau golongan murni. Satu-satunya sumber pengetahuan kita tentang mereka adalah berbagai tulisan Polemis dari musuh Katolik mereka yang mungkin mendistorsi ajaran-ajaran mereka yang sebenarnya.
Kaum Cathari menghabiskan hidup mereka dengan mencoba untuk menyucikan diri dari dunia material dan mencari dunia spiritual. Ada dua tingkatan dalam gereja Cathari. Pertama, ada kaum elit yang menerima sakramen dan disebut kaum sempurna. Tingkatan kedua, para pengikut, yang merupakan mayoritas pemeluk ajaran ini. Mereka bersembahyang bersama kaum sempurna dalam sebuah liturgi pertobatan dan hidup berdasarkan aturan-aturan moral dari greja Cathari, menyiapkan diri menghadapi kematian dan pemurnian terakhir.
Gereja Cathari dan Katolik sebenarnya amatlah mirip. Kaum Katolik juga meyakini adanya perang antara Tuhan dengan roh jahat yang amat kuat, yang mereka sebut setan atau iblis. Keduanya menampik dunia, daging, atau tubuh, sebagaimana kaum Cathari. Gereja katolik mungkin saja mengkhotbahkan bahwa pernikahan itu sesuatu yang suci, tapi kebanyakan kaum Katolik merasa bahwa seks itu jahat, apapun dogmanya. Namun, yang sangat penting untuk di ungkap di sini, kaum Cathari menentang seluruh etos perang Salib agama Kristen, kaum Cathari tidak percaya bahwa Yesus telah meninggal di tiang Salib. Kaum Cathari adalah kaum yang pecinta damai yang tegas dan anti kekerasan, mereka juga masyarakat yang amat toleran.
Kaum Cathari bukanlah satu-satunya kaum bidah di Eropa. Di Prancis utara ada sebuah gerakan serupa yang bertujuan untuk kembali ke prinsip-prinsip dasar Kristen dan menolak gereja Paus Innocent-III yang kaya dan berkuasa. Bahaya khusus dari Catharisme adalah bahwa, tidak seperti “kaum bidah” daerah utara ini, kaum Cathari punya uskup dan pejabat keuskupan mereka sendiri. Agama mereka tak terbatas pada orang-orang miskin dan kalangan masyarakat pinggiran, tetapi telah memasuki banyak keluarga dan rumah kalangan terhormat di daerah selatan dan bahkan diterima dan di hormati oleh para bangsawan Katolik.
Innocent mencoba untuk melawannya dengan mengirimkan jemaat ordo biarawan putih untuk berdakwah melawan kaum bidah. Tetapi jemaat ordo biarawan putih ini telah berubah sejak masa kejayaan mereka pada St. Bernard. Mereka telah meninggalkan kesederhanaan mereka yang dulu, sehingga mereka menjadi amat kaya dan kini menyerupai dengan kaum mapan. Orang-orang si selatan, betul-betul tidak terkesan dengan berpikir bahwa kaum Cathari jauh lebih sesuai dengan Kristus.
Seorang Spanyol muda bernama Dominic Guzman baru saja mendirikan ordo untuk melawan bidah dengan damai, kaum dominikan adalah rahib jenis baru yang menyebut diri mereka sebagai Friar. Pada abad ke-13, kaum Dominika menunjukan sebuah hasrat baru untuk mencontoh kehidupan kristus dengan lebih dekat dan sebenarnya daripada yang telah di lakukan oleh para pendukung reformasi Cluny. Hasrat inilah yang juga telah menarik minat banyak orang saat itu kepada kaum Waldensia, kelompok orang miskin dari lyon, serta kaum Cathari. Hanya saja sedikit kaum Cathari yang mau pindah kembali kepada ortodoksi, dan bidah itu terus saja meluas.
Innocent merasa bahwa kini tak ada solusi lain dari msalah ini kecuali pedang. Pada tanggal 17 November 1207, ia menyurati raja Philip Augustus, mendesaknya untuk membawa sebuah pasukan untuk memerangi kaum bidah di daerah Languedoc, dengan menawarkan imbalan istimewa. Untuk pertama kalinya di Eropa, seorang Paus menyeru kaum Kristen untuk membunuh kaum Kristen lainnya.
Pada tahun 1209, perang Salib telah siap. Philip Augustus, yang sedang mengalami kesulitan tidak dapat memimpin perang Salib. Maka Arnauld Amalric, pemimpin biara dari Citeaux, mengendarai kuda sebagai kepala pasukan besar tentara Salib. Pada tanggal 22 Juli, tentara mengepung kota Beziers dan mempertunjukan tekad maut dari tentara Salib baru ini, yang bersiap untuk memusnahkan bahaya orang selatan ini sekejam saat mereka akan menghancurkan kaum Muslim dan Yahudi. Setiap penduduk kota itu di bantai, terror yang muncul dari pembantaian ini berarti bahwa kemudian tentara Salib tidak menjumpai perlawanan lebih jauh hingga mereka mencapai Carcassonne di bulan Agustus, untuk menyelamatkan rakyatnya, pangeran Raymund-Roger menyerahkan diri kepada tentara Salib. Pada bulan November, Raymund-Roger meninggal di penjara.
Simon kemudian melanjutkan perang Salib, menguasai pusat-pusat kaum Cathari satu demi satu, membakar kaum bidah, dan mengganti aristokrasi selatan dengan kebangsawanan utara. Simon menjadi salah satu tuan tanah terkaya dan paling berkuasa di Prancis selama perang Salib. Tapi sungguh keliru jika kita memandangnya sebagai seorang tentara Salib sekuler, yang memanfaatkan perang Salib untuk meraih ambisi duniawi sendiri.
Selama tahun-tahun ini, sebuah kelas baru muncul. Banyak keluarga yang terdiri atas lelaki, perempuan, dan anak-anak terpaksa hidup berkelana dan meminta-minta di lingkungan pinggiran masyarakat. Sering kali mereka tertarik pada sekte-sekte bidah baru yang menekankan pada nilai kemiskinan suci; merekalah yang benar-benar meniru kristus, bukan para rahib kaya dan kaum rohaniawan dari gereja Innocent. Dari titik ini, berbagai sekte menjamur di seluruh Eropa, yang sering memjadi amat agresif melawan pihak mapan yang mengabaikan segenap penderitaan mereka.
 Gerombolan miskin pengelana ini sering disebut Pueri (anak-anak) dalam semangat yang mirip dengan para budak hitam yang sering disebut “boy” oleh kaum putih Afrika selatan. Pada tahun 1212, kaum Puer Prancis yang masih muda, Stephen, memperoleh penampakan Yesus, yang muncul di hadapannya dengan menyamar sebagai seorang penziarah miskin yang meminta-minta roti. Ia memberi Stephen sepucuk surat untuk Philip Augustus, yang di dalamnya Yesus membela persoalan kaum miskin. Tiba-tiba bangkit semangat dan gairah baru. Pada sekitar waktu yang sama, sebuah gerakan serupa tumbuh secara spontan di Jerman, di pimpin oleh seorang Puer bernama Nicholas. Di masing-masing negeri, sekitar 30.000 Pueri mengadakan sebuah prosesi massif, memanggul Salib kayu yang besar dan menggelandang berjalan kaki melintasi daerah pedalaman dan melalui kota-kota dan desa-desa. Namun, berbagai perjalanan suci ini bukanlah sebuah langkah awal untuk sebuah perang suci. Pada akhir musim panas, kaum Puer bubar secara damai dan tampak lenyap dari sejarah.
Pada bulan September 1211, para bangsawan Jerman, dipimpin oleh Philip Augustus, mencabut posisi kaisar yang telah dikucilkan gereja itu serta memilih Frederick untuk menggantikannya. Pada bulan Desember 1212, ia di nobatkan sebagai Raja Jerman di Mainz. Rakyat Jerman meyakini dirinya sebagai seorang pilihan Tuhan. Segera setelah ia menerima tanda kebesaran kekaisaran dari uskup agung, kaisar Frederick II tiba-tiba dan secara mengejutkan mengambil Salib. Namun, nyatanya lebih sulit mengumpulkan kekuatan untuk perang Salib kelima daripada yang di duga setiap orang. Tapi ia cukup percaya diri bahwa ia akan sukses. Ia bahkan menulis surat kepada al-Adil untuk mengingatkan serangannya yang akan tiba dan menasihati al-Adil untuk menyerahkan Yerussalem secara damai.
Kaum Frank tidak menginginkan perang Salib, katanya pada Paus. Mereka telah jemu membahayakan keamanan Negara kecil mereka dan takut bahwa perang suci itu akan menghancurkan kesepakatan-kesepakatan dagang yang baik dengan kaum Muslim saat itu. Kaum Muslim juga sedang menikmati perdagangan baru dengan kaum barat. Gairah mereka terhadap jihad telah mati dengan wajar setelah kematian Saladin pada tahun 1193. Al-Adil tidak punya hasrat untuk menyerukan perang suci, walaupun ia dipanas-panasi oleh sebagian kecil pejabat militernya.
Pada tahun 1218, ada tiga armada dari Fisia, Prancis dan Inggris, yang tiba di Acre dan mengutuskan untuk membangkitkan kembali rencana lama untuk menaklukan Mesir. Pada bulan Mei, mereka berlayar ke Damietta ini cukup mengejutkan kaum Muslim disana. Bahkan pada bulan Agustus mereka berhasil merebut kota itu. Rasa terkejut akibat kehilangan kota Damietta itu terlalu berat bagi sultan yang telah tua itu, yang kemudian wafat beberapa jam sesudahnya karena serangan jantung. Untuk mencegah pertikaian mengenai pewarisan tahta, sultan telah mengatur bahwa kekaisaran Ayyubiyah yang didirikan Saladin akan dibagi-bagi di antara tiga putranya yang tertua: al-Kamil mengambil Mesir, al-Asyraf mengambil jazirah dan al-Mu’azam akan mengambil Damaskus dan Yerusalem.
Pada bulan Februari tentara Salib berhasil menduduki kota al-Adilya. Kaum Muslimin kini semakin putus asa. Al-Mu’azam mulai membongkar benteng Yerusalem dan benteng-benteng lain di Palestina, kalau-kalau ia di paksa untuk menyerahkan kota itu kepada kaum Kristen. Tapi dalam kenyataanya, semangat tempur di kamp-kamp Kristen telah amat rendah.
Perang Salib kelima terus berlanjut dan al-Kamil bersiap untuk membuat perjanjian damai. Pada tahun itu, Mesir di ancam oleh kelaparan. Pada Oktober, sultan mengirimkan dua tawanan perang oleh Frank kepada Pelagius dengan membawa sebuah tawaran yang luar biasa murah hati: jika tentara Salib mau meninggalkan Mesir, ia akan mengembalikan Yerusalem, semua Palestina tengah dan Galilea. Al-Kamil memandang Yerusalem sepenuhnya dalam kerangka politik, bukan sebagai buah kota suci. Tentu saja Raja John dari Acre mendesak Pelagius untuk menerima perjanjian ini. Tetapi sama wajarnya juga bila Pelagius menolak. Tidak mungkin terjadi kaum Kristen berdamai dengan kaum sesat. Ordo-ordo militer saat itu juga setuju dengan Pelagius demi alasan strategis: benteng-benteng di Yerusalem dan Galilea telah di bongkar dan akan mustahil bagi kaum Kristen untuk menjaga kedua kota itu begitu tentara Salib pergi. Perang suci terus berlanjut dan Pelagius menanti kedatangan kaisar Federick dengan penuh percaya diri.
Tapi sang kaisar tidak pernah datang. Para tentara Salib yang jemu mulai kembali pulang. Pada bulan Februari 1220, John dan tentaranya kembali ke Acre dan hingga akhir tahun itu menahan serangan sultan al-Mu’azam ke kerajaan Kristen: perang Salib baru telah mengakhiri kehidupan bersama penuh kedamaian antara kaum Muslim dan kaum Kristen di timur tengah. Pada bulan Juli 1221, Pelagius tidak dapat menunggu kedatangan Federick lebih lama lagi dan merencanakan sebuah serangan ke Kairo. Raja John tiba dengan pasukan dari Acre dengan penuh ketidakyakinan, tetapi tidak ingin di anggap pengecut. Pada tanggal 12 Juli, tentara Salib berangkat dengan 630 kapal, 5.000 ksatria, 4000 pemanah, dan 40.000 tentara infantry. Tapi kini al-Kamil amat percaya diri. Kedua saudaranya telah mengirimkan tentara untuk membantunya, dan mereka menghadang jalur mundur tentara Salib ke Damietta ketika ia menyaksikan tentara Salib semakin mendekati Kairo, sultan al-Kamil tersenyum sendiri, nyaris tidak percaya pada keberuntungannya. Orang-orang barat itu tidak menyadari bahwa air sungai nil sedang pasang. Pada pertengahan bulan Agustus, tanah di sekitar nil begitu lembab dan licin sehingga tentara Salib harus menunda serangan maju mereka dan akhirnya mundur. Segera setelah langkah mundur itu dimulai, para prajurit Muslim menghancurkan dan pasukan-pasukan mereka bergerak memotong jalan keluar dan hanya dalam beberapa jam tentara Kristen secara memalukan telah terpenjara di sebuah pulau lumpur. Pelagius harus mengajukan tawaran perdamaian untuk menyelamatkan tentaranya dari pemusnahan, dan tentu saja pada saat itu persyaratan al-Kamil tidak cukup untuk bermurah hati daripada sebelumnya. Tentara Salib harus menandatangani gencatan senjata salama delapan tahun dan segera meninggalkan Mesir. Sebagai imbalannya, mereka di perbolehkan berlayar pulang tanpa di ganggu.
Perang Salib kelima telah menjadi sebuah kegagalan yang amat hina dan kemungkinan untuk menaklukan Yerusalem tampak lebih jauh lagi dari jangkauan mereka daripada tiga puluh tahun sebelumnya.
Tapi lepas dari model baru perang Salib ini, gagasan lama tentang operasi perang Salib sama sekalli tidak mati. Tiga perang Salib terakhir di abad ke-13 kembali ke cita-cita lama pemulihan gereja suci. Namun, kita juga melihat bahwa karena perubahan besar di timur tengah, perang Salib jenis lama tidak dapat lagi terlaksana. Perang Salib terakhir ke tanah suci ini sebenarnya memberi tahu kita lebih banyak tentang Eropa dan juga tentang moralitas perang Salib. Apakah dunia Kristen akan mengabdikan diri pada semangat perang Salib atau akan mengadopsi sikap yang lebih terbuka dan merangkuh kaum Muslim dan kaum Yahudi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar