Kamis, 24 Mei 2012

Apakah saya mengidap penyakit Bipolar Disorder?

Bipolar disorder, nama sebuah penyakit yang baru pertama kali saya dengar dari mbak Nunu Karlina di komentar grup Redaksi This in Gender. Awalnya saya hanya senyum-senyum saja membaca komentar dari mbak Nunu, karena kebetulan yang menjadi sasaran pendeteksiannya adalah mas Ismail dan mas Lukman. Namun setelah mbak Nunu menjelaskan sekilas mengenai penyakit ini, mengapa saya jadi sangat tertarik ya? Hm, kemungkinan pasti karena ada beberapa gejalanya yang mirip dan pernah saya alami dalam beberapa bulan ini.

Berdasarkan keterangan mbak Nunu, bipolar disorder adalah sebuah penyakit suasana hati (keadaan jiwa) yang relatif umum yang mempengaruhi kira-kira 5.7 juta orang-orang Amerika. Dikarakteristikan oleh episode-episode dari depresi yang bergantian dengan keadaan-keadaan euphoric (sangat gembira), gejala-gejala dari penyakit bipolar adalah beberapa dan seringkali mempengaruhi fungsi harian dari individu dan hubungan-hubungan antar pribadi.

Masih belum paham dengan definisi ini, sayapun mencari tahu kelanjutan dari penyakit ini. Setelah membaca detik.health, ternyata gejala awal penyakit ini adalah mengalami depresi berat, gagal dalam perkawinan, gagal merespon pengobatan anti depresan, menjalani profesi yang berbeda-beda, saudara kandung memiliki gangguan mood, menyalahgunakan zat, sulit mengontrol dorongan, menjalin banyak hubungan percintaan, memiliki beberapa jenis pekerjaan, didiagnosis megalami gangguan histrionik, psikotik dan borderlin, Suka warna merah.

Dari kesekian gejala ini,  ada 5 gejala yang sudah saya rasakan, yaitu mengalami depresi berat, menjalani profesi yang berbeda-beda, saudara kandung memiliki gangguan mood, sulit mengontrol dorongan, dan menyukai warna merah. Ciri pertama, saya merasa beberapa bulan ini saya sering mengalami depresi berat akibat berbagai permasalahan keluarga yang selalu bertambah. Astagfirullah, permasalahan keluarga memang tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Mengingat keluarga adalah semangat saya dalam menjalani hidup ini, sudah cukup kehilangan kakak dan mamah yang sangat dicintai. Dan jangan sampai kehilangan ini terjadi lagi dalam waktu yang singkat. Apalah yang akan saya alami kedepannya, saya tidak tahu lagi.

Gejala kedua yaitu saudara kandung memiliki gangguan mood. Hmm,, saya yakin bahwa seluruh keluarga saya benar mangalami ini. Saya pun dapat dengan cepat berubah mood. Jika saya menyenangi sesuatu, meskipun dengan jalan apapun saya akan berusaha untuk memperolehnya. Dan jika saya tidak menyukai sesuatu, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk menjauhinya. dan kesemua ini dapat berubah dalam jangka waktu yang sangat singkat. Astagfirullah, dalam beberapa menit dengan mudahnya saya dapat tertawa dan menangis. Yang menjadi permasalahan adalah dengan mudahnya pula saya mengambil suatu keputusan dan seenaknya menariknya kembali tanpa pertimbangan matang.

Saya tidak tahu mengapa saya jadi seperti ini. Padahal dahulu saya adalah orang yang sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Setiap keputusan yang saya ambil adalah hasil dari sebuah renungan dan meminta petunjuk dari Yang Maha Memberi Petunjuk, Allah Swt. Tetapi sekarang, hanya dengan waktu singkat, istikharah beberapa kali saja, saya sudah mengambil keputusan. Mungkin juga saya terpengaruh dengan tulisan Aidh Al Qarni dalam La Tahzan mengenai "keputusan harus diambil secara cepat, dan keputusan tersebut dapat dikoreksi jika ada yang tidak sesuai". Saya tidak tahu, apakah kata-kata Aidh Al Qarni ini benar atau tidak. Tapi,, mungkin ada benarnya jika kita memang membutuhkan sebuah rencana cepat, namun akan fatal akibatnya jika rencana tersebut membutuhkan kematangan dalam berfikir dan bertindak.

Pada akhirnya berulang kali saya mengambil keputusan secara cepat tanpa pertimbangan matang. Keputusan itu salah, namun saya tidak bisa mengoreksi keputusan yang salah tersebut. Astagfirullah, pada akhirnya meskipun tidak diperlihatkan, tetapi dalam hati ini ingin sekali mengulangi masa-masa dimana keputusan tersebut belum diambil agar dapat dikoreksi lagi. Apalah jadinya, karena nasi telah menjadi bubur. Setiap pilihan apapun pasti memiliki konsekuensi, dan saya harus menerima setiap konsekuensi itu.

Gejala ketiga adalah saya sulit sekali mengontrol dorongan. Seperti yang saya sudah jelaskan pada paragraf sebelumnya. Jika saya menyenangi sesuatu, maka apapun itu akan saya usahakan untuk memperolehnya. Contohnya, saya ke pondok tercinta, meski banyak yang menganggap keputusan saya mengajar dan mengabdi disana adalah sebuah hal yang kurang waras, namun saya tetap melaksanakannya. Tetapi pada saat ini saya harus mempertimbangkan mudharat yang selalu saya terima jika tetap mangabdi disana.

Gejala selanjutnya adalah saya memang menyukai warna merah. Terkadang teman-teman saya memprotes karena saya sering berpenampilan nyentrik dengan menggunakan jilbab merah terang. Saya juga baru menyadari kalau akhir-akhir ini sering memilih warna merah untuk barang-barang tertentu. Hmmmm,....

Berdasarkan hal ini, apakah saya benar-benar mengalami penyakit bipolar disorder? Saya tidak tahu, hehe.. saat ini saya memiliki segudang aktivitas sebagai seorang mahasiswi, aktivis HTI, INSISTS, ThisIsGender,  aktivitas Bem dan Senat di kampus, dan manjadi seorang guru. Selain itu, saya sekarang sedang mengalami permasalahan besar dalam harokah. Entahlah, pada akhirnya saya akan mengundurkan diri dari harokah tersebut atau terus berjuang bersama saudara dan saudari yang telah saya kenal selama hampir dua tahun. Yang saya pesankan, semoga persidangan besok akan baik-baik saja. Apapun pilihan pergerakan saya.

1 komentar: