Kamis, 19 Juli 2012

KDRT deuiyyy


Menikah tidaklah mudah. Ya, memang seperti itulah... Studi kasus dugaan KDRT yang saya saksikan sendiri malam ini..

Sebut saja Arin, di seorang istri yang tinggal menjadi pekerja rumah tangga di suatu klinik. Bersama suaminya sudah hampir sebulan dia bekerja di klinik ini. Pemilik klinik sangat toleran dan baik sehingga mengizinkan keluarga kecil ini untuk tinggal sembari bekerja. Alasan utamanya pasti karena merasa kasihan dengan perekonomian mereka. Disamping keluarga ini juga telah memiliki seorang bayi laki-laki yang berusia 8 bulan.

Keluarga kecil yang menurut saya tidak sembarangan. Sang istri dan suami sama-sama alumni pondok pesantren. Seharusnya mereka sangat mafhum dengan kehidupan setelah menikah.

Alasan saya menulis ini karena beberapa menit lalu saya terkagetkan dengan suara gaduh di lantai dua klinik. Saya sudah memperkirakan bahwa pasangan ini sedang bertengkar hebat. Tapi saya tidak mau memusingkan karena menurut saya itu urusan keluarga mereka.
Awalnya memang saya bersikap seprti itu, namun permasalahan jadi merembet karena sang istri turun dari lantai dua dan menangis dihadapan pemilik klinik. Arin menangis terisak-isak sembari mengadukan ulah sang suami yang memukulinya tanpa ampun. Sang pemilik klinik lebih banyak mendengarkan dan tidak mampu berbuat banyak karena lagi-lagi alasan menyangkut rumah tangga orang lain, meskipun itu pegawainya sendiri.

Menyaksikan Arin menangis terisak-isak, tak tega saya mendekatinya. Beberapa pertanyaan saya ajukan ke perempuan ini mengenai alasan suaminya memukulinya. Saya menyuruh perempuan ini minum air putih unutk menenangkan diri. Setelah tenang, akhirnya Arin bercerita.

Dia menceritakan alasan suaminya memukulinya. Kalau saya mendengar penjelasannya, memang hanya karena masalah sepele. Arin menyatakan kecemburuan yang hebat terhadap suaminya karena mendekati perempuan lain. Tidak terima dengan kecemburuan tak beralasan istrinya, sang suami langsung naik pitam.

Berdasarkan penjelasan Arin, sang suami memukulinya tanpa ampun. Dia juga menyatakan bahwa sang suami menampar wajahnya secara berulang-ulang. Astagfirullah, sedikit tidak menyangka kepribadian suaminya yang sangat tempramental. Mengapa tidak percaya, karena sang suami memahami berbagai tafsir Al Qur'an dan Hadits.

Nusyuz, hal inilah yang selalu dijadikan alasan sang suami memukuli istrinya. Arin selalu mengatakan bahwa dia tidak bertindak kurang ajar kepada suaminya. Dia bahkan mengungkit pengorbanan yang besar kepada suaminya karena telah memilih dia dari keluarganya. Keluarga Arin sejak awal tidak pernah menyetujui Arin untuk menikahi pria ini, namun atas dasar cinta, Arin lebih memilih untuk bersedia menjadi pendampingnya.

Awal keluarga Arin tidak menyetujui pernikahan mereka karena keadaan ekonomi suaminya yang sangat minimal. Sang keluarga melihat bahwa Arin lebih mapan dan mampu memperoleh pendamping yang lebih baik.

Sebagai pengantin baru, seharusnya mereka menjalani kehidupan dengan sangat indah. Namun, ternyata hal ini hanya dua hari dialami Arin. Menurut pengakuannya, KDRT yang dilakukan suaminya berawal pada penolakan dirinya atas ajakan sang suami melakukan hubungan intim. Arin beralasan bahwa dirinya sedang kelelahan luar biasa. Dia mengharapkan sang suami dapat memakluminya. Namun alangkah terkejutnya dia, sang suami malah menamparnya dan memaki-makinya dengan penuh emosi.

Kejadian ini kembali berulang pada usia seminggu pernikahan mereka. Kali ini lebih ekstreem, sang suami berani menampar Arin di depan ibu kandung Arin. Tidak menerima perlakuan kasar menantunya, ibunda Arin marah dan menganggap bahwa atas dasar kedurhakaan kepada orang tuanyalah Arin memperoleh suami seperti itu. Hingga saat ini Arin kebingungan karena keluarganya tidak mau menerimanya lagi.

Saya berusaha mendudukkan posisi kedua orang ini secara adil, saya memanggil sang suami untuk memberikan penjelasan.
Berdasarkan pengakuan suami, Arin telah melakukan nusyuz. Dia menyatakan bahwa apa yang dilakukannya merupakan upaya pendidikan. Dia juga mengatakan bahwa ucapan penuh emosi Arin kepada saya merupakan upaya adu domba. Dia juga menyangkal telah memukul Arin di wajahnya.

Hmm,, setelah mendengarkan penjelasan panjang kedua belah pihak, saya menyimpulkan keduanya salah total. Mengapa?

Karena Arin seorang wanita yang kurang mengenal adab dalam berumah tangga. Arin sempat menolak ajakan suami untuk melakukan hubungan badan. Kita semua mengetahui bahwa larangan keras bagi perempuan menolak ajakan suami. Kecuali jika alasan sangat syar'i. Yaitu ketika sang istri sedang berhalangan (haid) atau ketika sakit dan tidak mampu melayani suaminya.
Menurut suaminya, sikap pemberontak telah menjadi kepribadian Arin. Penolakan kasar yang dilakukannya merupakan alasan utama dia menampar istrinya. Dia menggap bahwa apa yang dilakukan kepada istrinya merupakan pendidikan. Pendidikan kepada seorang istri yang diduga melakukan nusyuz.

"Secara bahasa, Nusyuz berarti penentangan atau lebih umumnya adalah pelanggaran istri terhadap perintah dan larangan suami secara mutlak, akan tetapi Nusyuz dapat juga terjadi pada suami apabila seorang suami tidak menjalankan kewajiban yang menjadi hak-hak istri, seperti tidak memberikan nafkah dan lain sebagainya.
Langkah-langkah Menghadapi Suami dan Istri Nusyuz dalam al-Qur’an.
Terdapat empat ayat yang menggunakan kata Nusyuz dalam Al-Qur’an. yaitu dalam surat Mujadalah ayat 11, al-Baqarah ayat 259, al-Imron ayat 128 dan ayat 34.
Namun hanya pada dua ayat yang berhubungan dengan pembahasan sekarang ini. Berkenaan langkah menghadapi istri Nusyuz Al-Qur’an menjelaskan: “…wanita-wanita yang kamu khawatirkan Nusyuz-nya, maka nasehatilah mereka, lalu pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan lalu pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya…”.

Sedikit penjelasan mengenai nusyuz yang dilakukan istri. Menurut saya ada benarnya bahwa sang istri memang diduga nusyuz. Setidaknya saya menjadi saksi perihal ketidaksopanannya terhadap suami. Arin sering berkata kasar kepada suaminya.

Tetapi, pendidikan yang dilakukan suami kepada Arin tidaklah baik. Telah saya jelaskan sebelumnya bahwa sang suami memiliki tempramental yang inggi. Dengan mudahnya dia menampar wajah istrinya. Padahal jelas itu diharamkan. Mendidik istri tidak dengan jalan kekerasan atas dasar emosi. Melainkan karena kecintaan yang besar kepada Allah untuk menjadikan istri lebih shaleha.

Saya juga ingin sedikit mengulas alasan sang istri menolah ajakan suami melakukan hubungan intim. Jika memang sang istri kelelahan berat, sang suami setidaknya dapat memaklumi. Meskipun kita mengetahui suami yang merasa kecewa tersebut menjadikan para malaikat melaknat wanita tersebut hingga fajar. Namun, jika alasan itu sepele bahkan dibuat-buat, sang suami berhak marah kepada istrinya dan melakukan sebuah upaya pendidikan.
Selanjutnya, jika ternyata Arin sedang berhalangan, tidak ada alasan sama sekali untuk suami memaksanya. Karena jelaslah ini diharamkan kecuali dalam cumbuan ringan.

Apapun alasannya, kedua belah pihak memang melakukan kesalahan. Kedua belah pihak memiliki sikap egois yang tinggi. Keduanya tidak memiliki kestabilan emosi.

Menjadi pelajaran bagi kita untuk lebih menghargai kedudukan suami. Ingatlah, bahwa ketika sudah menikah, suami memiliki hak penuh terhadap kita. Kita wajib melaksanakan semua perintahnya dengan ikhlas. Kecuali ketika sang suami mengajak kita pada kekufuran. Kita ambil contoh, Asiyah, sebagai salah satu wanita yang dijamin memperoleh syurga. Beliau tetap tabah dan menjadi istri yang sholeha meski memiliki suami yang laknatullah Fir'aun. Tidak main-main, suaminya sendiri mengakui bahwa dirinya Tuhan. Namun Asiyah tetap bertauhid menyembah Allah Ta'ala.

Kehidupan pernikahan selalu dibayangkan dengan sangat indah. Itu jika sang istri mampu memenuhi kebutuhan suami dengan baik dan sebaliknya, sang suami dapat menjadi imam yang baik bagi sang istri. Kedua belah pihak haru sama-sama menikah atas dasar cinta kepada Allah. Dan sebagai penyempurna diin mereka.

Wajib bagi kita sebelum menikah untuk mempelajari kehidupan baru ini. Setidaknya kita sudah harus faham berbagai fikih wanita, munakahat, jima', dll. Minimal kita memahami hak dan kewajiban kita sebagai istri.

Selasa, 17 Juli 2012

Alhamdulillah,, berikut nilai-nilai kuliah saya

Anita
NIM, 1110015000015

IP Semester 1= 3,52
IP Semester 2= 3,7
IP Semester 3= 3,7
IP Semester 4= 3,65 (ternyata turun 0,5)

IPK sementara 3,64

Hari ini beneran bt saya. ada dua mata kuliah yang nilainya 7,95 dan 7,86 (huh, dua dosen ini sensitif sekali dengan saya.). Seperti dosen liberal ini yang memberikan saya nilai 7,95, menjatuhkan saya di formatif hanya 70. Aneh?? padahal keaktifan saya dikelas dia katakan mumtaz.. Bahkan di mata kuliahnya saya presentasi 2 kali.. Cape deh,, dasar dosen liberal. Gak maen fair..
Jadi inget kejadian semester 1, dosen sosiologi saya menjatuhkan nilai UAS saya menjadi 65. What?? padahal UTS saya memperoleh nilai sempurna, dan formatif jelas" saya memperoleh nilai tinggi. Pintarnya dia menjatuhkan saya pada UAS yang memiliki bobot nilai 50 %.. akhirnya saya hanya memperoleh nilai B sendirian dikelas. Terlihat sekali ketidakadilannya.

Alhamdulillah, disela-sela padatnya aktivitas tetap dapat cumlaude..

Semoga kedepannya dapat lebih baik. Sekali lagi saya merasa sangat puas atas IP ini. Karena prinsip selalu ditegakkan. Saya tidak pernah mencontek. Sebuah perilaku menjijikan. Kenapa? karena saya merupakan seorang guru. Digugu dan ditiru


Sabtu, 07 Juli 2012

Makna Diam dan Pergerakan

Pantai yang diam berkata
Sekalipun aku telah lama berada di sini
Aku belum juga menyadari jati diriku
Lalu gelombang yang sedang menghembus cepat menjawab
Bergulung itu berarti ada
Sedangkan diam berarti tiada
(M. Iqbal)

Hidup itu ditandai dengan bergerak, sedangkan diam itu adalah kematian. (Buya Hamka)

Kata-kata ini sungguh bermakna. Menyiratkan arti yang sangat mendalam.

Diam, sebuah tindakan yang kita pilih ketika tidak ada jalan keluar sebuah permasalahan. Diam adalah pasif, tidak bergerak,. Menurut saya diam adalah musuh utama upaya pengislahan.

Diam merupakan sifat sebuah batu. Dia tidak berdaya melawan derasnya aliran air dan hempasan iklim yang berubah-ubah. Dia hanya menunggu; sebuah kehancuran, karena dia tidak melakukan pergerakan.

Kata orang, diam itu emas, diam itu karang, diam itu sebuah pilihan dalam bertindak. Namun menurut saya diam itu penakut, diam itu layaknya api yang tidak berdaya melawan derasnya air, seperti bangunan tua yang rapuh sehingga dengan mudah tersapu angin topan.

Jikalau hidup adalah sebuah evolusi, evolusi-pun merupakan sebuah pergerakan. Setidaknya orang-orang dengan teori evolusi sosial bergerak, melakukan perubahan dalam hidup. Mereka memilih untuk bertindak layaknya air tenang yang mengalir. Mereka memilih untuk tidak melawan aliran air, hingga diharapkan mencapai sebuah tujuan utama yaitu samudra. Namun sangat disayangkan, karena tujuannya yang benar adalah ke hulu, tempat mata air sungai itu berasal.

Ada orang-orang yang memilih untuk melakukan sebuah Reformasi, membenahi segi kehidupan secara perlahan. Setidaknya hal ini lebih baik, karena mereka berani melawan arus air. Beberapa saat mereka terhempas karena terbawa arus yang deras. Namun mereka tidak menyerah untuk tiba ke tujuan. Tapi tetap saja, usaha yang mereka lakukan terasa kurang, dan pada akhirnya mereka tidak sampai ke sumber mata air yang diharapkan.

Jikalau kedua gerakan ini merupakan suatu kesalahan, maka yang terbaik hanyalah Revolusi sosial. Yang mampu menggerakkan pada arah dan tujuan. Mereka yang berevolusi adalah seorang yang berani melawan arus kehidupan yang diciptakan oleh masyarakat global. Mereka melakukan sebuah pergerakan besar. Yang diharap menghantarkannya pada kejelasan. Mereka mampu mengambil resiko, dalam segala keputusan yang telah difikirkan secara matang dan cepat. Karena kita mengetahui bahwa masalah tidak dapat dipecahkan secara perlahan. Menurut saya ini adalah sebuah pilihan yang benar..

Saya tidak menyangkal bahwa adakalanya dalam kehidupan ini kita harus melakukan sebuah evolusi dan reformasi. Tapi evolusi dan reformasi tidak dapat dijadikan sebuah prinsip. Yang saya sesalkan jika kehidupan ini dilalui hanya dengan terdiam. Memilih untuk pasif dalam mencapai sebuah rasa aman.
Hidup ini memang berat, banyak hal yang membuat kita akhirnya menyerah dan pasrah dengan keadaan. Kaum jabariyah meyakini bahwa mereka hidup dalam satuan rantai kendali. Satuan rantai kendali ini diciptakan Allah Yang MahaKuasa kepadanya. Atas kehendak Allah mereka hidup, dan atas kehendak Allah mereka menjalani hidup.
Orang yang lebih memilih 'diam' termasuk dalam golongan ini. Yang selalu pasrah dalam kehidupan di dunia yang fana..

Berbagai kejadian mungkin saja membuat kita mengalami keraguan, ketakutan dalam mengambil sebuah keputusan. Kekecewaan yang pernah dirasakan, menjadikan kita menghindari hal-hal yang dapat membuat kecewa. Kita cenderung menjadi penakut. Menjadi phobia pada hal-hal yang yang tidak perlu ditakutkan. Kekecewaan tersebut pada akhirnya membuat kita menyerah, tidak melakukan apapun, layaknya sebuah batu yang 'diam' saja saat berada dalam cuaca yang ekstreem.

Hidup adalah sebuah pergerakan, sebuah jalan yang harus dijalankan, sebuah permainan yang harus dimainkan. Berbagai kendala adalah hal yang lumrah dihadapi manusia. Seharusnya berbagai halangan ini membuatnya semakin dewasa untuk malakukan sebuah pengislahan. Pengislahan ini bukan dalam komunitasnya, namun pada dirinya sendiri.

Adakalanya manusia menginginkan hidup damai diatas gejolak besar dalam diri. Memilih untuk menjadi pasif, atas dasar menghindari sebuah konflik. Orang-orang seperti itu cenderung tidak melihat peluang besar di depan matanya. Mereka membiarkan peluang tersebut pergi begitu saja. Padahal sebuah kesempatan besar tidak selamanya menghampiri.

Dalam hal ini, kita harus ingat sebuah dalil naqli yang sangat terkenal "Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum tersebut yang merubahnya". Syarah dalam dalil ini sangat jelas, bahwa kita diperintahkan untuk melakukan sebuah pergerakan, yang mengarahkan kita pada sebuah perubahan besar. Namun dalam hal ini kita tetap tak dapat mengubah suatu hal yang memang telah digariskan oleh-Nya. Karna hanya Dia-lah yang memiliki hak Prerogatif untuk menandatangani setiap rencana dan ikhtiyar dalam kehidupan. 

Kebahagiaan, kesenangan, kegembiraan didunia adalah saat mengarungi jalan keridhaan-Nya, menyelami masa-masa cinta pada-Nya, mabuk asmara dengan-Nya, dan mencapai makrifah kepada-Nya..

Allahu 'alam..


Seperti inilah makna "Diam" menurut Buya Hamka,.

dan makna ketiadaan menurut Muhammad Iqbal

Jumat, 06 Juli 2012

abc,, serba serbi tulisan

Apa yang terjadi detik, menit, jam, hari, minggu, tahun, bulan,dan tahun berikutnya manusia takkan mengetahui. Berbagai rencana yang telah disusun oleh manusia dapat pupus ketika Yang Maha Kuasa tidak menyetujuinya.

Setidaknya saya telah menyusun rencana selama 10 tahun kedepan. Mapping hidup saya ini telah mengalami perubahan beberapa kali. Namun berbagai target utama tidak pernah saya ubah. Berharap hanya Allah yang mampu mengubah bahkan menghapus jika bukan merupakan jalan terbaik bagi hidup saya.

Mungkin dengan mudahnya orang mengatakan, selepas meninggalnya mama hidup saya semakin tidak karuan. Jalan hidup yang lumayan mulus mulai saya tinggalkan. Saya lebih mencari kesenangan dengan alasan petualangan dimasa muda.

Saya mulai meninggalkan berbagai aktivitas utama,. Mencari makna kehidupan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Seperti inilah perkataan sahabat karib saya. Bahkan dia juga mengatakan saya telah tersesat, berusaha menyesatkan diri dalam pencarian makna. Beberapa orang bahkan sudah tidak peduli dengan perkembangan jalan hidup saya. Mereka mulai meninggalkan dengan alasan saya yang lebih awal meninggalkan mereka.

Apa sesungguhnya definisi persaudaraan? Apakah hanya sampai disini usaha mereka untuk mempertahankan saya? Apakah hanya dengan deraian air mata penyesalan, saya akan kembali pada mereka? Jawabannya adalah tidak.

Yang saya lakukan saat ini bukanlah perjalanan biasa. Saya benar telah meninggalkan kalian karena kita sudah tidak satu jalan. Berbagai halangan dan rintangan yang saya hadapi saat ini adalah sebuah pencarian yang sesungguhnya. Mencari yang terbaik untuk menggapai keridhaan-Nya.

Dalam pencarian makna, saya tahu halangan dan rintangan akan silih berganti menerjang. Halangan tersebutlah yang pada akhirnya membuktikan sebuah azzam. Jika benar azzam tersebut berasal dari ketulusan hati, maka diri ini akan sanggup untuk mempertahankannya.

20, kata orang dalam usia ini manusia mulai menemukan kehendak dirinya. Berbagai pengalaman menjadikannya semakin kokoh dalam berkepribadian. Pilihan-pilihan hidup telah mengarahkannya pada sebuah tujuan. Sebuah tujuan yang menghantarkannya pada sebuah proses nan rumit, yang lebih sering sulit untuk difahami.

Jika dalam Lauhul Mahfuz tidak tertera nama saya untuk pemanggilan sepuluh tahun kedepan,. Mohon izinkanlah saya untuk menggali seluas-luasnya ilmu dan hikmah. Meski sukar saya temukan, saya tetap akan mencarinya hingga pada suatu masa dapat bersua..

Monopoli sebuah permainan pendidikan Kapitalis Sejati

Permainan juga mempengaruhi mental seorang anak.

Tulisan ini saya buat atas kegelisahan perkembangan mental adik saya kedepannya.

Ilham, nama adik saya yang berusia 10 tahun, sedang asik memainkan sebuah permainan dengan temannya ketika saya pulang. Sebenarnya, pemandangan ini sudah sering saya lihat. Namun makin lama saya mengkhawatirkan perkembangan mental adik saya akibat memeinkan permainan ini. Bagaimana tidak, setelah saya perhatikan beberapa saat, adik saya sangat bahagia karena memiliki uang yang sangat banyak. Sebaliknya, teman-teman sepermainannya sangat miskin, bahkan ada yang berhutang padanya. Pada saat itu, adik saya sangat puas karena berhasil memenangkan permainan. Dia menjadi pemilik modal dengan menguasai asset-asset penting. Dia bahkan tidak mempedulikan nasib teman-teman sepermainannya yang mengalami kebangkrutan luar biasa.

Apa yang dialami adik saya ini tidak berbeda dengan pengalaman saya sewaktu kecil. Bermain permainan monopoli dengan kakak-kakak maupun teman saya sungguh sangat menyenangkan. Sewaktu kecil, saya tidak pernah merasakan sesuatu yang ganjal dalam permainan ini. Mengingat kemampuan indrawi saya belum cukup untuk mengetahui makna dsri setiap permainan. Namun seiring berjalannya waktu, saya menemukan berbagai keganjalan, terlebih setelah mengetahui sedikit demi sedikit sistem ekonomi kapitalistik. Berbagai kondisi pada sistem kapitalisme digambarkan secara komprehensif oleh permainan ini.

Monopoli merupakan sebuah permainan yang dipatenkan oleh Charles Darrow pada abad ke-20. Sejarah panjang menghiasi perebutan hak cipta karena permainan ini sudah sangat mendunia. Permainan monopoli ini memerlukan sebuah kecerdikan, kejeniusan dan strategi khusus agar memperoleh kemenangan. Salah satu strateginya adalah rela memiskinkan diri untuk dapat membeli sebidang tanah strategis sebagai investasi awal.
Seperti sebuah kehidupan nyata, permainan monopoli ini dipimpin oleh Bank sebagai pemilik asset utama. Bank memiliki asset-asset berupa; kartu dana umum dan kesempatan; berbagai surat kepemilikan komplek properti; dan yang pasti memiliki kekayaan utama (kas). Permainan ini juga dikendalikan oleh dua buah dadu layaknya alat perjudian. Secara tidak langsung dadu ini dimiliki pula oleh Bank, berikut papan permainannya.

Permainan dimulai untuk mencari pemain pertama yang memulai. Bank memberikan modal awal senilai US$150.000 kepada tiap pemain. Permainan ini membutuhkan sekali putaran untuk melakukan berbagai transaksi. Setelah satu kali putaran, ketika melewati komplek di wilayah putaran awal, pemain akan memperoleh uang sebesar US$20.000. Sedikit apes jika pemain tidak melewati berbagai komplek itu dan terhenti kocokannya pada start maupun pajak jalan. Pada awal-awal permainan, pemain cenderung menghindari pembelian asset murahan. Berharap dapat membeli asset yang total investasinya lebih besar. Sasaran utama pemain adalah pembelian komplek terakhir, yaitu Afrika dan Australia.

Pemain memperhitungkan hal ini karena keuntungan yang akan diperoleh kedepannya. Investasi awal pemain dengan membeli tanah negara, membangun rumah, bahkan membuat hotel di negara tersebut. pemain terus berusaha berinvestasi pada keseluruhan komplek. Pada saat ini, kemiskinan tidak terelakkan. Namun pemain lebih menyukai pengambilan resiko dengan harapan kas pribadinya terganti dengan lebih banyak jika ada pemain-lain terjebak dalam komplek tersebut.

Selain mengharapkan kas masuk akibat penyewaan tanah hingga hotel, pemain juga menginginkan keuntungan akibat memperoleh kartu dana umum dan kesempatan. Jika mereka singgah pada tempat-tempat dengan tanda-tanda tersebut, mereka dapat memilih kartu yang paling atas. Namun kita semua sudah tahu, bahwa sebelum permainan dimulai kartu-kartu tersebut telah dikocok. Jika mereka memiliki nasib baik, mereka akan memperoleh kartu yang menambah pundi-pundi materi. Semisal kartu dengan pendapatan bunga, bonus, komisi, dll hingga kartu ajaib "Bebas dari Penjara". Para pemain sepenuhnya berharap memperoleh kartu jenis ini. Sebaliknya, jika pemain tidak beruntung, mereka akan memperoleh kartu-kartu yang mengecewakan, seperti membayar iuran sekolah, rumah sakit, perbaikan rumah/hotel, hingga denda akibat mabuk di muka umum.

Yang menggelikan dari permainan ini yaitu "kartu bebas dari Penjara" dengan Jargon khusus 'Kartu Bebas dari penjara; kartu ini dapat disimpan, digunakan bila perlu, atau boleh dijual.' Seperti kita ketahui, kartu keramat ini dapat disimpan untuk berjaga-jaga, digunakan sebagai penjamin ketika pemain masuk penjara, dan dijual dengan nominal yang cukup banyak. Pada saat hal ini, pemain yang mengalami kebangkrutan dapat menjual kartu ini pada Bank sehingga dia akan menjadi kaya kembali. Namun jika pemilik kartu ini adalah pemain yang memiliki modal besar (sang kapitalis), dia akan menyimpannya untuk keperluan tertentu. Selain kartu bebas dari penjara, ada area bebas parkir. Pemain bebas melakukan apapun dengan membeli sebuah asset atau memperoleh uang dari pajak jalan.
Inti dari permainan ini adalah keberuntungan, kecerdikan, pantang menyerah, kejahilan, kejeniusan, kelicikan, hingga mental untuk tidak berperikemanusiaan. Pemenang dalam permainan ini dapat saja menang jika dia meninggalkan sikap peduli pada lawannya. Dia haruslah tidak memiliki sikap ini untuk bertahanhidup. Karena menurutnya dalam sebuah permainan harus ada pihak yang kalah dan yang menang. Permainan monopoli ini akan dihentikan jika kas yang dimiliki Bank telah menipis, berpindah tangan pada salah satu pemain, bahkan pemain sudah tidak sanggup membayar utang-utangnya dengan penjualan asset yang dia miliki.

Hal inilah yang membuat saya khawatir dengan perkembangan mental adik saya. Saya khawatir bila kedepannya adik saya ini menjadi manusia yang selalu mengejar materi. Dia menjadi materialis, disatu pihak dia juga tidak memiliki rasa peduli atas kesulitan orang lain. Dia membiarkan kehidupan orang lain menderita asalkan dia bahagia. Saya juga takut dengan berbagai riba yang telah dia pelajari sejak kecil menjadikannya tidak kenal ampun mengambil hak orang lain atas dasar kepentingan diri sendiri.

Sesungguhnya permainan ini menggambarkan keadaan yang sebenarnya dalam sistem ekonomi kapitalis. Bank, digambarkan sebagai pemegang kontrol permainan ekonomi dunia. Bunker memiliki berbagai lembaga boneka. Tidak lain berfungsi sebagai pengontrol negara-negara jajahan mereka. Lembaga-lembaga ini dapat digambarkan dengan The Fed (terletak di Amerika) sebagai kapitalis sejati yang membawahi lembaga lainnya. Semua sistem ekonomi kapitalis berpusat pada lembaga ini.

Dalam sistem kapitalisme, pemegang modal selalu memperoleh hak penuh terhadap kaum yang marginal. Karl Marx menggambarkannya dengan penindasan kaum borjuis terhadap kaum proletar. Kaum borjuis tidak mengenal ampun mengambil keuntungan sebesar-besarnya kepada kaum proletar. Apa yang dilakukan kaum borjuis semata-mata untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dalam setiap usaha mereka.

Betapa mengerikannya permainan ini untuk adik dan anak-anak saya nanti. Tidak mengherankan jika pada saat ini dengan mudah kita menemukan sekelompok orang kaya yang tidak berperikemanusiaan menginjak-injak segolongan orang yang pas-pasan..

Senin, 02 Juli 2012

Luar biasa penyanyinya..

Lagu-lagu ini sungguh luar biasa, karena dinyanyikan oleh orang-orang yang juga luar biasa. Siapa dia??

Judika; Aku yang tersakiti
http://www.youtube.com/watch?v=9tZPmSv6DTs

Firman; Kehilangan
http://www.youtube.com/watch?v=9Gf_1FHpenY

Sammy, Judika, n Firman; kompilasi 
http://www.youtube.com/watch?v=8GZWNZolOmg

Adam Lambert, eh Judika ding
 http://www.youtube.com/watch?v=DSxOQx2ymlI&feature=related

Minggu, 01 Juli 2012

Penelitian kilat beberapa bagian dihilangkan



PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER ISLAMI DI PONDOK PESANTREN PUTRI HUSNAYAIN BABAKAN SUKABUMI

KARYA ILMIAH



Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai nilai Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah Pendidikan Profesi Keguruan

oleh,
Nama                : Anita
NIM                 : 1110015000015



PRODI SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Karya Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Profesi Keguruan. Karya tulis Ilmiah ini membahas mengenai pendidikan karakter pada siswa SMP dan SMA. Judul karya tulis ilmiah ini adalah Peran Guru dalam Pengembangan Karakter Islami di Pondok Pesantren Putri Husnayain Babakan Sukabumi.  Setelah secara singkat waktu yang diberikan untuk observasi, Alhamdulillah karya ilmiah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian karya ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.            Dr. Yayah Alawiyah, M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Profesi Keguruan. Atas arahan dan bimbingan beliau-lah karya ilmiah ini dapat terselesaikan.
2.            Ayah dan kakak tercinta yang banyak memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
3.            Narasumber terpecaya dalam penelitian ini, beberapa guru Husnayain Boarding School yang telah banyak membantu. Terima kasih yang sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Buya K.H. Chollil Ridwan, L.C selaku pimpinan Pondok Pesantren Husnayain, Dr. Nirwan Syafrin Manurung serta Usth. Ula Randis Asasiyah, L.C sebagai pengasuh pondok pesantren putri yang terletak di Babakan, Kabandungan Sukabumi.
4.            Santri putri Pesantren Husnayain atas bantuan dan kerelaannya sebagai objek penelitian penulis.
5.            Semua pihak yang ikut membantu dalam pencarian data dan informasi, baik secara langsung maupun tidak langsung, cetak maupun elektronik, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas semuanya.
Sebagai seorang mahasiswi yang masih dalam proses pembelajaran, penulis menyadari segala kekurangan dalam penulisan karya ilmiah. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penyempurnaan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Harapan penulis, semoga karya ilmiah yang sederhana ini, dapat memberi gambaran secara komprehensif terhadap pembaca dan kita semua dalam mengupayakan penanaman karakter terhadap peserta didik. Sebagai seorang guru dan calon guru yang sukses, penulis mengharapkan untuk kedepannya dapat menanamkan semua karakter-karakter tersebut untuk peserta didik dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Sukabumi, 30 Juni 2012

                                           PENULIS


ABSTRAK

Karya ilmiah yang berjudul Peran Guru dalam Pengembangan Karakter Islami di Pondok Pesantren Putri Husnayain Babakan Sukabumi ini membahas pengembangan karakter pada peserta didik. Karya tulis ini juga melihat nilai-nilai karakter apa saja yang ditanamkan oleh para guru Pesantren Husnayain kepada anak didiknya dan cara pengaplikasiannya dalam budaya religius pesantren.
Tujuan pemulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberitahukan kepada pembaca mengenai pentingnya pendidikan karakter sebagai salah satu penunjang kegiatan belajar mengajar. Berbagai permasalahan adab yang dihadapi bangsa Indonesia ini tidak lain karena suatu sistem pendidikan yang kurang memperhatikan penanaman adab kepada peserta didiknya. Diharapkan setelah karya ilmiah ini terselesaikan, pembaca secara umum dapat mengetahui pentingnya penanaman adab kepada peserta didik yang dididiknya melalui penanaman nilai-nilai karakter .
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah dengan melakukan Studi Pustaka. Penulis mencari bahan-bahan tentang pendidikan karakter dari Internet, juga melalui buku-buku dan ensiklopedia tentang penanaman adab dalam pendidikan Islam. Tidak hanya itu, untuk memperkuat penelitian ini, penulis juga melakukan pengamatan secara langsung kepada para beberapa guru dalam hal ini ustazah mengenai caranya memberikan tauladan kepada peserta didik. Sebagai salah satu staf pengajar pesantren ini pula setidaknya penulis mengetahui lebih jauh mengenai upaya penanaman adab di pesantren ini. Selain itu penulis juga melakukan wawancara, baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap guru
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan fakta bahwa penanaman adab terhadap peserta didik masih sangat kurang. Beberapa pendidik kurang menyadari pentingnya penanaman adab dan nilai-nilainya melalui pendidikan karakter terhadap peserta didik. Pendidik juga kurang dalam menanamkan karakter terhadap dirinya sendiri sebagai suatu teladan dalam proses pendidikan.

BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang Masalah
Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan Nasional sudah mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk semua tingkat pendidikan, dari SD-Perguruan Tinggi. Menurut Mendiknas, Prof. Muhammad Nuh, pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Jika karakter sudah terbentuk sejak usia dini, kata Mendiknas, maka tidak akan mudah untuk mengubah karakter seseorang. Ia juga berharap, pendidikan karakter dapat membangun kepribadian bangsa. Mendiknas mengungkapkan hal ini saat berbicara pada pertemuan Pimpinan Pascasarjana LPTK Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) se-Indonesia di Auditorium Universitas Negeri Medan (Unimed), Sabtu (15/4/2010). 
Munculnya gagasan program pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia, bisa dimaklumi, sebab selama ini dirasakan, proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal membangun karakter. Banyak lulusan sekolah dan sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mentalnya lemah, penakut, dan perilakunya tidak terpuji.
Bahkan, bisa dikatakan, dunia Pendidikan di Indonesia kini sedang memasuki masa-masa yang sangat pelik. Kucuran anggaran pendidikan yang sangat besar disertai berbagai program terobosan sepertinya belum mampu memecahkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan, yakni bagaimana mencetak alumni pendidikan yang unggul, yang beriman, bertaqwa, profesional, dan berkarakter. Pesantren sebagai lembega pendidikan Islam diharapkan dapat memberi angin segar dalam mencetak generasi penerus bangsa yang beradab. Selain itu dengan program pengajarannya yang intensif, pesantren diharapkan juga mampu memikul beban dalam melahirkan para intelektual Islam yang berkarakter mulia.

B.           Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan diatas, maka identifikasi masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah.
1.            Apakah definisi pendidikan karakter dalam Islam?
2.            Apakah nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan guru terhadap peserta didik untuk menjadikan peserta didik seorang yang beradab?
3.            Apakah sesungguhnya tujuan pendidikan karakter terhadap peserta didik?
4.            Apakah tugas seorang guru dalam pendidikan karakter dalam Islam?
5.            Bagaimana pengintegrasian pendidikan karakter Islami dalam setiap mata pelajaran?

C.          Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah penulis kemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah.
1.            Mengetahui definisi pendidikan karakter dalam Islam.
2.            Mengetahui nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan guru terhadap peserta didik untuk menjadikan peserta didik seorang yang beradab.
3.            Mengetahui tujuan pendidikan karakter terhadap peserta didik.
4.            Mengetahui tugas seorang guru dalam pendidikan karakter.
5.            Mengetahui bagaimana pengintegrasian pendidikan karakter Islami dalam setiap mata pelajaran.

D.          Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis mempergunakan metode observasi atau teknik pengamatan langsung, teknik wawancara, dan teknik studi kepustakaan atau studi pustaka. Tidak hanya itu, penulis juga mencari bahan dan sumber-sumber dari media masa elektronik yaitu internet.

E.           Hipotesis
Penelitian ini dilakukan berangkat dari keyakinan penulis setelah cukup melakukan pengenalan secara meluas terhadap masalah yang diangkat. Adapun keyakinan atau hipotesis tersebut adalah “Kurangya pemahaman para guru terhadap pentingnya pendidikan karakter dalam pembelajaran. Para guru dapat mengetahui urgensi mengenai pendidikan karakter tetapi kurang memahami dalam mengaplikasikannya dalam setiap mata pelajaran.”

F.           Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Putri Husnayain yang terletak di kecamatan kabandungan kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Penelitian ini diadakan dalam jangka waktu satu minggu terhitung sejak tanggal 23 hingga 29 Juni 2012. Dimulai dari pengumpulan data, kegiatan lapangan hingga penulisan hasil akhir penelitian.

G.          Sistematika Penulisan
Pada karya ilmiah ini, akan dijelaskan hasil penelitian dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, hipotesis, waktu dan lokasi penelitian, sampai terakhir kepada sistematika penulisan. Dilanjutkan dengan bab ke dua yang berisi mengeai teori dan konsep yang terdiri dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh ahli.
Bab berikutnya, penulis membahas secara keseluruhan tentang masalah yang diangkat, yaitu tentang penelitian” Peran Guru dalam Pengembangan Karakter Islami di Pondok Pesantren Putri Husnayain Babakan Sukabumi” Bab keempat merupakan bab penutup dalam karya ilmiah ini. Pada bagian ini, penulis menyimpulkan uraian yang sebelumnya telah ada pada bab-bab sebelumnya.

BAB II
LANDASAN TEORI DAN KONSEP

A.          Pengertian Pendidikan Karakter
Kata karakter berasal dari bahasa Yunani “to mark” yang berarti menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Kata pendidikan berasal dari bahasa Latin “Pedagogi”, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Jadi, istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak. Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. 
Pengertian karakter menurut pusat bahasa Depdiknas adalah bawaan Hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak. Adapun berkarakter adalah Berkepribadian, berperilaku, bersifat, bermartabat, dan berwatak.[1] Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).[2]
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak yang bertujuan untuk membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan   warga negara yang baik. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008) karakter mengacu kepada serangkaian sikap.
Lickona mendefinisikan orang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Pengertian ini mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Aristoteles, bahwa karakter itu erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dilakukan. Lebih jauh, Lickona menekankan tiga hal dalam mendidik karakter. Tiga hal itu dirumuskan dengan indah: knowing, loving, and acting the good. Menurutnya keberhasilan pendidikan karakter dimulai dengan pemahaman karakter yang baik, mencintainya, dan pelaksanaan atau peneladanan atas karakter baik itu.[3]
Doni Koesoema Albertus menyatakan, bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk setiap pribadi menjadi insan yang berkeutamaan. Dalam pendidikan karakter, yang terutama dinilai adalah perilaku, bukan pemahamannya. Doni membedakan pendidikan karakter dengan pendidikan moral atau pendidikan agama. Pendidikan agama dan kesadaran akan nilai-nilai religius menjadi motivator utama keberhasilan pendidikan karakter.[4]

B.           Pendidikan Karakter dalam Islam
Sejak berabad silam para ahli dan pemikir telah menuangkan ide-ide mereka bagaimana mendidik manusia agar menjadi manusia yang sebenarnya, yaitu manusia yang baik. Barat mengembangkan nilai-nilai moral dan karakter yang berasal dari Yunani, sedangkan Islam mengajarkan manusia berakhlak mulia berdasarkan petunjuk wahyu, Al-Quran dan As-Sunnah. Akhlak atau karakter Islam terbentuk atas dasar prinsip “ketundukan, kepasrahan, dan kedamaian” sesuai dengan makna dasar dari kata Islam.
Islam bukan hanya teori, tapi ada contoh. Nabi Muhammad SAW menjadi contoh (uswah hasanah).  Kata ‘Aisyah r.a, akhlak Rasulullah saw adalah al-Quran. Para pemikir muslim sejak awal telah mengemukakan pentingnya pendidikan karakter. Ibn Miskawaih ((320-421H/932-1030 M), adalah ulama klasik yang mendalami filsafat etika sehingga dikenal sebagai Bapak Etika Islam. Dalam bukunya yang berjudul Tahdzib al-Akhlaq Ibn Miskawaih mengemukakan pentingnya dalam diri manusia menanamkan kualitas-kualitas akhlak dan melaksanakannya dalam tindakan-tindakan utama secara spontan. Menurutnya, akhlak adalah "keadaan jiwa yang menyebabkan seseorang bertindak tanpa dipikirkan terlebih dahulu”. Ia menyebutkan adanya dua sifat yang menonjol dalam jiwa manusia, yaitu sifat buruk dari jiwa yang pengecut, sombong, dan penipu, dan sifat jiwa yang cerdas yaitu adil, pemberani, pemurah, sabar, benar, tawakal, dan kerja keras. [5]
Al-Ghazali (1058-1111M) yang bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali memberikan kriteria terhadap akhlak yang mirip dengan Ibn Miskawaih, yaitu bahwa akhlak harus menetap dalam jiwa dan perbuatan itu muncul dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran yang mendalam atau penelitian terlebih dahulu. Akhlak bukan merupakan "perbuatan", bukan "kekuatan", bukan "ma'rifah" (mengetahui dengan mendalam). Yang lebih sepadan dengan akhlak itu adalah "hal" keadaan atau kondisi jiwa yang bersifat bathiniah.[6]

C.          Nilai-nilai dan Tujuan Pendidikan Karakter
Nilai pendidikan karakter yang wajib ditanamkan pada sekolah melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah nilai Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komuniktif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan Tanggung jawab. Kedelapan nilai ini dianggap harus ada dalam pendidikan karakter pada sekolah-sekolah umum. Sedangkan pada pendidikan pesantren nilai-nilai tidak boleh berseberangan maupun menjadi kontroversi dalam ajaran Islam.
Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik; pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria; malu berbuat curang; malu bersikap malas; malu membiarkan lingkungannya kotor. Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal.
Pendidikan karakter dalam Islam harus dapat menanamkan sebuah adab. Tujuan utama Pendidikan Islam, menurut Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, dalam bukunya, Islam and Secularism, adalah untuk menghasilkan orang yang baik (to produce a good man). Kata al-Attas, “The aim of education in Islam is therefore to produce a goodman… the fundamental element inherent in the Islamic concept of education is the inculcation of adab.”[7]

D.          Tugas Guru dalam pendidikan Karakter
Maka, awal kebangkitan bangsa harus dimulai dengan mencetak “guru-guru yang suka berkorban”. Guru yang dimaksud Natsir bukan sekedar “guru pengajar dalam kelas formal”. Guru adalah para pemimpin, orang tua, dan juga pendidik. Guru adalah teladan. “Guru” adalah “digugu” (didengar) dan “ditiru” (dicontoh). Guru bukan sekedar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional, tetapi diri dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya.
Guru yang pragmatis akan melahirkan siswa yang pragmatis pula. Menurut Al Ghazali, nilai-nilai guru harus dapat memahami hal berikut ini.
1.            Keinginan kuat untuk menciptakan hubungan rohani (akal dan hati nurani) yang kokoh antar guru dan murid.
2.            Guru-guru harus memiliki sikap keteladanan.
3.            Guru harus memahami tahapan seorang murid dalam belajar.
4.            Guru harus mengakui ada perbedaan kemampuan akliyah seorang murid.
5.            Guru harus memahami apa yang diajarkannya secara menyeluruh sebelum mengajarkannya.
6.            Guru harus memiliki keyakinan terhadap suatu kebenaran yang mutlak.
7.            Guru harus mempelajari kejiwaan, karakter, dan kebiasaan murid.[8]


BAB III
OBSERVASI PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan selama lebih dari satu minggu, maka analisis dari penelitian ini adalah

A.          Pemahaman Guru Mengenai Pendidikan Karakter
Berdasarkan hasil wawancara terungkapkan bahwa pemahaman guru-guru terhadap pendidikan karakter masih kurang maksimal. Terbukti dengan beberapa guru tidak dapat menjelaskan dengan benar mengenai definisi pendidikan karakter. Berikut adalah salah satu petikan dari wawancara yang saya lakukan pada seorang guru tajwid. Narasumber berusia 19 tahun dan mengabdi di pesantren Husnayain sejak tahun lalu.
Saya tidak mengetahui arti dari pendidikan karakter karna saya baru saja menyelesaikan sekolah di ITTC Gontor Putri. Yang saya ketahui mengenai nilai dalam pendidikan karakter adalah sesuatu sikap yang dicontohkan Rasulullah Saw sebagai uswatun Hasanah. Karakter atau sikap yang harus ditanamkan adalah siddiq, amanah, tabligh, dan fatanah. Pengintegrasian dalam pembelajaran tajwid adalah menanamkan nilai-nilai yang terdapat dalam Al Quran.
Hasil wawancara saya terhadap guru pertama tidak berbeda jauh dengan guru kedua, karena guru kedua juga merupakan lulusan ITTC Gontor untuk putri. Berikut adalah hasil wawancaranya.
Pendidikan karakter belum pernah saya pelajari pada masa tarbiyah awal, jadi saya belum dapat menjelaskan pengertian pendidikan karakter. Yang saya ketahui adalah nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang harus ditanamkan adalah karakter yang dicontohkan rasulullah Saw. Integrasi dalam mata pelajaran bahasa Arab adalah dengan menanamkan pentingnya belajar bahasa Arab untuk mempelajari ajaran agama Islam. Santriyah juga saya giring untuk dapat memahami makna keteladanan Rasulullah Saw.
Berdasarkan hasil wawancara dengan dua orang narasumber dapat disimpulkan bahwa penanaman nilai karakter yang difahami oleh kedua guru itu sekedar penanaman sikap teladan Rasulullah Saw. Kedua narasumber tidak memahami definisi pendidikan karakter secara khusus dan pengaplikasian dalam pendidikan-pun hanya dengan memberikan penjelasan kepada siswa mengenai karakter yang dimiliki oleh Rasulullah.
Melalui pengamatan penulis selama setengah tahun belakangan ini, penulis menyimpulkan bahwa kedua guru tersebut belum menanamkan keteladanan dari karakter Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Narasumber kedua pernah melakukan kesalahan fatal dengan mengadu domba salah seorang guru (ustazah) dengan santriyah. Hal tersebut dapat menjadi acuan bahwa narasumber kedua tidak dapat menjaga amanah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Narasumber ketiga dan keempat sedikit berbeda dengan kedua narasumber awal. Narasumber ketiga memahami secara utuh mengenai pendidikan karakter. Bahkan narasumber ketiga menjelaskan definisi pendidikan karakter dengan sangat jelas. Narasumber ketiga merupakan seorang Doktor filsafat lulusan universitas di Malaysia. Berikut adalah hasil wawancara penulis terhadap narasumber ketiga.
Pendidikan karakter memang penting, tapi tidaklah cukup. Diperlukan upaya penanaman adab sejak dini agar pendidikan terhadap anak tersebut berhasil. Seorang dapat menjadi manusia beradab jika memiliki ilmu (knowledge) yang benar. Karena itulah, suatu pendidikan Islam pasti akan gagal mewujudkan tujuannya jika dibangun diatas konsep ilmu yang salah: yakni ilmu yang tidak mengantarkan seseorang kepada ketaqwaan dan kebahagiaan. Untuk itulah saya berusaha turut andil dalam sebuah proses pembangunan peradaban Islam, dengan memulai menghidupkan tradisi ilmu Islam dalam pesantren ini. 
Pengaplikasian dalam pembelajaran adalah dengan mengajak para santriyah bersungguh-sungguh dalam memahami ajaran Islam. Mendahulukan ilmu fardhu ‘ain diatas ilmu fardhu kifayyah. Meskipun saya seorang guru bahasa Inggris, tetapi saya tetap mengajarkan dan berusaha memberi keteladanan kepada santriyah mengenai adab.
Berdasarkan hasil wawancara ini, penulis berkesimpulan bahwa narasumber ketiga memahami secara utuh mengenai pendidikan karakter. Bahkan penjelasan narasumber juga penulis jadikan salah satu referensi penulisan. Narasumber keempat merupakan mahasiswi yang mengabdi pada pondok pesantren ini. Sebagai mahasiswi pendidikan, penjelasan dari mahasiswi ini sangat jelas mengenai pendidikan karakter dan pengaplikasian dalam setiap mata pelajaran akuntansi yang diajarkannya.
Kesimpulan, para guru kurang memahami definisi, konsep pendidikan, serta kedelapanbelas nilai karakter. Jika kita analisis lebih dalam, pengetahuan yang kurang tersebut dimungkinkan karena beberapa guru pada sekolah ini bukanlah lulusan fakultas pendidikan di sebuah Universitas. Guru pada sekolah ini lebih banyak berasal dari jurusan pure science. Namun, meskipun tidak memahami konsep pendidikan karakter, guru-guru dalam sekolah ini dapat menerapkan akhlak yang baik yang diteladani oleh seluruh santriyah pondok pesantren putri Husnayain

BAB IV
KESIMPULAN

Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik; pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria; malu berbuat curang; malu bersikap malas; malu membiarkan lingkungannya kotor. Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal.
Kata karakter berasal dari bahasa Yunani “to mark” yang berarti menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Kata pendidikan berasal dari bahasa Latin “Pedagogi”, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Jadi, istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak. Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan selama lebih dari satu minggu, maka analisis dari penelitian ini adalah para guru kurang memahami definisi, konsep pendidikan, serta kedelapanbelas nilai karakter. Jika kita analisis lebih dalam, pengetahuan yang kurang tersebut dimungkinkan karena beberapa guru pada sekolah ini bukanlah lulusan fakultas pendidikan di sebuah Universitas. Guru pada sekolah ini lebih banyak berasal dari jurusan pure science. Namun, meskipun tidak memahami konsep pendidikan karakter, guru-guru dalam sekolah ini dapat menerapkan akhlak yang baik yang diteladani oleh seluruh santriyah pondok pesantren putri Husnayain.

DAFTAR PUSTAKA

Al Attas, Syed Muhammad Naquib. 1981. Islam dan Sekularisme. Bandung: Pustaka ITB.
Albertus, Doni Kusuma. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta:
Daud, Wan Muhammad Nur Wan. 2003. Filsafat dan Praktik Pendidikan Syed Naquib Al Attas. Bandung: Mizan.
Sulaiman, Fathiah Hasan. Sistem Pendidikan Menurut Al-Ghazali (Solusi Menghadapi Tantangan Zaman) Terj. Z.S Nainggolan, M.A.  Jakarta: Dea Press.
Thomas Lickona, Educating  For Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility, (New York: Bantam Books,1992) ,hlm 23.
http://insisnet.com
http://skulwork-nytha.blogspot.com/
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/

[1] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/. Artikel ini diakses pada tanggal 26 Juni 2012.
[2] http://skulwork-nytha.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html. Artikel ini diakses pada tanggal 26 Juni 2012.
[3] Thomas Lickona, Educating  For Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility, (New York: Bantam Books,1992) ,hlm 23.
[4] Doni Koesoema Albertus, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta: 2010).
[5] Lihat di http://insisnet.com. (Ibn Miskawaih, Tahdzib al-Akhlak, Beirut: Dar el Kutb al-Taymiyyah, 1405H/1985M)
[6] Lihat di http://insisnet.com. (Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Jilid 2, Qairo, Mesir: Daar al-Taqwa, 2000, hlm.599)
[7] Syed Muhammad Naquib Al Attas, Islam dan Sekularisme, (Bandung: Pinpim), Hlm. 150-151
[8] Fathiah Hasan Sulaiman. Sistem Pendidikan Menurut Al-Ghazali (Solusi Menghadapi Tantangan Zaman) Terj. Z.S Nainggolan, M.A.  (Jakarta: Dea Press.), Hlm. 74-76.

Memasak untuk keluarga bagi wanita

Memasak, dan masakan kita dimakan oleh keluarga serta dipuji atas kelezatannya,. Luar biasa kebahagiaan yang kita rasakan saat itu. Meskipun memasak bukanlah sebuah kewajiban wanita dan merupakan budaya Indonesia. tetapi budaya ini merupakan hal yang positif dan dapat dibiasakan oleh para wanita. Bagaimana kebahagiaan itu terungkap, jika kita sendiri pernah mengalaminya.

Sedihnya melihat para perempuan yang tidak bisa masak dan tidak mau belajar untuk dapat memasak. Padahal belajar memasak adalah salah satu bekal untuk kehidupannya nanti. Emang mau liat suami sendiri makan di warung sebelah rumah? Hehehe,.

Jadi terbayang dengan ungkapan bunda Elin saat suami dan anak-anaknya pulang dari kerja dan sekolah. Mereka langsung mencari sesuatu di meja makan dan bertanya, "Bunda, hari ini masak apa?" dengan penuh kebanggaan bunda menjawab "hari ini bunda masak ikan gurame saus tiram".. hehe,..

Pesan bunda yang sangat mengena dalam diri saya adalah "menjadi ibu rumah tangga harus berusaha menghilangkan ego dalam diri." Seorang ibu kenyangnya bila anaknya tidak kelaparan, laparnya bila sang ibu kenyang sendirian. Menjadi seorang ibu rumah tangga bukanlah sebuah pekerjaan populer yang menghasilkan pundi-pundi materi apalagi ketenaran. Menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak dapat dinilai dengan materi.

Meski belum sempat belajar banyak dari almh. Mama, tapi saya masih dapat belajar dari kakak perempuan dan bapak di keluarga inti. Sedangkan di keluarga besar, saya dapat belajar dari Bunda Elin Sugiharti, Ummi Hana,, dan beberapa orang bibi,. Istri dari buya Hamka pernah diwawancarai oleh seorang pembawa acara dalam suatu acara. Dia bertanya, "Bagaimana ibu bisa menemani seorang seperti buya Hamka, Apa yang ibu lakukan?" Istri dari buya Hamka yang tidak terkenal seperti Ibu Ani Yudhoyono. Beliau terdiam sejenak sembari memandang suaminya. Akhirnya beliaupun menjawab sambil bergetar, "Saya hanya menjadi juru masaknya saja!"... Subhanallah,,

Sangat aneh yang dilakukan para feminis. Mereka menukar pahala jihad dalam mengurus rumah tangga dengan sebuah kegiatan yang aneh-aneh dan tidak karuan di luar rumah.
Menurut saya, Biarlah budayanya menuntun perjalanan seorang perempuan menjadi pelayan dirumah. mengurus anak-anak dan suami. Toh dalam Islam-pun tidak ada larangan perempuan untuk bekerja, asal tidak meninggalkan peran utamanya. dan dalam hal ini salah satu jenis pekerjaan yang tepat adalah menjadi seorang guru. :D Ingatlah bahwa "baiti janati" bertumpu pada peran utama seorang wanita. Dan kita juga harus selalu ingat bahwa media sosialisasi utama bagi seorang anak adalah keluarganya. Apa yang terjadi jika para wanita meninggalkan keluarganya?? Tak ayal adab seorang anak akan dapat dengan mudah dipertanyakan,.. 

Allahu 'alam,.... 

sekarang,, ayo belajar masakk,.. Ilmu itu kan bukan hanya dalam hal pemikiran.. Kalau bisa, ada mata kuliah wajib di setiap Universitas yang khusus membahas peran wanita dalam keluarga....

Aidh al Qarniy dalam memahami Wanita


Lemah lembutlah terhadap wanita, sebab mereka seperti burung gereja. Setiap taman memiliki aroma yang semerbak, dan semerbak aroma dunia adalah kaum wanita. Mereka adalah saudara kandung kaum pria, ibu bagi generasi penerus, mereka sosok yang lembut, kaum yang elok, melahirkan orang-orang besar, melahirkan para ulama, mendidik orang-orang yang santun, dan memproduksi orang-orang bijak. Wanita adalah kepedulian lemah lembut, dan keelokan, caciannya fatamorgana, kemarahannya kecaman, dia adalah perhiasan dunia, keindahan dan pesona, dia pakaian bagi pria, dan pemberi kenyamanan bagi kehidupan.

Beliau adalah sosok ibu yang penyayang, mudah menumpahkan kesedihan, sebaik-baik sosok yang berduka dan menangis, paling gundah saat mengadu dan merasakan kepedihan, air susunya adalah mekanan yang paling tulus, pangkuannya adalah tempat yang paling mulia, raganya adalah tempat bersemayamnya manusia, dimatanya terdapat rahasia-rahasia, di kelopaknya terdapat berita-berita, pada susuannya terdapat makna-makna kedermawanan,, pada pelukannya terdapat kasih sayang yang terpuji, ciuman-ciuman yang diberikan kepada anaknya adalah shalawat hati, bakti anaknya kepadanya adalah keridhaan Ilahi, kenyangnya bila anaknya tidak kelaparan, laparnya bila beliau kenyang sendirian, ketiadaan wanita dari kehidupan adalah penguburan kegembiraan, dan ketersembunyian wanita dalam perayaan dunia adalah pembunuhan kebahagiaan. 

Beliau adalah rumah kedudukan dan nasab, perguruan tinggi perumpamaan dan adab, emas tanpa wanita kobaran api, permata tanpa wanita kayu, dalam sorot pandangannya beliau membaca bahasa hati, mengetahui cinta ketika beliau meninggalkan kekasih, karena wanita dikenallah hubungan dan pemutusan, keterkaitan dan pemisahan, asmara dan cinta, keterlepasan diri dan tuduhan, beliau membunuh dari sorot pandangan, menyampaikan ungkapan melalui ungkapan air mata, kata-kata yang diucapkannya sihir yang halal, lafal-lafalnya madu yang mengalir, senyumannya lebih lezat dari anggur dan strawberry, lebih piawai menyihir daripada Harut dan Marut, sekumpulan wanita mengatakan setiap jiwa adalah kota bagi kami, wanita yang paling utama adalah menjaga diri dan teguh pendirian, lafal-lafalnya seimbang, akalnya untuk menimbang, jika mengenakan hijab maka beliau matahari dalam balutan awan, rusa di dalam taman bunga tulip, wanita adalah riwayat yang diterjemahkan oleh jiwa, beliau minyak kesturi yang terembus angin, pada kedua bibirnya terdapat beribu kisah, di dalam relung hatinya terdapat tujuhpuluh kegundahan, Laila membuat siang Majnun menjadi malam, dan Azzah membuat air mata Kutsayyir menjadi air bah. 
#Aidh Al Qarniy dalam Untaian Mutiara Hikmah mengenai Wanita,.


Ujian pada pemuda

Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas diri anak keturunan Adam bagiannya dari zina. Dia mengetahui yang demikian tanpa dipungkiri. Mata itu bisa berzina, dan zinanya adalah pandangan. Lidah itu bisa berzina, dan zinanya adalah perkataan. Kaki itu bisa berzina, dan zinanya adalah ayunan langkah. Tangan itu bisa berzina, dan zinanya adalah tangkapan yang keras. Hati itu bisa berkeinginan dan berangan-angan. Sedangkan kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya. (Diriwayatkan Al Bukhary, Muslim, An-Nasa'y, dan Abu Daud).

Pandangan itu laksana anak panah beracun dari berbagai macam anak panah iblis. (Diriwayatkan Ahmad)

Anak panah itu bisa menawan hati, lalu racunnya menjalar ke dalam tubuh orang yang terkena racun. Jika tidak ditolak atau segera diobati, racun itu bisa membunuhnya.

Ibnu Qayyim al Jauziyyah mengatakan dalam bukunya yang berjudul "Taman-taman orang memendam rindu". Subhanallah sekali bahwa beliau mengatakan orang-orang yang menyimpan kerinduanya pada seseorang yang dikaguminya sampai meninggal dunia akan memperoleh gelar syuhada.Gelar ini mungkin akan kita peroleh jika kita memerangi kaum musyrikin pada suatu pertempuran. Tapi terkadang kita melupakan bahwa orang yang dapat melawan hawa nafsu sedang melaksanakan jihad.

Dalam Ihya Ulumuddin, Al Ghazali mengisahkan seorang pemuda yang didatangi oleh seorang wanita badui. Wanita ini sangat cantik dan rupawan. Ketika bertemu dengan wanita ini, sang pemuda mengatakan, "Ada keperluan apa kau datang kesini?" wanita ini menjawab "Saya datang kesini untuk mendapat kepuasan darimu!" pemuda ini menjawab lagi "Kepuasan apa yang engkau cari, jika engkau menginginkan makanan, ambillah semua dari rumahku. Jika engkau menginginkan sebuah harta, ambillah semua hartaku!" Namun wanita itu menimpali kembali pemuda ini seraya mengatakan, "Saya tidak menginginkan semua itu darimu, saya hanya menginginkan kamu dapat memuaskan naluriku!". Sang pemuda sontak menjerit sekeras-kerasnya, seraya memegang lutut dan menyuruh wanita badui tersebut pergi dari hadapannya. Wanita badui itu terkejut dan akhirnya pergi dari hadapan pemuda tersebut.