Selasa, 23 Juli 2013

Sejarah Pendidikan Islam

PENDIDIKAN ISLAM ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG

MAKALAH 

Makalah ini disusun sebagai syarat ketuntasan mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam dengan dosen Pengampu Prof. Dr. Abuddin Nata, M.A

oleh,
Anita                     (1110015000015)
Putri Chelia           (1110015000)
Muhria                   (1110015000)


PROGRAM STUDI SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (P.IPS)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M



BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Jepang merupakan sebuah Negara yang berada di kawasan Asia Timur yang saat ini sangat maju ekonominya. Jepang merupakan Negara besar yang terkenal akan potensi sumber daya manusia yang berkualitas. Jepang merupakan bangsa maju yang menguasai industri di dunia, misalnya otomotif dan elektronik. Jepang adalah Negara yang cepat mengalami kebangkitan dalam segi pembangunan. Sebagaimaa yang kita ketahui, sejarah Jepang pernah begitu kelam saat kalah dalam Perang Dunia ke-2 terhadap Negara sekutu. Dua kota di Jepang yaitu Hiroshima dan Nagasaki dihancurkan sekutu dengan bom Atom yang menyebabkan ratusan ribu nyawa penduduk Jepang melayang.
Kelemahan sekutu pada awal Perang Dunia ke-2 membuat Jepang mulai menunjukkan taring kepada dunia. Jepang berusaha menarik bangsa Asia yang sedang berusaha memerdekakan diri dengan menggagas semboyan Saudara tua di Asia. Jepang membentuk stigma bahwa maksud dan tujuannya kepada Negara asia adalah untuk melindungi dan melepaskan Negara-negara di Asia dari penjajahan. Dengan gagasan saudara tua Asia dan semboyan3A, Jepang tidak terlalu berhasil . Akhirnya mereka membentuk kebijakan lain yaitu mendekati bangsa yang menjadi sasaran utamanya yaitu bangsa Indonesia yang penduduknya sebagian besar Muslim. Jepang berusaha mengambil alih kekuasaaan Indonesia dengan awalnya mendekati tokoh-tokoh dan organisasi Islam.
Dengan beribu kecurigaan Jepang tetap diizinkan masuk ke Indonesia. Bangsa dan rakyat Indonesia pun awalnya percaya dengan maksud kedatangan Jepang ke Indonesia yaitu untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Namun ternyata sebagai Negara fasis, Jepang berusaha mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia yang melimpah serta tenaga kerja Indonesia yang dibutuhkan untuk memenangkan peperangan.
Masa penjajahan Jepang di Indonesia terkenal sangat sulit. Jepang menerapkan kebijakan yang sangat menindas kaum pribumi. Jepang menyengsarakan kaum pribumi. Awalnya jepang terlihat manis terhadap Islam. Namun terlihatlah belangnya kemudian. Islam hanya menjadi alat Jepang untuk melanggengkan kekuasaan. Pendidikan Islam di zaman Jepang awalnya diayomi dengan baik, namun akhirnya tidak seperti awlnya. Namun setelah Jepang mulai kalah terhadap sekutu, Jepang mulai berusaha menarik bangsa Indonesia dengan upaya membantu Indonesia merdeka.

B.           Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut.
1.            Apa yang melatarbelakangi penjajahan Jepang terhadap Bangsa Indonesia?
2.            Bagaimana kebijakan pemerintah Jepang terhadap bangsa Indonesia?
3.            Bagaimana sistem pendidikan Islam zaman penjajahan Jepang?

C.          Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.            Mengetahui latarbelakang penjajahan Jepang terhadap Bangsa Indonesia.
2.            Mengetahui kebijakan pemerintah Jepang terhadap bangsa Indonesia.
3.            Mengetahui sistem pendidikan Islam zaman penjajahan Jepang.

BAB II
PENDIDIKAN  ISLAM PADA  ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG

A.          Latar Belakang Penjajahan Jepang Terhadap Indonesia
Kedatangan Jepang ke Indonesia agak berbeda dengan kedatangan Belanda. Jika kedatangan belanda yang semula bertujuan dagang yang selanjutnya diikuti dengan tujuan politik dan keagamaan, maka kedatangan Jepang lebih cenderung untuk tujuan politik, yaitu mendapat dukungan pasukan sumber daya manusia (tentara) dan logistik  yang mereka perlu untuk kemenangan perang Asia Timur Raya.[1]
Sejarah mencatat bahwa pada saat Jepang datang ke Indoesia, keadaan dunia sedang berada dalam suasna Perang Dunia II yang didasarkan pada motif perluasan wilayah dan penguasaan terhadap sumber-sumber ekonomi. Dinamai Perang Dunia, karena seluruh bangsa di dunia terlibat dalam perang tersebut, walaupun dengan peran dan fungsi yang berbeda-beda. Pada saat perang dunia II tersebut, keadaan negara terbagi kedalam Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat adalah negara-negara yang berada dikawasan Eropa dan Amerika serta sekutu-sekutunya dengan komandannya antara lain Amerika, Inggris, Jerman, Perancis, Belanda, Portugis, dan sekutunya. Adapaun di kawasan Asia Timur komandannya adalah Jepang, dan Cina. Adapun negara-negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam India, Mesir, Turki, Persia, Malaysia, Dan Indonesia, justru berada ada dalam hegemoni kedua blok negara yang sedang berperang tersebut.[2]
Indonesia sebagai Negara yang berada Di wilayah Timur yang sebelumnya di jajah oleh Belanda, bahkan juga pernah dikuasai oleh Inggris dan Portugis, berada dalam posisi yang diperebutkan oleh Negara-Negara tersebut. Pada saat Jepang datang, Indonesia berada dalam kekuasaan Belanda yang pada saat itu kekuasaanya sudah hampir melemah. Peperangan antar para pejuang Nusantara dan tentara Belanda kerap kali terjadi, dan pada saat itulah jepang datang dan menawarkan solusi terbaik, yang memberikan bantuan dan menjajikan sebuah kemerdekaan bagi bangsa Indonsia. Jepang mencoba menarik simpatik bangsa Indonesia dengan menggunakan berbagai pendekatan, antara lain pendekatan kewilayahan dan kebudayaan. Jauh sebelum Jepang datang ke Indonesia, mereka telah mempelajarai karakteiristik ajaran Islam yang dianut masyarakat Indonesua secara umum dengan cara mengadakan festival tentang Islam di Tokyo. Sejak pertengahan tahun 1920-an dan seterusnya, lembaga-lembaga yang berbakti kepada studi Islam dan majalah yang membahas masalah Islam muncul di Jepang. Pada tahun 1933, beberapa kalangan mulai mengadakan agitasi dengan tujuan untuk membuat Jepang menjadi pelindung Islam, dan dua tahun kemudian kelompok pertama dari empat orang mahasiswa dikirim ke Arab dan Mesir untuk menyiapkan dirinya bagi pekerjaan propaganda. Pada saat itu juga, para penguasa Jepang meningkatkan jumlah mahasiswa Islam dan guru-guru, baik dari Timur Tengah maupun dari negara Asia, untuk datang ke Jepang. Sebuah langkah awal dibuat dengan menerbitkan jurnal berbahasa Arab untuk disebarkan di luar negeri.[3]
Selanjutnya pada tahun 1935, masjid pertama didirikan di Kobe, dan disusul lagi tahun 1938 oleh sebuah tempat ibadah yang lebih mengesankan di ibu kota, yang dibuka dengan upacara, dihadiri oleh banyak tamu-tamu luar negeri, termasuk Pangeran Hussein dari Yaman. Selain itu, perserikatan Islam Jepang (Dai Nippon Kaikyo Kyokai) dibentuk pada bulan Mei 1938, dengan Jenderal Senjuro Hayashi sebagai Bapak Islam Jepang, sebagai presidennya. Pada bulan September 1939, organisasi yang baru ini secara resmi mulai mengadakan aktiviasnya yang pertama dengan mengundang orang-orang Islam luar negeri untuk menghdiri Pameran Islam  di Tokyo dan Osaka pada tanggal 5-29 November tahun itu juga. Untuk pertama kalinya di dalam sejrah Islam Indonesia, Perhatian dialihkan dari Timur Tengah ke Negeri Matahari Terbit. Sebuah konferensi khusus diadakan oleh Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) pada permulaan Okteober, dimana undangan dari Tokyo disetujui dan diterima.[4]
Dengan cara ini Jepang ingin menunjukan secara diplomatis bahwa Jepang punya perhatian yang besar terhadap Islam, sehingga memudahkan untuk masuk ke Indonesia. Selain itu, Jepang juga menganggap Indonesia sebagai Saudara Tua di Asia Timur Raya. Pendekatan ini tampak cukup efektif, sehingga ketika Jepang datang ke Indonesia, walaupun dengan penuh curiga dan tanda Tanya, ternyata diterima oleh bangsa Indonesia.

B.           Kebijakan Pemerintah Jepang
Secara resmi Jepang telah menguasai Indonesia sejak tanggal 8 Maret 1942, ketika Panglima Tertinggi Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Bandung. Jepang tanpa banyak menemui perlawanan yang berarti berhasil menduduki Indonesia. Bahkan, bangsa Indonesia menyambut kedatangan balatentara Jepang dengan perasaan senang, perasaan gembira karena akan membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan bangsa Belanda.
Jepang menjalankan kebijakan secara persuasif dan kultural. Kebijakan ini menyenangkan bangsa Indonesia khususnya umat Muslim. Kebijakan ini yaitu:
1.            Jepang mendirikan Shumubu (kantor Urusan Agama Tingkat Provinsi/Kanwil Agama), dan Shimuka (Kantor Urusan Agama Tingkat Pusat/Departemen Agama).
2.            Jepang mendirikan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) sebagai pengganti Majelis Syuro Islam Indonesia (MASYUMI).
3.            Jepang memberikan kesadaran kepada Elite Politik Islam untuk mengambil peran dalam menentukan masa depan Bangsa Indonesia dengan mendirikan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
4.            Jepang memperkenalkan kepada umat Islam tentang cara berorganisasi menggunakan senjata modern melalui kebentukan tentara Hizbullah (Tentara Allah) dan Pembela Tanah Air (PETA).
5.            Jepang memperkenalkan kebijakan pendidikan yang demokratis, egaliter, dan adil.[5]
Jepang mengadakan perubahan-perubahan yang besar dengan menghapus berbagai jenis pendidikan rendah berdasarkan golongan-golongan penduduk seperti zaman Belanda. Jepang membentuk satu jenis sekolah rendah untuk masyarakat pribumi yang disebut “Syoo-gekkoo” (sekolah rendah) dengan lama belajar 6 tahun. Selanjutnya, ada “TYUU Gakkoo” (sekolah menengah pertama) dengan lama 3 tahun. Sedangken sekolah pendidikan guru ialah Kyoin Yoogoi sho (sekolah guru B) dengan lama belajar 4 tahun dan si han Gakkoo (sekolah guru atas).[6]
Keadaan tersebut hanyalah taktik Jepang untuk menguasai Indonesia. Jepang mulai menunjukkan sifat penjajah dan fasisnya kepada Indonesia. Secara umum kebijakan tersebut antara lain.
1.            Kebijakan bidang ekonomi
a.      Perluasan areal persawahan.
b.      Pengawasan pertanian dan perkebunan.
Jepang melakukan kebijakan ini untuk kepentingan perang. Untuk menguasai hasil-hasil pertanian dan kekayaan penduduk, Jepang selalu berdalih bahwa untuk kepentingan perang. Setiap penduduk harus menyerahkan kekayaannya kepada pemerintah Jepang. Rakyat harus menyerahkan barang-barang berharga (emas dan berlian), hewan, bahan makanan kepada pemerintah Jepang. Untuk memperlancar usaha usahanya, Jepang membentuk Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa) dan Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian). Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang di bidang ekonomi telah mengakibatkan kehidupan rakyat Indonesia semakin sengsara dan penuh penderitaan. Penderitaan dan kesengsaraan rakyat Indonesia selama pendudukan Jepang lebih buruk apabila dibandingkan dengan penderitaan dan kesengsaraan pada masa penjajahan Belanda. Kkk
2.            Bidang Pemerintahan
Pada dasarnya pemerintahan pendudukan Jepang adalah pemerintahan militer yang sangat diktator. Untuk mengendalikan keadaan, pemerintahan dibagi menjadi beberapa bagian. Jawa dan Madura diperintah oleh Tentara ke 16 dengan pusatnya di Jakarta (dulu Batavia). Sumatera diperintah oleh Tentara ke 25 dengan pusatnya di Bukittinggi (Sumbar). Sedangkan Indonesia bagian Timur diperintah oleh Tentara ke 2 (Angkatan Laut) dengan pusatnya di Makasar (Sulsel).
Pemerintahan Angkatan Darat disebut Gunseibu, dan pemerintahan Angkatan Laut disebut Minseibu. Masing-masing daerah dibagi menjadi beberapa wilayah yang lebih kecil. Pada awalnya, Jawa dibagi menjadi tiga provinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur) serta dua daerah istimewa, yaitu Yogyakarta dan Surakarta.
3.            Bidang Militer
Sejak awal pendudukannya, Jepang selalu berusaha menarik hati bangsa Indonesia agar bersedia membantu pemerintah Jepang dalam usaha untuk memenangkan peperangan melawan Sekutu. Bangsa Indonesia hampir selalu dilibatkan dalam berbagai organisasi militer maupun organisasi semi militer. Beberapa organisasi militer yang dibentuk pemerintah Jepang, diantaranya:
a.      Heiho (pembantu prajurit Jepang) adalah kesatuan militer yang dibentuk oleh pemerintah Jepang yang beranggotakan para pemuda Indonesia.
b.      Pembela Tanah Air (PETA) dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943.
Adapun organiasi semi militer yang dibentuk Jepang antara lain;
a.       Gerakan 3A (Jepang Pemimpin Asia, Jepang Cahaya Asia, dan Jepang Pelindung Asia)
b.      Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Putera dibentuk untuk menggantikan Gerakan 3 A. Organisasi ini dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan semangat bangsa Indonesia dalam membantu pemerintah Jepang dalam perang melawan Sekutu.
c.       Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa). Organisasi ini dibentuk pada tahun 1944, setelah kedudukan pasukan Jepang semakin terdesak. Tujuannya adalah untuk menggerakan seluruh rakyat Indonesia agar berbakti kepada Jepang. Sebagai tanda bahwa rakyat benar-benar berbakti, maka rakyat harus rela berkurban, baik harta benda maupun jiwa dan raga untuk kepentingan perang Jepang.
4.            Bidang Sosial
Salah satu kebijakan yang cukup penting dalam bidang sosial adalah pembagian kelas masyarakat seperti pada zaman Belanda. Masyarakat hanya dibedakan menjadi ‘saudara tua’ (Jepang) dan ‘saudara muda’ (Indonesia). Sedangkan penduduk Timur asing, terutama Cina adalah golongan masyarakat yang sangat dicurigai karena di negeri leluhurnya bangsa Cina telah mempersulit bangsa Jepang dalam mewujudkan cita-citanya. Kebijakan di bidang sosial, seperti:
a.       Pembentukkan Rukun Tetangga (RT). Untuk mempermudah pengawasan dan pengerahan penduduk, pemerintah Jepang membentuk Tanarigumi (RT).
b.      Romusha adalah pengerahan tenaga kerja secara paksa untuk membantu tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh Jepang. Pada awalnya, romusha dilaksanakan dengan sukarela, tetapi lama kelamaan dilaksanakan secara paksa.
c.       Penggunaan Bahasa Indonesia. Menurut Prof. Dr. A. Teeuw (ahli Bahasa Indonesia berkebangsaan Belanda) bahwa pendu-dukan Jepang merupakan masa bersejarah bagi Bahasa Indonesia. Tahun 1942, pemerintah pendudukan Jepang melarang penggunaan Bahasa Belanda dan digantikan dengan Bahasa Indonesia. Bahkan, pada tahun 1943 semua tulisan yang berbahasa Belanda dihapuskan diganti dengan tulisan berbahasa Indonesia.

C.          Keadaan Pendidikan Islam di Zaman Jepang
Sebagaimana yang dikemukakan diatas, bahwa kehadiran Jepang di Indonesia terhitung amat singkat, yakni hanya 3,5 tahun. Namun waktu yang singkat ini tidak berarti bahwa Jepang tidak memberi pengaruh terhadap perkembangan pendidikan Islam. Lamanya waktu, sebagaimana yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia, tidak menjadi jaminan bangsa Belanda telah berbuat banyak terhadap pendidikan Islam. Sebelumnya, Jepang yang berada di Indonesia dalam waktu singkat telah memberikan pengaruh pendidikan Islam sebagai berikut.
Pertama, umat Islam merasa lebih leluasa dalam mengembangkan pendidikannya, karena berbagai undang-undang dan peraturan yang dibuat pemerintah Belanda yang sangat diskriminatif dan membatasi itu sudah tidak diberlakukan lagi. Umat Islam pada zaman kolonial Jepang memperoleh peluang yang memungkinkan dapat berkiprah lebih leluasa dalam bidang pendidikan.
Kedua, bahwa sistem pendidikan Islam yang terdapat pada zaman Jepang pada dasarnya masih sama dengan sistem pendidikan Islam pada zaman Belanda, yakni di samping sistem pendidikan pesantren yang didirikan kaum ulama tradisional, juga terdapat sistem pendidikan klasikal sebagaimana yang terlihat pada madrasah, yaitu sistem pendidikan Belanda yang muatannya terdapat pelajaran agama. 

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan analisis sebagaimana terdapat pada uraian tersebut diatas, kiranya dapat dikemukakan catatan penutup sebagai berikut. Pertama, kedatangan Jepang ke Indonesia ditujukan untuk mendapatkan dukungan politik, sumber daya manusia, dan logistik yang dibutuhkan untuk modal perang dalam rangka menghadapi tentara sekutu. Tujuan ini dapat dinilai tidak berhasil karena Jepang sebelum mendapatkan hasil yang ingin dicapai, sduadh harus kembali kenegaranya yang pada saat itu sedang diinvasi oleh Amerika dan sekutunya. Jepang harus kembali mempertahankan negaranya sehingga tidak beresempatan untuk meneruskan penjajahannya atas Indonesia.
Kedua, masuknya Jepang ke Indonesia dinilai tidak mengalami kesukaran, karena selain Jepang telah mempelajari karakter masyarakat Indonesia serta agama yang dianutnya, juga karena Jepang menggunakan pendekatan yang skomodatif dan bersahabat dengan memberikan berbgaai kielonggaran dan peluang bagi masyarakat Indonesia pada umunya dan umat Islam khususnya.
Ketiga, keadaan sistem pendidikan Islam di zaman Jepang masih sama dengan keadaan sistem pendidikan Islam di zaman Belanda. Perbedaannya, pendidikan Islam dizaman Jepang jauh lebih leluasa dalam kiprahnya dibandingkan dengan kiprahnya pendidikan Islam di zaan Belanda. Disamping mendatangkan berbagai hal yang merugikan umat Islam, Jepang juga telah memberikan berbagai pengalaman dalam berorganisasi, militer, dan yang lainnya yang amat berguna bagikemajuan umat Islam di masa  selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Rujukan Utama makalah ini adalah buku

Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. 2011.
Yati Hardiyanti, Makalah Sejarah Pendidikan di Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, 2011.


[1] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), hal 301.
[2] Ibid., hal 301-302.
[3] Ibid., hal 302-303.
[4] Ibid., hal 304.
[5] Ibid., hal 304-305.
[6] Yati Hardiyanti, Makalah Sejarah Pendidikan di Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar