PENDIDIKAN ISLAM ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG
MAKALAH
Makalah ini disusun sebagai syarat ketuntasan mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam dengan dosen Pengampu Prof. Dr. Abuddin Nata, M.A
oleh,
Anita (1110015000015)
Putri Chelia (1110015000)
Muhria (1110015000)
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (P.IPS)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Jepang merupakan sebuah
Negara yang berada di kawasan Asia Timur yang saat ini sangat maju ekonominya.
Jepang merupakan Negara besar yang terkenal akan potensi sumber daya manusia
yang berkualitas. Jepang merupakan bangsa maju yang menguasai industri di
dunia, misalnya otomotif dan elektronik. Jepang adalah Negara yang cepat
mengalami kebangkitan dalam segi pembangunan. Sebagaimaa yang kita ketahui,
sejarah Jepang pernah begitu kelam saat kalah dalam Perang Dunia ke-2 terhadap
Negara sekutu. Dua kota di Jepang yaitu Hiroshima dan Nagasaki dihancurkan
sekutu dengan bom Atom yang menyebabkan ratusan ribu nyawa penduduk Jepang
melayang.
Kelemahan sekutu pada
awal Perang Dunia ke-2 membuat Jepang mulai menunjukkan taring kepada dunia.
Jepang berusaha menarik bangsa Asia yang sedang berusaha memerdekakan diri
dengan menggagas semboyan Saudara tua di Asia. Jepang membentuk stigma bahwa
maksud dan tujuannya kepada Negara asia adalah untuk melindungi dan melepaskan
Negara-negara di Asia dari penjajahan. Dengan gagasan saudara tua Asia dan
semboyan3A, Jepang tidak terlalu berhasil . Akhirnya mereka membentuk kebijakan
lain yaitu mendekati bangsa yang menjadi sasaran utamanya yaitu bangsa
Indonesia yang penduduknya sebagian besar Muslim. Jepang berusaha mengambil
alih kekuasaaan Indonesia dengan awalnya mendekati tokoh-tokoh dan organisasi Islam.
Dengan beribu
kecurigaan Jepang tetap diizinkan masuk ke Indonesia. Bangsa dan rakyat
Indonesia pun awalnya percaya dengan maksud kedatangan Jepang ke Indonesia
yaitu untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Namun ternyata
sebagai Negara fasis, Jepang berusaha mengeksploitasi sumber daya alam
Indonesia yang melimpah serta tenaga kerja Indonesia yang dibutuhkan untuk
memenangkan peperangan.
Masa penjajahan Jepang di
Indonesia terkenal sangat sulit. Jepang menerapkan kebijakan yang sangat menindas
kaum pribumi. Jepang menyengsarakan kaum pribumi. Awalnya jepang terlihat manis
terhadap Islam. Namun terlihatlah belangnya kemudian. Islam hanya menjadi alat
Jepang untuk melanggengkan kekuasaan. Pendidikan Islam di zaman Jepang awalnya
diayomi dengan baik, namun akhirnya tidak seperti awlnya. Namun setelah Jepang
mulai kalah terhadap sekutu, Jepang mulai berusaha menarik bangsa Indonesia
dengan upaya membantu Indonesia merdeka.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Apa yang melatarbelakangi penjajahan
Jepang terhadap Bangsa Indonesia?
2.
Bagaimana kebijakan pemerintah Jepang
terhadap bangsa Indonesia?
3.
Bagaimana sistem pendidikan Islam zaman
penjajahan Jepang?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan
masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Mengetahui latarbelakang penjajahan Jepang
terhadap Bangsa Indonesia.
2.
Mengetahui kebijakan pemerintah Jepang
terhadap bangsa Indonesia.
3.
Mengetahui sistem pendidikan Islam zaman
penjajahan Jepang.
BAB
II
PENDIDIKAN ISLAM PADA
ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG
A.
Latar
Belakang Penjajahan Jepang Terhadap Indonesia
Kedatangan Jepang ke
Indonesia agak berbeda dengan kedatangan Belanda. Jika kedatangan belanda yang
semula bertujuan dagang yang selanjutnya diikuti dengan tujuan politik dan
keagamaan, maka kedatangan Jepang lebih cenderung untuk tujuan politik, yaitu
mendapat dukungan pasukan sumber daya manusia (tentara) dan logistik yang mereka perlu untuk kemenangan perang Asia
Timur Raya.[1]
Sejarah mencatat bahwa
pada saat Jepang datang ke Indoesia, keadaan dunia sedang berada dalam suasna Perang
Dunia II yang didasarkan pada motif perluasan wilayah dan penguasaan terhadap
sumber-sumber ekonomi. Dinamai Perang Dunia, karena seluruh bangsa di dunia
terlibat dalam perang tersebut, walaupun dengan peran dan fungsi yang
berbeda-beda. Pada saat perang dunia II tersebut, keadaan negara terbagi
kedalam Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat adalah negara-negara yang berada
dikawasan Eropa dan Amerika serta sekutu-sekutunya dengan komandannya antara
lain Amerika, Inggris, Jerman, Perancis, Belanda, Portugis, dan sekutunya.
Adapaun di kawasan Asia Timur komandannya adalah Jepang, dan Cina. Adapun
negara-negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam India, Mesir, Turki,
Persia, Malaysia, Dan Indonesia, justru berada ada dalam hegemoni kedua blok
negara yang sedang berperang tersebut.[2]
Indonesia sebagai
Negara yang berada Di wilayah Timur yang sebelumnya di jajah oleh Belanda,
bahkan juga pernah dikuasai oleh Inggris dan Portugis, berada dalam posisi yang
diperebutkan oleh Negara-Negara tersebut. Pada saat Jepang datang, Indonesia
berada dalam kekuasaan Belanda yang pada saat itu kekuasaanya sudah hampir
melemah. Peperangan antar para pejuang Nusantara dan tentara Belanda kerap kali
terjadi, dan pada saat itulah jepang datang dan menawarkan solusi terbaik, yang
memberikan bantuan dan menjajikan sebuah kemerdekaan bagi bangsa Indonsia.
Jepang mencoba menarik simpatik bangsa Indonesia dengan menggunakan berbagai
pendekatan, antara lain pendekatan kewilayahan dan kebudayaan. Jauh sebelum
Jepang datang ke Indonesia, mereka telah mempelajarai karakteiristik ajaran
Islam yang dianut masyarakat Indonesua secara umum dengan cara mengadakan
festival tentang Islam di Tokyo. Sejak pertengahan tahun 1920-an dan seterusnya,
lembaga-lembaga yang berbakti kepada studi Islam dan majalah yang membahas
masalah Islam muncul di Jepang. Pada tahun 1933, beberapa kalangan mulai
mengadakan agitasi dengan tujuan untuk membuat Jepang menjadi pelindung Islam,
dan dua tahun kemudian kelompok pertama dari empat orang mahasiswa dikirim ke
Arab dan Mesir untuk menyiapkan dirinya bagi pekerjaan propaganda. Pada saat
itu juga, para penguasa Jepang meningkatkan jumlah mahasiswa Islam dan
guru-guru, baik dari Timur Tengah maupun dari negara Asia, untuk datang ke
Jepang. Sebuah langkah awal dibuat dengan menerbitkan jurnal berbahasa Arab untuk
disebarkan di luar negeri.[3]
Selanjutnya pada tahun
1935, masjid pertama didirikan di Kobe, dan disusul lagi tahun 1938 oleh sebuah
tempat ibadah yang lebih mengesankan di ibu kota, yang dibuka dengan upacara,
dihadiri oleh banyak tamu-tamu luar negeri, termasuk Pangeran Hussein dari Yaman.
Selain itu, perserikatan Islam Jepang (Dai Nippon Kaikyo Kyokai) dibentuk pada
bulan Mei 1938, dengan Jenderal Senjuro Hayashi sebagai Bapak Islam Jepang,
sebagai presidennya. Pada bulan September 1939, organisasi yang baru ini secara
resmi mulai mengadakan aktiviasnya yang pertama dengan mengundang orang-orang
Islam luar negeri untuk menghdiri Pameran Islam
di Tokyo dan Osaka pada tanggal 5-29 November tahun itu juga. Untuk
pertama kalinya di dalam sejrah Islam Indonesia, Perhatian dialihkan dari Timur
Tengah ke Negeri Matahari Terbit. Sebuah konferensi khusus diadakan oleh
Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) pada permulaan Okteober, dimana undangan
dari Tokyo disetujui dan diterima.[4]
Dengan cara ini Jepang
ingin menunjukan secara diplomatis bahwa Jepang punya perhatian yang besar
terhadap Islam, sehingga memudahkan untuk masuk ke Indonesia. Selain itu,
Jepang juga menganggap Indonesia sebagai Saudara Tua di Asia Timur Raya.
Pendekatan ini tampak cukup efektif, sehingga ketika Jepang datang ke Indonesia,
walaupun dengan penuh curiga dan tanda Tanya, ternyata diterima oleh bangsa
Indonesia.
B.
Kebijakan
Pemerintah Jepang
Secara resmi Jepang telah menguasai Indonesia sejak
tanggal 8 Maret 1942, ketika Panglima Tertinggi Pemerintah Hindia Belanda
menyerah tanpa syarat di Kalijati, Bandung. Jepang tanpa banyak menemui
perlawanan yang berarti berhasil menduduki Indonesia. Bahkan, bangsa Indonesia
menyambut kedatangan balatentara Jepang dengan perasaan senang, perasaan
gembira karena akan membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan
bangsa Belanda.
Jepang menjalankan
kebijakan secara persuasif dan kultural. Kebijakan ini menyenangkan bangsa
Indonesia khususnya umat Muslim. Kebijakan ini yaitu:
1.
Jepang mendirikan Shumubu (kantor Urusan
Agama Tingkat Provinsi/Kanwil Agama), dan Shimuka (Kantor Urusan Agama Tingkat
Pusat/Departemen Agama).
2.
Jepang mendirikan Majelis Islam A’la
Indonesia (MIAI) sebagai pengganti Majelis Syuro Islam Indonesia (MASYUMI).
3.
Jepang memberikan kesadaran kepada Elite
Politik Islam untuk mengambil peran dalam menentukan masa depan Bangsa
Indonesia dengan mendirikan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
4.
Jepang memperkenalkan kepada umat Islam
tentang cara berorganisasi menggunakan senjata modern melalui kebentukan
tentara Hizbullah (Tentara Allah) dan Pembela Tanah Air (PETA).
5.
Jepang memperkenalkan kebijakan
pendidikan yang demokratis, egaliter, dan adil.[5]
Jepang
mengadakan perubahan-perubahan yang besar dengan menghapus berbagai jenis
pendidikan rendah berdasarkan golongan-golongan penduduk seperti zaman Belanda.
Jepang membentuk satu jenis sekolah rendah untuk masyarakat pribumi yang
disebut “Syoo-gekkoo” (sekolah rendah) dengan lama belajar 6 tahun. Selanjutnya,
ada “TYUU Gakkoo” (sekolah menengah pertama) dengan lama 3 tahun. Sedangken
sekolah pendidikan guru ialah Kyoin Yoogoi sho (sekolah guru B) dengan lama
belajar 4 tahun dan si han Gakkoo (sekolah guru atas).[6]
Keadaan
tersebut hanyalah taktik Jepang untuk menguasai Indonesia. Jepang mulai
menunjukkan sifat penjajah dan fasisnya kepada Indonesia. Secara umum kebijakan
tersebut antara lain.
1.
Kebijakan bidang ekonomi
a.
Perluasan areal persawahan.
b.
Pengawasan pertanian dan perkebunan.
Jepang
melakukan kebijakan ini untuk kepentingan perang. Untuk menguasai hasil-hasil pertanian
dan kekayaan penduduk, Jepang selalu berdalih bahwa untuk kepentingan perang.
Setiap penduduk harus menyerahkan kekayaannya kepada pemerintah Jepang. Rakyat
harus menyerahkan barang-barang berharga (emas dan berlian), hewan, bahan
makanan kepada pemerintah Jepang. Untuk memperlancar usaha usahanya, Jepang
membentuk Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa) dan Nogyo Kumiai (Koperasi
Pertanian). Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang di bidang ekonomi telah
mengakibatkan kehidupan rakyat Indonesia semakin sengsara dan penuh
penderitaan. Penderitaan dan kesengsaraan rakyat Indonesia selama pendudukan
Jepang lebih buruk apabila dibandingkan dengan penderitaan dan kesengsaraan
pada masa penjajahan Belanda. Kkk
2.
Bidang Pemerintahan
Pada dasarnya
pemerintahan pendudukan Jepang adalah pemerintahan militer yang sangat
diktator. Untuk mengendalikan keadaan, pemerintahan dibagi menjadi beberapa
bagian. Jawa dan Madura diperintah oleh Tentara ke 16 dengan pusatnya di
Jakarta (dulu Batavia). Sumatera diperintah oleh Tentara ke 25 dengan pusatnya
di Bukittinggi (Sumbar). Sedangkan Indonesia bagian Timur diperintah oleh
Tentara ke 2 (Angkatan Laut) dengan pusatnya di Makasar (Sulsel).
Pemerintahan Angkatan
Darat disebut Gunseibu, dan pemerintahan Angkatan Laut disebut Minseibu.
Masing-masing daerah dibagi menjadi beberapa wilayah yang lebih kecil. Pada
awalnya, Jawa dibagi menjadi tiga provinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur) serta dua daerah istimewa, yaitu Yogyakarta dan Surakarta.
3.
Bidang Militer
Sejak awal
pendudukannya, Jepang selalu berusaha menarik hati bangsa Indonesia agar
bersedia membantu pemerintah Jepang dalam usaha untuk memenangkan peperangan
melawan Sekutu. Bangsa Indonesia hampir selalu dilibatkan dalam berbagai
organisasi militer maupun organisasi semi militer. Beberapa organisasi militer
yang dibentuk pemerintah Jepang, diantaranya:
a.
Heiho (pembantu
prajurit Jepang) adalah kesatuan militer yang
dibentuk oleh pemerintah Jepang yang beranggotakan para pemuda Indonesia.
b.
Pembela Tanah Air
(PETA) dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943.
Adapun organiasi semi militer yang dibentuk Jepang antara lain;
a.
Gerakan 3A (Jepang Pemimpin
Asia, Jepang Cahaya Asia, dan Jepang Pelindung Asia)
b.
Pusat Tenaga Rakyat
(Putera). Putera dibentuk untuk menggantikan Gerakan 3 A. Organisasi ini dibentuk
dengan tujuan untuk meningkatkan semangat bangsa Indonesia dalam membantu pemerintah
Jepang dalam perang melawan Sekutu.
c. Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa). Organisasi ini dibentuk pada
tahun 1944, setelah kedudukan pasukan Jepang semakin terdesak. Tujuannya adalah
untuk menggerakan seluruh rakyat Indonesia agar berbakti kepada Jepang. Sebagai
tanda bahwa rakyat benar-benar berbakti, maka rakyat harus rela berkurban, baik
harta benda maupun jiwa dan raga untuk kepentingan perang Jepang.
4.
Bidang Sosial
Salah satu kebijakan
yang cukup penting dalam bidang sosial adalah pembagian kelas masyarakat
seperti pada zaman Belanda. Masyarakat hanya dibedakan menjadi ‘saudara tua’ (Jepang)
dan ‘saudara muda’ (Indonesia). Sedangkan penduduk Timur asing, terutama Cina
adalah golongan masyarakat yang sangat dicurigai karena di negeri leluhurnya
bangsa Cina telah mempersulit bangsa Jepang dalam mewujudkan cita-citanya. Kebijakan
di bidang sosial, seperti:
a.
Pembentukkan Rukun Tetangga
(RT). Untuk mempermudah pengawasan dan pengerahan penduduk, pemerintah Jepang
membentuk Tanarigumi (RT).
b.
Romusha adalah pengerahan
tenaga kerja secara paksa untuk membantu tugas-tugas yang harus dilaksanakan
oleh Jepang. Pada awalnya, romusha dilaksanakan dengan sukarela, tetapi lama kelamaan
dilaksanakan secara paksa.
c.
Penggunaan Bahasa Indonesia.
Menurut Prof. Dr. A. Teeuw (ahli Bahasa Indonesia berkebangsaan Belanda) bahwa pendu-dukan
Jepang merupakan masa bersejarah bagi Bahasa Indonesia. Tahun 1942, pemerintah
pendudukan Jepang melarang penggunaan Bahasa Belanda dan digantikan dengan
Bahasa Indonesia. Bahkan, pada tahun 1943 semua tulisan yang berbahasa Belanda
dihapuskan diganti dengan tulisan berbahasa Indonesia.
C.
Keadaan
Pendidikan Islam di Zaman Jepang
Sebagaimana yang
dikemukakan diatas, bahwa kehadiran Jepang di Indonesia terhitung amat singkat,
yakni hanya 3,5 tahun. Namun waktu yang singkat ini tidak berarti bahwa Jepang
tidak memberi pengaruh terhadap perkembangan pendidikan Islam. Lamanya waktu,
sebagaimana yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia, tidak menjadi jaminan
bangsa Belanda telah berbuat banyak terhadap pendidikan Islam. Sebelumnya,
Jepang yang berada di Indonesia dalam waktu singkat telah memberikan pengaruh
pendidikan Islam sebagai berikut.
Pertama,
umat
Islam merasa lebih leluasa dalam mengembangkan pendidikannya, karena berbagai
undang-undang dan peraturan yang dibuat pemerintah Belanda yang sangat diskriminatif
dan membatasi itu sudah tidak diberlakukan lagi. Umat Islam pada zaman kolonial
Jepang memperoleh peluang yang memungkinkan dapat berkiprah lebih leluasa dalam
bidang pendidikan.
Kedua,
bahwa
sistem pendidikan Islam yang terdapat pada zaman Jepang pada dasarnya masih
sama dengan sistem pendidikan Islam pada zaman Belanda, yakni di samping sistem
pendidikan pesantren yang didirikan kaum ulama tradisional, juga terdapat
sistem pendidikan klasikal sebagaimana yang terlihat pada madrasah, yaitu sistem
pendidikan Belanda yang muatannya terdapat pelajaran agama.
BAB
III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan
analisis sebagaimana terdapat pada uraian tersebut diatas, kiranya dapat
dikemukakan catatan penutup sebagai berikut. Pertama, kedatangan Jepang ke Indonesia ditujukan untuk mendapatkan
dukungan politik, sumber daya manusia, dan logistik yang dibutuhkan untuk modal
perang dalam rangka menghadapi tentara sekutu. Tujuan ini dapat dinilai tidak
berhasil karena Jepang sebelum mendapatkan hasil yang ingin dicapai, sduadh
harus kembali kenegaranya yang pada saat itu sedang diinvasi oleh Amerika dan
sekutunya. Jepang harus kembali mempertahankan negaranya sehingga tidak
beresempatan untuk meneruskan penjajahannya atas Indonesia.
Kedua,
masuknya
Jepang ke Indonesia dinilai tidak mengalami kesukaran, karena selain Jepang
telah mempelajari karakter masyarakat Indonesia serta agama yang dianutnya,
juga karena Jepang menggunakan pendekatan yang skomodatif dan bersahabat dengan
memberikan berbgaai kielonggaran dan peluang bagi masyarakat Indonesia pada
umunya dan umat Islam khususnya.
Ketiga,
keadaan sistem pendidikan Islam di zaman Jepang masih sama dengan keadaan
sistem pendidikan Islam di zaman Belanda. Perbedaannya, pendidikan Islam
dizaman Jepang jauh lebih leluasa dalam kiprahnya dibandingkan dengan kiprahnya
pendidikan Islam di zaan Belanda. Disamping mendatangkan berbagai hal yang
merugikan umat Islam, Jepang juga telah memberikan berbagai pengalaman dalam
berorganisasi, militer, dan yang lainnya yang amat berguna bagikemajuan umat
Islam di masa selanjutnya
DAFTAR
PUSTAKA
Rujukan Utama makalah ini adalah
buku
Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. 2011.
Yati Hardiyanti, Makalah Sejarah Pendidikan di Indonesia,
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar