Senin, 15 Juli 2013

Kaum Sophis dan Socrates

FILSAFAT ATHENA: SEPAK TERJANG KAUM SOPHIS DAN SOCRATES
oleh, Anita

Dalam mitologi Yunani, “Hermes” disebut sebagai utusan para Dewa. Kata Hermes kemudian meluas menjadi “Hermetic” yang berarti tersembunyi atau tak terjangkau. Tindakan para filsuf alam menjauhkan mereka dari mitologis dunia. Para filsuf alam itu disebut Pra-Socrates, sebab mereka hidup sebelum Socrates. Socrates mewakili era baru, karena dia merupakan filsuf besar pertama yang dilahirkan di Athena.
Setelah 450 SEB, filsafat mengambil jalan baru. Sebelumnya para filsuf alam memusatkan perhatian pada hakekat dunia fisik beleka. Namun saat itu di Athena minat dipusatkan pada individu dan kedudukannya dalam masyarakat. Secara lambat laun demokrasi-pun berkembang, dan hanya orang-orang yang berpendidikan yang dapat berpartisipasi didalamnya. Menguasai seni berpidato adalah sebuah cara yang dianggap dapat meyakinkan penduduk Yunani. Pada saat itu sekelompok guru dan filsuf berkeliling dari koloni-koloni di Yunani dan berkumpul di Athena. Mereka menamakan diri kaum Sophis.
 Kata Sophis berarti seseorang yang berpengetahuan dan bijaksana. Kaum Sophis mencari nafkah dengan mengajar penduduk dengan imbalan uang. Persamaan kaum Sophis dan filsuf adalah mereka sama-sama mengkritisi mitologi tradisional. Namun kaum sophis menolak spekulasi filsafat yang dianggap tidak berguna. Mereka berpendapat bahwa meskipun ada jawaban untuk pertanyaan filosofis, namun manusia tidak dapat mengetahui kebenaran mengenai alam dan jagad raya. Dalam filsafat, pandangan seperti ini disebut skeptisisme.
Kaum sophis menyibukkan diri mereka dengan masalah manusia dan kedudukannya dalam masyarakat. Menurut salah seorang dari kaum sophis, Protagoras (485-410 SEB), manusia adalah ukuran segala sesuatu. Masalah benar atau salahnya suatu hal tergantung pada kebutuhan-kebutuhan seseorang. Kaum sophis tidak mempercayai Dewa Yunani dan mengatakan bahwa pertanyaan mengenai Dewa terlalu kompleks sedangkan hidup di dunia ini bergitu singkat. Orang yang tidak mampu mengatakan secara tegas apakah Dewa atau Tuhan  itu ada dinamakan seorang agnostik.
Kaum sophis juga mengemukakan bahwa kesopanan alamiah tidak dapat dipertahankan sebab kesopanan alamiah bukanlah sifat bawaan lahir manusia. Kesopanan atau tidak merupakan masalah aturan sosial. Kaum sophis kemudian menciptakan pergulatan sengit di Athena dengan mengatakan bahwa tidak ada norma mutlak untuk menentukan apa yang benar dan yang salah.

Kelahiran dan Kematian Socrates
Socrates (470-399 SEB) merupakan seorang filsuf yang tidak pernah menuliskan ajaran filsafatnya. Pengetahuan tentang Socrates diperoleh dari Plato yang merupakan salah satu muridnya. Plato menulis sejumlah Dialog, atau diskusi-diskusi yang didramatisasi mengenai filsafat. Dia menempatkan Socrates sebagai tokoh utama dan sebagai juru bicaranya. Socrates menghabiskan hidupnya di alun-alun dan di pasar untuk berbicara dengan orang-orang yang ditemuinya. Dia mengatakan kepada masyarakat bahwa “Pohon-pohon di Pedesaan tidak mengajarkan apa-apa padaku”. 
Socrates digambarkan segagai seorang yang memuliki rupa yang tidak menarik. Meskipun begitu, dikatakan bahwa batinnya sangat merasakan bahagia. Dia mengatakan, “Anda dapat menemukan pada masa sekarang, Anda dapat menemukannya pada masa lampau, namun Anda tidak akan menemukan padanannya”. Kata-kata ini bernilai misteri seperti kehidupannya yang dipenuhi misteri.
Hakekat seni Socrates terletak pada sifatnya yang tidak ingin menggurui orang lain. Dia selalu ingin belajar dari orang-orang yang ditemui olehnya untuk diajak berdiskusi. Socrates melakukan hal ini dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti tidak mengetahui apapun. Dalam diskusi ini dia berhasil membuat penentangnya menyadari kelemahan argumen mereka. Dan karena tersudut mereka menyadari apa yang benar dan apa yang salah.
Socrates memiliki latar belakang yang sedikit unik, ibunya merupakan seorang bidan. Latar belakang ini berpengaruh pada aliran filsafatnya. Seperti seorang bidan, dia mengatakan bahwa kedudukannya hanya sebagai pembantu dalam kelahiran, bukan sebagai yang melahirkan. Menurutnya dia hanya membantu orang-orang “melahirkan” wawasan yang benar, sebab pemahaman sejati menurutnya harus timbul dari dalam diri sendiri. Setiap orang dapat menangkap kebenaran-kebenaran filosofis jika mereka mau menggunakan akal mereka sendiri. Dengan berlagak bodoh, Socrates memaksa orang-orang yang ditemui menggunakan akal sehat mereka. Inilah ironi  Socrates yang memungkinkannya untuk mengungkap kelemahan pikiran orang-orang yang diajaknya berdiskusi. Karena perlakuannya tersebut, orang-orang menganggapnya sangat menjengkelkan, apalagi di kalangan orang-orang yang memiliki kekuasaan. Socrates selanjutnya mengatakan bahwa “Athena seperti kuda lembam dan akulah pengganggu yang menyengatnya agar beringas”. 
Socrates selalu mengatakan bahwa dirinya selalu menyimpan “suara ilahi”. Dia melakukan protes terhadap hukuman mati yang diterapkan pada orang-orang yang dianggap bersalah. Pada 399 SEB, dia didakwa memperkenalkan Dewa-dewa baru dan merusak kaum muda serta tidak mempercayai Dewa-dewa yang telah diterima dalam mitologi Yunani. Socrates kemudian didakwa bersalah oleh lima ratus orang juri. Socrates menghargai hati nuraninya dan menyatakan bahwa kebenaran lebih tinggi daripada nyawanya sendiri. Socrates tewas setelah dipaksa meminum racun cemara.
Socrates hidup di masa yang sama dengan kaum sophis. Bahkan generasi setelahnya yaitu Cicero mengatakan bahwa “Socrates menurunkan filsafat dari langit, mengantarkan ke kota-kota, memperkenalan ke rumah-rumah dan memaksanya untuk menelaah kehidupan etika, kebaikan, dan kejahatan”. Namun Socrates berbeda dengan kaum sophis yaitu dia tidak menganggap dirinya bijaksana dan pandai. Socrates menyebut dirinya sebagai filsuf yang sesungguhnya berarti “orang yang mencintai kebijaksanaan”. Seorang filsuf mengetahui bahwa dalam kenyataannya hanya sedikit yang diketahuinya. Itulah sebabnya dia selalu berusaha untuk mengetahui kebenaran yang sejati. Filsuf juga merupakan seseorang yang mengetahui bahwa ada banyak hal yang tidak dipahaminya, dan dia merasa terganggu olehnya. Socrates menyatakan bahwa “orang yang paling bijaksana adalah yang mengetahui bahwa dia tidak tahu” dan “hanya satu yang aku tahu yaitu aku tidak tahu apa-apa”.
Socrates menuai kontroversi karena dia seringkali mengajukan pertanyaan daripada sebuah jawaban. Menurutnya pada dasarnya manusia sering dihadapkan pada sejumlah pertanyaan sulit yang tidak dapat ditemukan jawabannya. Dalam hal ini terdapat dua golongan manusia, yang pertama adalah golongan yang memperdaya diri bahwa dia telah mengetahui jawaban atau yang kedua memilih diam atau menutup kepala terhadap hal itu. Oleh karena itulah seorang filsuf merupakan seseorang yang tidak mau menyerah dan terus berusaha tanpa kenal lelah mencari kebenaran. Socrates merasa sangat penting untuk membuat landasan yang kuat dalam pengetahuan. Dia percaya landasan ini terletak pada akal manusia. Oleh karena itulah dia termasuk kedalam golongan rasionalis.
Socrates menyatakan bahwa dia dituntun oleh suara batin ilahi dan bahwa “hati nurani” mengatakan kepadanya apa yang benar. Dia mengatakan “orang yang telah mengetahui apa yang baik akan berbuat baik”. Wawasan yang benar menurutnya akan menuntun pada tindakan yang benar. Orang yang bertindak benar dapat menjadi seseorang yang berbudi luhur. Seseorang melakukan kesalahan karena hal yang tidak diketahuinya. Itulah sebabnya sangat penting untuk belajar.

Socrates juga mencari definisi yang sesuai secara universal mengenai hakekat benar dan salah. Tidak seperti kaum sophis, dia percaya kemampuan untuk membedakan benar dan salah terletak pada akal manusia, bukan pada masyarakat seperti yang dikemukakan kaum sophis. Kemudian Socrates juga menganggap bahwa tidak mungkin seseorang dapat bahagia jika mereka menentang penilaian hati nurani mereka mengenai hal yang lebih baik. Orang yang tahu apa yang benar akan bertindak benar karena mengikuti apa yang dikatakan hatinya untuk bahagia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar