tag:blogger.com,1999:blog-44969415763165159202024-03-05T10:28:52.507-08:00Cinta Sejarah IslamSifat sejarah menurut orang, Ibarat pentas bermain wayang; Cerita Lampau dihurai dalang, 'Pabila tamat segera diulang.
Jika demikian mustahil pantang, Giliran Islam pula mendatang; Lakonan lama indah gemilang, Di layar dunia semakin terbentang.
(Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Prakata Risalah Untuk Kaum Muslimin)
Perhatian, jika berniat mengutip; Mohon kutip sebagaimana mestinya kutipan terhadap karya ilmiah.
Jazakumullah Khairan Jaza, Semoga BermanfaatAnita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.comBlogger110125tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-48705970033560066832013-07-23T16:36:00.001-07:002013-07-23T16:38:38.744-07:00Sosiologi kependudukan<div style="text-align: center;">
<b>BAB I</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang</b></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak sinkron atau sinergis-nya pembangunan antarkota/antarwilayah menimbulkan ketimpangan ekonomi dan kesejahteraan. Kota-kota besar terus memegang peran sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, sementara daerah-daerah tidak cukup kuat mengimbangi. Kondisi ini akhirnya memunculkan gelombang migrasi penduduk atau urbanisasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan keterangan gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo saat masih menjabat, angka urbanisasi di Jakarta sebenarnya terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan pembangunan ekonomi di daerah asal kaum urban. Menurut keterangan Kepala Dinas Dukcapil DKI Jakarta Purba Hutapea, pendatang baru di Jakarta tahun 2007 berkurang 14.810 jiwa atau 11,90 persen dibandingkan tahun 2006. Selanjutnya jumlah pendatang baru di tahun 2008 berkurang 21.144 jiwa atau 19,29 persen dibandingkan 2007. Sementara pada tahun 2009 berkurang 18.919 jiwa atau 21,38 persen dibandingkan 2008. Penurunan juga terjadi pada 2010. Jumlah pendatang baru berkurang 10.339 atau 14,86 persen dari 2009. Dan 2011 jumlah pendatang baru kembali berkurang sebanyak 7.340 jiwa atau 12,40 persen dibandingkan 2010. Diprediksikan jumlah pendatang baru paska Lebaran tahun 2012 akan menurun sebanyak 22.368 jiwa atau menurun sebanyak 37,77 persen.[2]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya urbanisasi dibutuhkan guna meningkatkan perekonomian kota. Namun pada kenyataannya jumlah kaum urban yang datang ke kota untuk mengadu nasib seringkali tak terkendali. Kedatangan mereka tanpa modal keterampilan untuk dapat bersaing dengan kerasnya kehidupan di kota. Ketika tiba di kota misal Jakarta, kebanyakan dari mereka akhirnya hanya meningkatkan beban kependudukan. Mereka cenderung menjadi penduduk ilegal dan menciptakan pemukiman kumuh sebagai akibat sempitnya lahan. Mereka yang tidak berpendidikan-pun akhirnya lebih banyak bekerja pada sektor informal dengan pendapatan dibawah standar. Mereka menjadi bagian dari penduduk miskin di kota Jakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemiskinan yang mereka alami di kota dianggap lebih baik daripada harus menetap di daerah asal. Disebabkan tingkat kepemilikan lahan yang semakin tinggi serta perkembangan teknologi, pekerjaan sebagai buruh tani semakin tidak tersedia. Hal ini menuntut mereka mencari alternatif untuk dapat bertahan hidup. Jalan yang utama adalah datang ke kota besar yang terlihat lebih menjanjikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>B. Perunusan Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Apakah pengertian migrasi penduduk?</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Apakah pengertian urbanisasi penduduk?</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Bagaimana penyebab dan strategi menanggulangi dampak negatif urbanisasi?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>C. Tujuan Penulisan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Mengetahui pengertian migrasi penduduk.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Mengetahui pengertian urbanisasi penduduk.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Mengetahui faktor penyebab dan strategi menanggulangi dampak negatif urbanisasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB II</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PERPINDAHAN PENDUDUK DI INDONESIA</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Pengertian Migrasi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia, migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu tempat (negara dan sebagainya) ke tempat (Negara dan sebagainya) lain untuk menetap.[3] Migrasi dalam Kamus Penguin Sociology merujuk pada “…either external (between societies) or internal (between regions)”. Secara ekonomi migrasi tidak menciptakan pembangunan ekonomi bagi daerah miskin yang tetap terbelakang dan tergantung pada pusat-pusat kapitalisme industri. (Migration does not provide economic development for poor regions which remain underdeveloped and dependent on the centres of industrial capitalism).[4]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para ahli mendefinisikan migrasi sebagai berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Menurut Mangalam, migrasi adalah perpindahan yang relatif permanen dari suatu kelompok yang disebut kaum migran, dari suatu lokasi ke lokasi lainnya.[5]</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Menurut Hartono dan Arnicun Aziz, migrasi merupakan perpindahan penduduk dari satu unit geografis ke unit geografis lain. Unit geografis dapat berarti daerah administratif.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Menurut Ross Steele migrasi meliputi perpindahan ke rumah sebelah atau beberapa meter tetapi juga mencakup perpindahan ke Negara lain yang jaraknya beribu-ribu kilometer.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Menurut PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) migrasi merupakan perpindahan tempat tinggal dari unit-unit administratif ke unit administratif lainnya.[6]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa migrasi tidak dibatasi oleh jarak. Berbeda dengan dinamika penduduk yang berupa mobilitas sosial. Mobilitas sosial atau gerak sosial merupakan gerakan dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.[7] Mobilitas sosial mencakup perpindahan teritorial secara permanen dan sementara. Perpindahan dapat dikatakan migrasi jika melebihi 6 waktu bulan. Jika kurang dari itu maka manusia hanya melakukan mobilitas sirkuler.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>B. Teori Migrasi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Teori Gravitasi</div>
<div style="text-align: justify;">
Teori ini dikemukakan oleh Ravenstein pada tahun 1889. Teori ini membahas mengenai hukum-hukum migrasi, diantaranya adalah:</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Semakin jauh jarak, semakin berkurang volume migran.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Setiap arus migrasi yang benar, akan menimbulkan arus balik sebagai gantinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Perbedaan kota dan desa merupakan sebab migrasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
d. Wanita cenderung migrasi ke daerah yang letaknya dekat.</div>
<div style="text-align: justify;">
e. Kemajuan teknologi akan menaikkan intensitas migrasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
f. Motif utama migrasi adalah ekonomi.[8]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Teori Dorong-Tarik (Push Pull Theory)</div>
<div style="text-align: justify;">
Teori ini dikemukakan oleh Everett S. Lee pada tahun 1966. Menurut teori ini terdapat 4 alasan yang mempengaruhi seseorang bermigrasi, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal dapat memiliki daya dorong seperti kerusakan sumber daya alam (erosi, banjir, kekeringan, guncangan iklim, pertentangan sosial, politik, dan agama).</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Faktor-faktor yang memiliki daya tarik misalnya penemuan sumber daya pertambangan, industri, dan lain-lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Faktor-faktor rintangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
d. Faktor-faktor pribadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak orang yang pindah ke kota karena merasa tidak kerasan di desa. Sebaliknya banyak orang kota yang tidak kerasan hidup di kota karena hingar bingar kehidupan. Mereka ini yang disebut sebagai migrasi psikososial. Adapun hal lain semisal orang yang pindah dari pegunungan karena hawa dingin dan sakit-sakitan. Dia tergolong migrasi fisiososial. [9]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>C. Pengertian Urbanisasi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia, Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa (kota kecil, daerah) ke kota besar (pusat pemerintahan) atau perubahan dari suasana (cara hidup dan sebagainya) desa ke kota.[10] Dalam Kamus Penguin Sociology, Urbanisasi mengacu pada pertumbuhan dalam proporsi penduduk yang hidup pada suatu negara di pusat-pusat perkotaan dengan ukuran tertentu. (Urbanization refers properly to a growth in the proportion of a country's population living in urban centres of a particular size).[11]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengertian urbanisasi ini sulit didefinisikan. Oleh karena itu menurut Bintarto pengertian urbanisasi dapat dilihat dari beberapa faktor, misalnya:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Dari segi Demografi, urbanisasi dilihat sebagai suatu proses yang ditunjukkan melalui perubahan penyebaran penduduk dan perubahan dalam jumlah penduduk dalam satu wilayah.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Dari segi ekonomi, urbanisasi ini dilihat dari perubahan struktural dalam sektor mata pencaharian. Ini dapat dilihat pada banyaknya penduduk desa yang meninggalkan pekerjaan di bidang pertanian beralih bekerja menjadi buruh atau pekerja yang sifatnya nir/nonagraris di kota.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Dari sudut pandang seorang ilmuwan perilaku (behavioral scientist) urbanisasi dilihat dari segi pentingnya atau sejauh mana manusia itu dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang berubah-ubah baik yang disebabkan oleh kemajuan teknologi maupun dengan adanya perkembangan baru dalam kehidupan.[12]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara umum periode urbanisasi terkait dengan industrialisasi. Ada beberapa kontroversi tentang sifat dasar dan peran yang dimainkan kapitalisme dalam proses ini. Urbanisasi memiliki konsekuensi kontradiktif berupa pertumbuhan ekonomi, karena biaya penyediaan layanan seperti kesehatan dan pendidikan sekaligus meningkatkan biaya tenaga kerja yang tidak bisa lagi menambah gaji sebesar produksi pertanian skala kecil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“In general, periods of urbanization appear to be associated with industrialization. There is, however, some controversy about the nature of the association and about the role that capitalism plays in the process. Urbanization has contradictory consequences for economic growth, since it cheapens the cost of providing services such as health and education while increasing the cost of labour that can no longer supplement its wages by small-scale agricultural production.[13]</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sempitnya ruang di pedesaan yang menjamin kelangsungan hidup penghuninya menyebabkan banyak penduduk desa berlari ke kota dengan keinginan mengadu nasib. Tingkat kepemilikan tanah di desa yang sangat rendah menyebabkan banyak buruh tani mengandalkan upah dari hasil mengerjakan sawah orang lain. Pendapatan yang mereka terima sangat rendah, namun tak ada alternatif pekerjaan lain di desa sebagai penyambung kehidupan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tingkat kepemilikan tanah yang rendah ini juga menimbulkan kelebihan tenaga kerja di desa. Mereka hanya memiliki dua alternatif, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Tetap tinggal di desa, sehingga menyebabkan “disguised unemployment”, yakni jumlah tenaga kerja lebih banyak dari sumber daya alam dan faktor produksi.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Mereka akan masuk ke dalam bidang-bidang yang masih bisa mendukung pendapatan yakni hutan dan kota.[14]</div>
<div style="text-align: justify;">
Faktor kedua ini yang menyebabkan terjadinya urbanisasi. Menurut Nasikun, faktor tolakan dari desa berupa sempitnya lapangan kerja serta faktor tarikan dari kota berupa harapan melimpahnya tenaga kerja merupakan dua pendukung terbentuknya masyarakat urban.[15] Meskipun banyak penduduk miskin yang akhirnya terbentuk di kota karena fenomena ini, namun kenyataannya para migran lebih memiliki kondisi baik daripada tetap tinggal di desa. Hingga terdapat anggapan umum bahwa “lebih baik miskin di kota daripada miskin di desa.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di beberapa daerah di Indonesia, fenomena urbanisasi bahkan menjadi satu kebudayaan. Urbanisasi sering disebut dengan istilah merantau. Merantau, kata dasarnya rantau. Rantau menurut Winstedt, Iskandar dan Purwadarmita adalah kata benda yang menunjukkan sebuah dataran atau pinggiran sungai, sehingga dapat dikenal bahagian dari daerah pantai. Merantau dengan awalan me berarti pergi ke rantau atau pergi merantau. Sering juga disebut menaklukan perantauan.[16] Menurut Mochtar Naim, merantau mengandung enam elemen utama, (1) meninggalkan kampung halaman, (2) Untuk waktu dekat atau lama, (3) Dengan suka rela, (5) Dengan tujuan mencari nafkah, (6) Merantau secara kultural sebagai pola kebiasaan.[17]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam masyarakat Minang alasan utama merantau adalah: 1) Faktor-faktor fisik: ekologi dan lokasi. Faktor penyebab pertamanya adalah Minangkabau merupakan daerah terpencil di luar pusat perdagangan dan politik. 2) Faktor ekonomi dan demografi. 3) Faktor pendidikan. 4) Daya tarik kota. 5) Keresahan politik. 6) Faktor-faktor sosial.[18]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan sebab merantau bagi orang Pidie yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Faktor Ekonomi, yaitu hasrat mencari rezeki di luar daerah sendiri, untuk menutupi kebutuhan hidup di kampung.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Faktor kebudayaan, telah ada benih perantauan pada anak laki-laki sejak kecil hingga menuju kedewasaan, sehingga perasaan untuk meninggalkan keluarga merupakan kebiasaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Faktor lingkungan, orang rantau yang telah pindah telah mengalami perubahan dalam hidupnya menjadi lebih baik.[19]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dapat disimpulkan secara garis besar alasan seseorang migrasi, merantau, ataupun urbanisasi adalah sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Faktor-faktor sosial: termasuk keinginan para migran untuk keluar dari lingkungan paksaan-paksaan tradisional organisasi-organisasi sosial.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Faktor-faktor fisik, termasuk keadaan cuaca dan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Faktor-faktor demografis, termasuk pengurangan tingkat kematian dan tingginya tingkat populasi di daerah pedesaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Faktor-faktor kultural, termasuk keamanan hubungan yang luas di daerah perkotaan dan bujukan dari apa yang disebut kegemerlapan kota, dan</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Faktor-faktor komunikasi, sebagai hasil transformasi yang telah diperbaiki, sistem-sistem pendidikan yang berorientasi kepada perkotaan dan dampak modernisasi-modernisasi pengenalan terhadap teknologi televisi, radio, internet, dan lain-lain.[20]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perkembangan teknologi menyebabkan penggunaan tenaga kerja menjadi semakin berkurang. Tenaga kerja mulai tergantikan oleh mesin. Hal ini yang membuat buruh tani di desa kehilangan mata pencaharian karena pemilik lahan lebih senang menggunakan teknologi semisal traktor untuk mengelola lahan. Masyarakat desa menjadi semakin miskin karena ketergantungan terhadap pekerjaan yang telah hilang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya mereka mencari alternatif lain agar dapat bertahan hidup. Jalan yang mereka tempuh adalah dengan mengadu nasib ke kota. Di kota mereka bekerja pada sektor informal, misalnya pegagang asongan, penyemir sepatu, dan lain-lain. Kehidupan di kota mereka anggap lebih baik daripada hidup di desa dengan mengharapkan pekerjaan yang tak kunjung ada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>D. Dampak Urbanisasi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Clay ada beberapa pengaruh yang mendorong masyarakat untuk bermukim di pusat kota yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Pusat kota adalah pusat semua kegiatan. Masyarakat usia muda tertarik untuk mencari kesempatan kerja maupun mencari hiburan serta berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama di pusat kota. Dan mereka ingin bermukim di kawasan pusat kota untuk kemudahan mencapai tempat kerja.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Pusat kota adalah tempat yang nyaman untuk mencari kerja.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Tinggal di pusat kota adalah life-style.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Tinggal di permukiman kawasan pusat kota lebih berkelas daripada tinggal di permukiman pinggiran kota.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Memiliki rumah di pusat kota adalah investasi yang bernilai tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun sebenarnya Urbanisasi mengakibatkan masalah di kota yang didatangi. Menurut Bintarto jika diinventarisasi masalah-masalah tersebut adalah:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Urbanisasi ini menyebabkan beberapa masalah dan problema-problema bagi kota-kota yang jumlahnya tidak sedikit.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Kepadatan penduduk kota menimbulkan masalah kesehatan lingkungan, masalah perumahan,</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Pertambahan penduduk kota yang menimbulkan masalah kesempatan dan mendapatkan pekerjaan yang layak dan memadai, masalah pengangguran dan gelandangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Penyempitan ruang dengan segala akibat negatifnya di kota karena banyaknya orang, bertambahnya bangunan untuk perumahan, perkantoran, kegiatan industri dan bertambahnya kendaraan bermotor yang terus membanjiri kota-kota di Negara berkembang,</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Masalah lalu lintas, kemacetan jalan dan masalah parkir yang menghambat kelancaran kota.</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Industrialisasi di kota yang menimbulkan polusi udara, polusi air dan polusi kebisingan.[21]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bintarto menambahkan urbanisasi juga membawa dampak terhadap berbagai sektor kehidupan, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Dalam sektor ekonomi, struktur ekonomi menjadi lebih bervariasi dari yang bermodal kecil hingga besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Perkembangan di bidang pariwisata juga nampak meluas,</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Dalam bidang pendidikan makin banyak diusahakan adanya pendidikan kejuruan atau adanya program non gelar yang bisa dicapai dalam waktu yang singkat tetapi sudah dapat mendatangkan penghasilan.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Selain itu juga adanya perluasan fisik kota ke arah pinggiran kota (the periphery areas) yang menimbulkan masalah baru mengenai batas administratif pertanahan dan pemerintahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Harga tenaga kerja baik di kota maupun di daerah tepian kota cenderung naik.</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Perubahan tata guna lahan menjadi masalah yang juga patut diperhatikan. Banyak daerah hijau (green belts) telah menjadi daerah industri atau daerah permukiman. Hal ini akan menyebabkan adanya pencemaran udara, tanah maupun air.[22]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Urbanisasi juga menciptakan kawasan elit dan kawasan kumuh (slump area). Kawasan kumuh dihuni oleh urban yang kurang berhasil mengadu nasib di kota besar. Ciri-ciri pemukiman kumuh adalah sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Lingkungan permukiman yang kondisi tempat tinggal atau tempat huniannya berdesakkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Luas rumah tidak sebanding dengan jumlah penghuni.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Rumah hanya sekedar tempat untuk berlindung dari panas dan hujan.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Hunian bersifat sementara dan dibangun di atas tanah bukan milik penghuni.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Lingkungan dan tata permukimannya tidak teratur tanpa perencanaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Prasarana kurang (mck, air bersih, saluran buangan, listrik, jalan lingkungan).</div>
<div style="text-align: justify;">
7. Fasilitas sosial kurang (sekolah, rumah ibadah, balai pengobatan).</div>
<div style="text-align: justify;">
8. Mata pencaharian yang tidak tetap dan usaha non formal.</div>
<div style="text-align: justify;">
9. Pendidikan masyarakat rendah.[23]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terhadap wilayah yang ditinggalkan, urbanisasi mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja potensial bagi pembangunan. Kurangnya tenaga kerja di daerah memantik siklus kegagalan pembangunan; kegagalan pembangunan mengakibatkan daerah setempat menjadi statis dan tidak bisa menarik minat generasi mudanya untuk tetap tinggal dan berkarya di daerah asal; yang terjadi kemudian adalah tumbuhnya minat untuk migrasi ke kota besar; memunculkan mitos bahwa perekonomian keluarga hanya bisa dibangun jika anggota keluarga bekerja di kota-kota besar; terjadi migrasi tenaga kerja potensial dari daerah ke kota.[24]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>E. Strategi Menangani Dampak Negatif Urbanisasi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebijaksanaan pemerintah untuk mengatasi pengaruh negatif urbanisasi adalah dengan menghidupkan perekonomian sektor formal modern dan sektor informal tradisional. Sektor informal ini sebenarnya tidak selalu berdampak negatif karena pada kenyataannya membantu dalam penampungan angkatan kerja yang tidak tertampung dalam sektor formal. Namun jika dibiarkan di kota besar, ketidakteraturan pekerja informal ini menimbukan masalah lain. Misalnya pedagang asongan yang berjalan di pinggir jalan atau pedagang kaki lima yang menggunakan fasilitas umum berupa trotoar sebagai tempat jualan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menangani ini pemerintah melaksanakan beberapa program, diantaranya</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Mendorong sektor informal menjadi formal dengan memberikan sejumlah modal.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Meningkatkan kemampuan dalam usaha sektor informal yang sama[25]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak terkendalinya urbanisasi berbanding lurus dengan kegagalan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan. Maka untuk menekan laju urbanisasi adalah dengan mengupayakan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan. Kegiatan ini harus dan hanya bisa dimulai dari daerah. Dibutuhkan keberanian ekstra untuk keluar dari kungkungan paradigma urban-bias theory yang menganggap bahwa pemerataan pembangunan menyebar secara sentrifugal dari kota sebagai pusat pembangunan.[26]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pendekatan lain yang mulai digagas dasawarsa 1990-an adalah rekonstruksi dikotomi kota-desa dalam pembangunan. Mainstream pemikiran pembangunan ekonomi pra-1990 melihat bahwa hubungan desa-kota adalah hubungan diametral dimana keduanya saling terpisah. Douglass dan Rondinelli, pada pertengahan 1990-an menyatakan konsep continuum yang memandang desa-kota sebagai satu fenomena yang bertautan (continuum) di mana masyarakat di dalamnya secara bersama memecahkan masalah kemiskinan, perkembangan ekonomi, lingkungan yang berkelanjutan, dan dalam pengembangan kerangka kelembagaan.[27]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Inpres Desa Tertinggal (IDT) adalah salah satu contoh tindakan untuk meningkatkan daya saing desa terhadap kota. Jika daya saing desa bagus, yang ditandai peningkatan kualitas sarana dan prasarana pembangunan, maka godaan terhadap penduduk desa untuk migrasi ke kota bisa semakin ditekan. Dengan kata lain perlu dilakukan proses ”pengkotaan” atau melengkapi desa dengan kualitas sarana dan prasarana setara dengan kota. Tetapi melengkapi desa dengan fasilitas kota harus dibatasi hanya pada hal-hal yang secara sosiologis bias diterima masyarakat.[28]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pembangunan sentra ekonomi di daerah harus pula diimbangi dengan kebijakan perdagangan atau perlindungan harga bagi hasil produksi desa. Hal ini penting mengingat salah satu alasan klasik urbanisasi (migrasi) adalah rendahnya penghasilan sektor ekonomi desa. Kebanyakan migran adalah mantan petani, pengrajin, serta pelaku usaha-usaha ekstraktif lainnya yang merasa putus asa karena hasil usaha mereka di desa dihargai terlalu rendah sehingga tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.[29]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu pemerintah juga melakukan perbaikan lingkungan permukiman. Berdasarkan PU. Cipta Karya, terdapat beberapa bentuk usaha pelaksanaan perbaikan permukiman, yaitu sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Pemugaran rumah, diartikan pengembalian keadaan fisik seperti semula.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Program Perbaikan Kampung (KIP).</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Perbaikan lingkungan kawasan pasar (MIP).</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Pembangunan perumahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Konsolidasi lahan; merupakan kegiatan terpadu untuk menata kembali pola kepemilikan tanah di suatu wilayah yang kurang/tidak teratur.</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Pengembangan lahan terkendali; merupakan upaya penataan lanjut dalam rangka pengembangan tata ruang kota, khususnya bagian wilayah kota secara lebih implementatif, bila perlu melalui pemindahan/pengembangan daerah pinggir kota.</div>
<div style="text-align: justify;">
7. Pembangunan rumah susun; membangun lingkungan hunian secara keseluruhancdengan tujuan untuk menata kembali suatu kawasan kota, baik secara fisik maupun fungsional dan keuntungan ekonomisnya.[30]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB III</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>KESIMPULAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Migrasi tidak dibatasi oleh jarak. Berbeda dengan dinamika penduduk yang berupa mobilitas sosial. Mobilitas sosial atau gerak sosial merupakan gerakan dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Mobilitas sosial mencakup perpindahan teritorial secara permanen dan sementara. Perpindahan dapat dikatakan migrasi jika melebihi 6 waktu bulan. Jika kurang dari itu maka manusia hanya melakukan mobilitas sirkuler.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari segi Demografi, urbanisasi dilihat sebagai suatu proses yang ditunjukkan melalui perubahan penyebaran penduduk dan perubahan dalam jumlah penduduk dalam satu wilayah. Dari segi ekonomi, urbanisasi ini dilihat dari perubahan struktural dalam sektor mata pencaharian. Ini dapat dilihat pada banyaknya penduduk desa yang meninggalkan pekerjaan di bidang pertanian beralih bekerja menjadi buruh atau pekerja yang sifatnya nir/nonagraris di kota.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terhadap wilayah yang ditinggalkan, urbanisasi mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja potensial bagi pembangunan. Kurangnya tenaga kerja di daerah memantik siklus kegagalan pembangunan; kegagalan pembangunan mengakibatkan daerah setempat menjadi statis dan tidak bisa menarik minat generasi mudanya untuk tetap tinggal dan berkarya di daerah asal. Bagi daerah tujuan migrasi memiliki dampak positif yaitu tersedianya angkatan kerja. Dampak negatifnya adalah kaum urban yang tidak memiliki keterampilan hanya menjadi beban kependudukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak terkendalinya urbanisasi berbanding lurus dengan kegagalan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan. Maka untuk menekan laju urbanisasi adalah dengan mengupayakan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan. Kegiatan ini harus dan hanya bisa dimulai dari daerah. Dibutuhkan keberanian ekstra untuk keluar dari kungkungan paradigma urban-bias theory yang menganggap bahwa pemerataan pembangunan menyebar secara sentrifugal dari kota sebagai pusat pembangunan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>DAFTAR PUSTAKA</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Abercrombie, Nicholas dkk. The Penguin Dictionary of Sociology. London: Penguin Books. 1994.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa, Pusat. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. 2010.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bintarto. Urbanisasi dam Permasalahannya. Yogyakarta: Galia Indonesia. 1983.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hartomo, H. dan Arnicun Aziz. MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. 1993.</div>
<div style="text-align: justify;">
Naim, Mochtar. Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1984.</div>
<div style="text-align: justify;">
Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2006.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sahur, Ahmad. Merantau bagi Orang Pidie, dalam Migrasi, Kolonisasi, Perubahan Sosial. Jakarta: Pustaka Grafika Kita. 1988.</div>
<div style="text-align: justify;">
Soekanto, Soerjono. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. 2006.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tesis</div>
<div style="text-align: justify;">
Eny Endang Surtiani. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terciptanya Kawasan Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota (Studi Kasus: Kawasan Pancuran, Salatiga). Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Program Pasca Sarjana-Universitas Diponegoro. Semarang: 2006.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artikel</div>
<div style="text-align: justify;">
Arus Urbanisasi ke Jakarta Semakin Berkurang, dalam Kompas Online tanggal 13 Agustus 1012.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Makalah</div>
<div style="text-align: justify;">
Mardian Wibowo, Makalah Desa Mengepung Kota: Strategi Membebaskan Jakarta dari Urbanisasi, Tugas Mata Kuliah Pembangunan Wilayah dan Kota: Magister Administrasi Kebijakan Publik UI.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
[1] Makalah yang berjudul Perpindahan Penduduk Indonesia disusun oleh Anita (1110015000015), Muhammad Faqih, Nadia Annisa, dan Rizki Awaludin dan dipresentasikan pada tanggal 28 Mei 2013.</div>
<div style="text-align: justify;">
[2] Arus Urbanisasi ke Jakarta Semakin Berkurang, dalam Kompas Online tanggal 13 Agustus 1012. http://megapolitan.kompas.com/read/2012/08/13/14303123/Arus.Urbanisasi.ke.Jakarta.Semakin.Berkurang</div>
<div style="text-align: justify;">
[3] Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2010), hal. 954.</div>
<div style="text-align: justify;">
[4] Nicholas Abercrombie, dkk, The Penguin Dictionary of Sociology, (London: Penguin Books, 1994), hal 266-267.</div>
<div style="text-align: justify;">
[5]J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: teks pengantar dan terapan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal. 329.</div>
<div style="text-align: justify;">
[6] Hartono dan Arnicun Aziz, MKDU Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal. 19,</div>
<div style="text-align: justify;">
[7] Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), hal. 219.</div>
<div style="text-align: justify;">
[8] Hartono dan Arnicun Aziz, hal. 22.</div>
<div style="text-align: justify;">
[9]Hartono dan Arnicun Aziz, hal 22.</div>
<div style="text-align: justify;">
[10] Pusat Bahasa, hal. 1597.</div>
<div style="text-align: justify;">
[11] Nicholas Abercrombie, dkk, hal 441.</div>
<div style="text-align: justify;">
[12] hal 9-10.</div>
<div style="text-align: justify;">
[13] Nicholas Abercrombie, dkk, hal. 442.</div>
<div style="text-align: justify;">
[14] Hartono dan Arnicun Aziz, hal. 29.</div>
<div style="text-align: justify;">
[15] Hartono dan Arnicun Aziz, hal 30.</div>
<div style="text-align: justify;">
[16] Ahmad Sahur, Merantau bagi Orang Pidie, dalam Migrasi, Kolonisasi, Perubahan Sosial, (Jakarta: Pustaka Grafika Kita, 1988), hal. 13.</div>
<div style="text-align: justify;">
[17] Ahmad Sahur, hal. 14.</div>
<div style="text-align: justify;">
[18] Mochtar Naim, Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1984), hal. 227.</div>
<div style="text-align: justify;">
[19] Ahmad Sahur, Hal 30-44.</div>
<div style="text-align: justify;">
[20] Hartono dan Arnicun Aziz, hal 31.</div>
<div style="text-align: justify;">
[21] Bintarto, Urbanisasi dam Permasalahannya, (Yogyakarta: Galia Indonesia, 1983), hal. 35.</div>
<div style="text-align: justify;">
[22] Bintarto, hal. 37.</div>
<div style="text-align: justify;">
[23] Eny Endang Surtiani. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terciptanya Kawasan Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota (Studi Kasus: Kawasan Pancuran, Salatiga). Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Program Pasca Sarjana-Universitas Diponegoro. Semarang: 2006.</div>
<div style="text-align: justify;">
[24] Mardian Wibowo, Makalah Desa Mengepung Kota: Strategi Membebaskan Jakarta dari Urbanisasi, Tugas Mata Kuliah Pembangunan Wilayah dan Kota: Magister Administrasi Kebijakan Publik UI, hal 3-4.</div>
<div style="text-align: justify;">
[25] Hartono dan Arnicun Aziz, hal. 38.</div>
<div style="text-align: justify;">
[26] Mardian Wibowo, Makalah Desa Mengepung Kota: Strategi Membebaskan Jakarta dari Urbanisasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
[27] Mardian Wibowo, Makalah Desa Mengepung Kota: Strategi Membebaskan Jakarta dari Urbanisasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
[28] Mardian Wibowo, Makalah Desa Mengepung Kota: Strategi Membebaskan Jakarta dari Urbanisasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
[29] Mardian Wibowo, Makalah Desa Mengepung Kota: Strategi Membebaskan Jakarta dari Urbanisasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
[30] Eny Endang Surtiani. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terciptanya Kawasan Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota (Studi Kasus: Kawasan Pancuran, Salatiga). Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Program Pasca Sarjana-Universitas Diponegoro. Semarang: 2006.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal. 61.</div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-69070808395077412502013-07-23T16:22:00.001-07:002013-07-23T16:22:56.556-07:00Sejarah Pendidikan Islam<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">PENDIDIKAN ISLAM ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">MAKALAH</span></b><b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> </span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Makalah ini disusun sebagai syarat ketuntasan mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam dengan dosen Pengampu Prof. Dr. Abuddin Nata, M.A</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">oleh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin: 0in 0in 0.0001pt 1.75in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Anita (1110015000015)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin: 0in 0in 0.0001pt 1.75in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Putri Chelia (1110015000)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin: 0in 0in 0.0001pt 1.75in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Muhria (1110015000)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">PROGRAM STUDI SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (P.IPS)<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">JAKARTA<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">1434 H/2013 M<o:p></o:p></span></b></div>
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">BAB
I<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l8 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">A.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Latar
Belakang<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jepang merupakan sebuah
Negara yang berada di kawasan Asia Timur yang saat ini sangat maju ekonominya.
Jepang merupakan Negara besar yang terkenal akan potensi sumber daya manusia
yang berkualitas. Jepang merupakan bangsa maju yang menguasai industri di
dunia, misalnya otomotif dan elektronik. Jepang adalah Negara yang cepat
mengalami kebangkitan dalam segi pembangunan. Sebagaimaa yang kita ketahui,
sejarah Jepang pernah begitu kelam saat kalah dalam Perang Dunia ke-2 terhadap
Negara sekutu. Dua kota di Jepang yaitu Hiroshima dan Nagasaki dihancurkan
sekutu dengan bom Atom yang menyebabkan ratusan ribu nyawa penduduk Jepang
melayang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kelemahan sekutu pada
awal Perang Dunia ke-2 membuat Jepang mulai menunjukkan taring kepada dunia.
Jepang berusaha menarik bangsa Asia yang sedang berusaha memerdekakan diri
dengan menggagas semboyan Saudara tua di Asia. Jepang membentuk stigma bahwa
maksud dan tujuannya kepada Negara asia adalah untuk melindungi dan melepaskan
Negara-negara di Asia dari penjajahan. Dengan gagasan saudara tua Asia dan
semboyan3A, Jepang tidak terlalu berhasil . Akhirnya mereka membentuk kebijakan
lain yaitu mendekati bangsa yang menjadi sasaran utamanya yaitu bangsa
Indonesia yang penduduknya sebagian besar Muslim. Jepang berusaha mengambil
alih kekuasaaan Indonesia dengan awalnya mendekati tokoh-tokoh dan organisasi Islam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dengan beribu
kecurigaan Jepang tetap diizinkan masuk ke Indonesia. Bangsa dan rakyat
Indonesia pun awalnya percaya dengan maksud kedatangan Jepang ke Indonesia
yaitu untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Namun ternyata
sebagai Negara fasis, Jepang berusaha mengeksploitasi sumber daya alam
Indonesia yang melimpah serta tenaga kerja Indonesia yang dibutuhkan untuk
memenangkan peperangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Masa penjajahan Jepang di
Indonesia terkenal sangat sulit. Jepang menerapkan kebijakan yang sangat menindas
kaum pribumi. Jepang menyengsarakan kaum pribumi. Awalnya jepang terlihat manis
terhadap Islam. Namun terlihatlah belangnya kemudian. Islam hanya menjadi alat
Jepang untuk melanggengkan kekuasaan. Pendidikan Islam di zaman Jepang awalnya
diayomi dengan baik, namun akhirnya tidak seperti awlnya. Namun setelah Jepang
mulai kalah terhadap sekutu, Jepang mulai berusaha menarik bangsa Indonesia
dengan upaya membantu Indonesia merdeka. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l8 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">B.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Rumusan
Masalah <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Apa yang melatarbelakangi penjajahan
Jepang terhadap Bangsa Indonesia?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bagaimana kebijakan pemerintah Jepang
terhadap bangsa Indonesia?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bagaimana sistem pendidikan Islam zaman
penjajahan Jepang?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l8 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">C.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tujuan
Penulisan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasarkan rumusan
masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mengetahui latarbelakang penjajahan Jepang
terhadap Bangsa Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mengetahui kebijakan pemerintah Jepang
terhadap bangsa Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mengetahui sistem pendidikan Islam zaman
penjajahan Jepang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">BAB
II<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">PENDIDIKAN ISLAM PADA
ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l7 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">A.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Latar
Belakang Penjajahan Jepang Terhadap Indonesia<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kedatangan Jepang ke
Indonesia agak berbeda dengan kedatangan Belanda. Jika kedatangan belanda yang
semula bertujuan dagang yang selanjutnya diikuti dengan tujuan politik dan
keagamaan, maka kedatangan Jepang lebih cenderung untuk tujuan politik, yaitu
mendapat dukungan pasukan sumber daya manusia (tentara) dan logistik yang mereka perlu untuk kemenangan perang Asia
Timur Raya.<a href="file:///D:/Anita%20Makalah/Smester%206/SPI/SPI.docx#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sejarah mencatat bahwa
pada saat Jepang datang ke Indoesia, keadaan dunia sedang berada dalam suasna Perang
Dunia II yang didasarkan pada motif perluasan wilayah dan penguasaan terhadap
sumber-sumber ekonomi. Dinamai Perang Dunia, karena seluruh bangsa di dunia
terlibat dalam perang tersebut, walaupun dengan peran dan fungsi yang
berbeda-beda. Pada saat perang dunia II tersebut, keadaan negara terbagi
kedalam Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat adalah negara-negara yang berada
dikawasan Eropa dan Amerika serta sekutu-sekutunya dengan komandannya antara
lain Amerika, Inggris, Jerman, Perancis, Belanda, Portugis, dan sekutunya.
Adapaun di kawasan Asia Timur komandannya adalah Jepang, dan Cina. Adapun
negara-negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam India, Mesir, Turki,
Persia, Malaysia, Dan Indonesia, justru berada ada dalam hegemoni kedua blok
negara yang sedang berperang tersebut.<a href="file:///D:/Anita%20Makalah/Smester%206/SPI/SPI.docx#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Indonesia sebagai
Negara yang berada Di wilayah Timur yang sebelumnya di jajah oleh Belanda,
bahkan juga pernah dikuasai oleh Inggris dan Portugis, berada dalam posisi yang
diperebutkan oleh Negara-Negara tersebut. Pada saat Jepang datang, Indonesia
berada dalam kekuasaan Belanda yang pada saat itu kekuasaanya sudah hampir
melemah. Peperangan antar para pejuang Nusantara dan tentara Belanda kerap kali
terjadi, dan pada saat itulah jepang datang dan menawarkan solusi terbaik, yang
memberikan bantuan dan menjajikan sebuah kemerdekaan bagi bangsa Indonsia.
Jepang mencoba menarik simpatik bangsa Indonesia dengan menggunakan berbagai
pendekatan, antara lain pendekatan kewilayahan dan kebudayaan. Jauh sebelum
Jepang datang ke Indonesia, mereka telah mempelajarai karakteiristik ajaran
Islam yang dianut masyarakat Indonesua secara umum dengan cara mengadakan
festival tentang Islam di Tokyo. Sejak pertengahan tahun 1920-an dan seterusnya,
lembaga-lembaga yang berbakti kepada studi Islam dan majalah yang membahas
masalah Islam muncul di Jepang. Pada tahun 1933, beberapa kalangan mulai
mengadakan agitasi dengan tujuan untuk membuat Jepang menjadi pelindung Islam,
dan dua tahun kemudian kelompok pertama dari empat orang mahasiswa dikirim ke
Arab dan Mesir untuk menyiapkan dirinya bagi pekerjaan propaganda. Pada saat
itu juga, para penguasa Jepang meningkatkan jumlah mahasiswa Islam dan
guru-guru, baik dari Timur Tengah maupun dari negara Asia, untuk datang ke
Jepang. Sebuah langkah awal dibuat dengan menerbitkan jurnal berbahasa Arab untuk
disebarkan di luar negeri.<a href="file:///D:/Anita%20Makalah/Smester%206/SPI/SPI.docx#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Selanjutnya pada tahun
1935, masjid pertama didirikan di Kobe, dan disusul lagi tahun 1938 oleh sebuah
tempat ibadah yang lebih mengesankan di ibu kota, yang dibuka dengan upacara,
dihadiri oleh banyak tamu-tamu luar negeri, termasuk Pangeran Hussein dari Yaman.
Selain itu, perserikatan Islam Jepang (Dai Nippon Kaikyo Kyokai) dibentuk pada
bulan Mei 1938, dengan Jenderal Senjuro Hayashi sebagai Bapak Islam Jepang,
sebagai presidennya. Pada bulan September 1939, organisasi yang baru ini secara
resmi mulai mengadakan aktiviasnya yang pertama dengan mengundang orang-orang
Islam luar negeri untuk menghdiri Pameran Islam
di Tokyo dan Osaka pada tanggal 5-29 November tahun itu juga. Untuk
pertama kalinya di dalam sejrah Islam Indonesia, Perhatian dialihkan dari Timur
Tengah ke Negeri Matahari Terbit. Sebuah konferensi khusus diadakan oleh
Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) pada permulaan Okteober, dimana undangan
dari Tokyo disetujui dan diterima.<a href="file:///D:/Anita%20Makalah/Smester%206/SPI/SPI.docx#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dengan cara ini Jepang
ingin menunjukan secara diplomatis bahwa Jepang punya perhatian yang besar
terhadap Islam, sehingga memudahkan untuk masuk ke Indonesia. Selain itu,
Jepang juga menganggap Indonesia sebagai Saudara Tua di Asia Timur Raya.
Pendekatan ini tampak cukup efektif, sehingga ketika Jepang datang ke Indonesia,
walaupun dengan penuh curiga dan tanda Tanya, ternyata diterima oleh bangsa
Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l7 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">B.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebijakan
Pemerintah Jepang<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Secara resmi Jepang telah menguasai Indonesia sejak
tanggal 8 Maret 1942, ketika Panglima Tertinggi Pemerintah Hindia Belanda
menyerah tanpa syarat di Kalijati, Bandung. Jepang tanpa banyak menemui
perlawanan yang berarti berhasil menduduki Indonesia. Bahkan, bangsa Indonesia
menyambut kedatangan balatentara Jepang dengan perasaan senang, perasaan
gembira karena akan membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan
bangsa Belanda.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jepang menjalankan
kebijakan secara persuasif dan kultural. Kebijakan ini menyenangkan bangsa
Indonesia khususnya umat Muslim. Kebijakan ini yaitu:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jepang mendirikan Shumubu (kantor Urusan
Agama Tingkat Provinsi/Kanwil Agama), dan Shimuka (Kantor Urusan Agama Tingkat
Pusat/Departemen Agama).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jepang mendirikan Majelis Islam A’la
Indonesia (MIAI) sebagai pengganti Majelis Syuro Islam Indonesia (MASYUMI). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jepang memberikan kesadaran kepada Elite
Politik Islam untuk mengambil peran dalam menentukan masa depan Bangsa
Indonesia dengan mendirikan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jepang memperkenalkan kepada umat Islam
tentang cara berorganisasi menggunakan senjata modern melalui kebentukan
tentara Hizbullah (Tentara Allah) dan Pembela Tanah Air (PETA).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jepang memperkenalkan kebijakan
pendidikan yang demokratis, egaliter, dan adil.<a href="file:///D:/Anita%20Makalah/Smester%206/SPI/SPI.docx#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jepang
mengadakan perubahan-perubahan yang besar dengan menghapus berbagai jenis
pendidikan rendah berdasarkan golongan-golongan penduduk seperti zaman Belanda.
Jepang membentuk satu jenis sekolah rendah untuk masyarakat pribumi yang
disebut “Syoo-gekkoo” (sekolah rendah) dengan lama belajar 6 tahun. Selanjutnya,
ada “TYUU Gakkoo” (sekolah menengah pertama) dengan lama 3 tahun. Sedangken
sekolah pendidikan guru ialah Kyoin Yoogoi sho (sekolah guru B) dengan lama
belajar 4 tahun dan si han Gakkoo (sekolah guru atas).<a href="file:///D:/Anita%20Makalah/Smester%206/SPI/SPI.docx#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Keadaan
tersebut hanyalah taktik Jepang untuk menguasai Indonesia. Jepang mulai
menunjukkan sifat penjajah dan fasisnya kepada Indonesia. Secara umum kebijakan
tersebut antara lain.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l9 level1 lfo6; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebijakan bidang ekonomi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 45.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l5 level1 lfo7; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Georgia; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Georgia;">a.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Perluasan areal persawahan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 45.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l5 level1 lfo7; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Georgia; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Georgia;">b.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pengawasan pertanian dan perkebunan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jepang
melakukan kebijakan ini untuk kepentingan perang. Untuk menguasai hasil-hasil pertanian
dan kekayaan penduduk, Jepang selalu berdalih bahwa untuk kepentingan perang.
Setiap penduduk harus menyerahkan kekayaannya kepada pemerintah Jepang. Rakyat
harus menyerahkan barang-barang berharga (emas dan berlian), hewan, bahan
makanan kepada pemerintah Jepang. Untuk memperlancar usaha usahanya, Jepang
membentuk Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa) dan Nogyo Kumiai (Koperasi
Pertanian). Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang di bidang ekonomi telah
mengakibatkan kehidupan rakyat Indonesia semakin sengsara dan penuh
penderitaan. Penderitaan dan kesengsaraan rakyat Indonesia selama pendudukan
Jepang lebih buruk apabila dibandingkan dengan penderitaan dan kesengsaraan
pada masa penjajahan Belanda. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kkk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l9 level1 lfo6; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bidang Pemerintahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada dasarnya
pemerintahan pendudukan Jepang adalah pemerintahan militer yang sangat
diktator. Untuk mengendalikan keadaan, pemerintahan dibagi menjadi beberapa
bagian. Jawa dan Madura diperintah oleh Tentara ke 16 dengan pusatnya di
Jakarta (dulu Batavia). Sumatera diperintah oleh Tentara ke 25 dengan pusatnya
di Bukittinggi (Sumbar). Sedangkan Indonesia bagian Timur diperintah oleh
Tentara ke 2 (Angkatan Laut) dengan pusatnya di Makasar (Sulsel).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pemerintahan Angkatan
Darat disebut Gunseibu, dan pemerintahan Angkatan Laut disebut Minseibu.
Masing-masing daerah dibagi menjadi beberapa wilayah yang lebih kecil. Pada
awalnya, Jawa dibagi menjadi tiga provinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur) serta dua daerah istimewa, yaitu Yogyakarta dan Surakarta. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l9 level1 lfo6; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bidang Militer<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sejak awal
pendudukannya, Jepang selalu berusaha menarik hati bangsa Indonesia agar
bersedia membantu pemerintah Jepang dalam usaha untuk memenangkan peperangan
melawan Sekutu. Bangsa Indonesia hampir selalu dilibatkan dalam berbagai
organisasi militer maupun organisasi semi militer. Beberapa organisasi militer
yang dibentuk pemerintah Jepang, diantaranya:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 45.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo8; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: Georgia, serif; font-size: 11.5pt; line-height: 150%;">a.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;">
</span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Heiho (pembantu
prajurit Jepang) </span></i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">adalah kesatuan militer yang
dibentuk oleh pemerintah Jepang yang beranggotakan para pemuda Indonesia. <i><o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 45.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo8; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, serif; font-size: 11.5pt; line-height: 150%;">b.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pembela Tanah Air
(PETA) </span></i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Adapun organiasi semi militer yang dibentuk Jepang antara lain;<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 45.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l6 level1 lfo9; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gerakan 3A (Jepang Pemimpin
Asia, Jepang Cahaya Asia, dan Jepang Pelindung Asia)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 45.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l6 level1 lfo9; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pusat Tenaga Rakyat
(Putera). Putera dibentuk untuk menggantikan Gerakan 3 A. Organisasi ini dibentuk
dengan tujuan untuk meningkatkan semangat bangsa Indonesia dalam membantu pemerintah
Jepang dalam perang melawan Sekutu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 45.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l6 level1 lfo9; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">c.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa). Organisasi ini dibentuk pada
tahun 1944, setelah kedudukan pasukan Jepang semakin terdesak. Tujuannya adalah
untuk menggerakan seluruh rakyat Indonesia agar berbakti kepada Jepang. Sebagai
tanda bahwa rakyat benar-benar berbakti, maka rakyat harus rela berkurban, baik
harta benda maupun jiwa dan raga untuk kepentingan perang Jepang.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l9 level1 lfo6; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bidang Sosial<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Salah satu kebijakan
yang cukup penting dalam bidang sosial adalah pembagian kelas masyarakat
seperti pada zaman Belanda. Masyarakat hanya dibedakan menjadi ‘saudara tua’ (Jepang)
dan ‘saudara muda’ (Indonesia). Sedangkan penduduk Timur asing, terutama Cina
adalah golongan masyarakat yang sangat dicurigai karena di negeri leluhurnya
bangsa Cina telah mempersulit bangsa Jepang dalam mewujudkan cita-citanya. Kebijakan
di bidang sosial, seperti:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 45.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo10; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pembentukkan Rukun Tetangga
(RT). Untuk mempermudah pengawasan dan pengerahan penduduk, pemerintah Jepang
membentuk Tanarigumi (RT). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 45.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo10; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Romusha adalah pengerahan
tenaga kerja secara paksa untuk membantu tugas-tugas yang harus dilaksanakan
oleh Jepang. Pada awalnya, romusha dilaksanakan dengan sukarela, tetapi lama kelamaan
dilaksanakan secara paksa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 45.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo10; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Penggunaan Bahasa Indonesia.
Menurut Prof. Dr. A. Teeuw (ahli Bahasa Indonesia berkebangsaan Belanda) bahwa pendu-dukan
Jepang merupakan masa bersejarah bagi Bahasa Indonesia. Tahun 1942, pemerintah
pendudukan Jepang melarang penggunaan Bahasa Belanda dan digantikan dengan
Bahasa Indonesia. Bahkan, pada tahun 1943 semua tulisan yang berbahasa Belanda
dihapuskan diganti dengan tulisan berbahasa Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l7 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">C.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Keadaan
Pendidikan Islam di Zaman Jepang<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagaimana yang
dikemukakan diatas, bahwa kehadiran Jepang di Indonesia terhitung amat singkat,
yakni hanya 3,5 tahun. Namun waktu yang singkat ini tidak berarti bahwa Jepang
tidak memberi pengaruh terhadap perkembangan pendidikan Islam. Lamanya waktu,
sebagaimana yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia, tidak menjadi jaminan
bangsa Belanda telah berbuat banyak terhadap pendidikan Islam. Sebelumnya,
Jepang yang berada di Indonesia dalam waktu singkat telah memberikan pengaruh
pendidikan Islam sebagai berikut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pertama,
</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">umat
Islam merasa lebih leluasa dalam mengembangkan pendidikannya, karena berbagai
undang-undang dan peraturan yang dibuat pemerintah Belanda yang sangat diskriminatif
dan membatasi itu sudah tidak diberlakukan lagi. Umat Islam pada zaman kolonial
Jepang memperoleh peluang yang memungkinkan dapat berkiprah lebih leluasa dalam
bidang pendidikan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kedua,
</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">bahwa
sistem pendidikan Islam yang terdapat pada zaman Jepang pada dasarnya masih
sama dengan sistem pendidikan Islam pada zaman Belanda, yakni di samping sistem
pendidikan pesantren yang didirikan kaum ulama tradisional, juga terdapat
sistem pendidikan klasikal sebagaimana yang terlihat pada madrasah, yaitu sistem
pendidikan Belanda yang muatannya terdapat pelajaran agama.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-indent: 27pt;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">BAB
III<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">KESIMPULAN<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasarkan uraian dan
analisis sebagaimana terdapat pada uraian tersebut diatas, kiranya dapat
dikemukakan catatan penutup sebagai berikut. <i>Pertama</i>, kedatangan Jepang ke Indonesia ditujukan untuk mendapatkan
dukungan politik, sumber daya manusia, dan logistik yang dibutuhkan untuk modal
perang dalam rangka menghadapi tentara sekutu. Tujuan ini dapat dinilai tidak
berhasil karena Jepang sebelum mendapatkan hasil yang ingin dicapai, sduadh
harus kembali kenegaranya yang pada saat itu sedang diinvasi oleh Amerika dan
sekutunya. Jepang harus kembali mempertahankan negaranya sehingga tidak
beresempatan untuk meneruskan penjajahannya atas Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kedua,
</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">masuknya
Jepang ke Indonesia dinilai tidak mengalami kesukaran, karena selain Jepang
telah mempelajari karakter masyarakat Indonesia serta agama yang dianutnya,
juga karena Jepang menggunakan pendekatan yang skomodatif dan bersahabat dengan
memberikan berbgaai kielonggaran dan peluang bagi masyarakat Indonesia pada
umunya dan umat Islam khususnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketiga,</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
keadaan sistem pendidikan Islam di zaman Jepang masih sama dengan keadaan
sistem pendidikan Islam di zaman Belanda. Perbedaannya, pendidikan Islam
dizaman Jepang jauh lebih leluasa dalam kiprahnya dibandingkan dengan kiprahnya
pendidikan Islam di zaan Belanda. Disamping mendatangkan berbagai hal yang
merugikan umat Islam, Jepang juga telah memberikan berbagai pengalaman dalam
berorganisasi, militer, dan yang lainnya yang amat berguna bagikemajuan umat
Islam di masa selanjutnya</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">DAFTAR
PUSTAKA<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 150%; margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Rujukan Utama makalah ini adalah
buku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 150%; margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 150%; margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nata, Abuddin. <i>Sejarah Pendidikan Islam. </i>Jakarta: Kencana. 2011.<o:p></o:p></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
Yati Hardiyanti, <i>Makalah Sejarah Pendidikan di Indonesia</i>,
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, 2011.</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div>
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<!--[endif]-->
<div id="ftn1">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<a href="file:///D:/Anita%20Makalah/Smester%206/SPI/SPI.docx#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan
Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), hal 301.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn2">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<a href="file:///D:/Anita%20Makalah/Smester%206/SPI/SPI.docx#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Ibid., hal 301-302.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn3">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<a href="file:///D:/Anita%20Makalah/Smester%206/SPI/SPI.docx#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Ibid., hal 302-303.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn4">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<a href="file:///D:/Anita%20Makalah/Smester%206/SPI/SPI.docx#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Ibid., hal 304.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn5">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<a href="file:///D:/Anita%20Makalah/Smester%206/SPI/SPI.docx#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Ibid., hal 304-305.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn6">
<div class="Default" style="text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<a href="file:///D:/Anita%20Makalah/Smester%206/SPI/SPI.docx#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-size: 10.0pt;"> Yati
Hardiyanti, <i>Makalah Sejarah Pendidikan di
Indonesia</i>, Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, 2011.<o:p></o:p></span></div>
</div>
</div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-72170073661089334382013-07-23T16:11:00.001-07:002013-07-23T16:11:04.389-07:00Sosiologi Pedesaan<div style="text-align: center;">
<b>BAB I</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Latar Belakang</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Isu mengenai lingkungan hidup semakin sering terdengar ketika geliat modernisasi semakin mengudara. Lingkungan hidup sebagai tempat tinggal manusia menjadi korban ulah manusia yang melakukan perubahan tanpa memperhatikan aspek jangka panjang. Manusia sebagai makluk berbudaya melakukan eksploitasi alam besar-besaran dengan alasan memenuhi kebutuhan hidup. Hingga akhirnya semboyan mengenai penyelamatan lingkungan kian gencar dilakukan oleh para pelaku pemerhati lingkungan. Berbagai upaya dilakukan agar dapat menyelaraskan diri dengan alam. Studi-pun gencar dilakukan dengan berbagai pendekatan ekologi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ekologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup dengan lingkungannya. Pendekatan ekologi banyak dilakukan oleh masyarakat yang menganut sistem organik, yaitu masyarakat pedesaan. Hal ini menurut Durkheim disebabkan masyarakat pedesaan lebih peka terhadap alam karena ketergantungan terhadap alam masih sangat tinggi. Masyarakat pedesaan berupaya selalu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Hal inilah yang disebut sebagai adaptasi. Adaptasi tidak serta merta hadir dalam diri individu, melainkan memerlukan proses yang berlangsung lama secara bertahap. Adaptasi pada dasarnya selalu dikaitkan dengan teori evolusi yang dikemukakan Charles Darwin. Menurutnya makhluk hidup mengalami seleksi alam hingga menjadi makhluk sempurna seperti sekarang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>B.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Perumusan Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka perumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Apakah yang dimaksud adaptasi dan bentuk adaptasi dalam masyarakat?</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Apakah yang dimaksud ekologi dan pola adaptasi masyarakat terhadap ekologi?</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Begaimana contoh pola adaptasi masyarakat terhadap ekologi?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>C.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tujuan Penulisan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mengetahui pengertian adaptasi dan bentuk adaptasi dalam masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mengetahui pengertian ekologi dan pola adaptasi masyarakat terhadap ekologi.</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mengetahui contoh pola adaptasi masyarakat terhadap ekologi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB II</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BENTUK ADAPTASI MASYARAKAT DAN POLA EKOLOGI</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pengertian Adaptasi Masyarakat</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, adaptasi adalah penyesuaian diri dengan lingkungan, pekerjaan, dan sebagainya. Sesuai definisi ini, adaptasi dapat diartikan sebagai penyesuaian diri sebagaimana dikemukakan para ahli, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>W. A. Gerungan menyebutkan bahwa penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastis).</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Menurut Soeharto Heerdjan, penyesuaian diri adalah usaha atau tingkah laku untuk mengatasi hambatan. </div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Menurut Mustofa Fahmi, penyesuaian diri merupakan proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah kelakuan seseorang agar terjadi hubungan yang lebih sesuai</div>
<div style="text-align: justify;">
antara dirinya dan lingkungannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Menurut Schmeider penyesuian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang (adaptation). Yaitu;1) Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), 2) Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity) dan 3) Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiga pandangan yang dikemukakan Scmeider tersebut sama-sama memaknai penyesuaian diri, akan tetapi sesuai dengan istilah dan konsep masing-masing memiliki pendekatan yang berbeda-beda. Pada dasarnya ada beberapa cara penyesuaian diri yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara penyesuaian bentuk organ tubuh, penyesuaian kerja organ tubuh, dan tingkah laku dalam menanggapi perubahan lingkungan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kamus The Penguin Dictionary of Sociology, Adaptasi yang dalam bahasa Inggris disebut adaptation merujuk pada teori evolusi masyarakat yang dikemukakan Claude Henry Saint Simon, Auguste Comte, Herbert Spencer dan kebanyakan sosiolog dan antropolog fungsionalis. Mereka menyebut diri sebagai neo-evolusionisme Darwin dan mengaitkan seleksi alam dan adaptasi sebagai bagian dari ilmu biologi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“… Functionalism used an organismic model of society and found in Darwinian evolutionary theory an explanation of how organisms changed and survived that appeared compatible with its own assumptions. The starting point was the adaptation of societies to their environments. Environments included both the natural world and other social systems. Changes in society, deriving from whatever source, provided the basic material of evolution. Those changes which increased a society's adaptive capacity, measured by its long-run survival, were selected and became institutionalized, following the principle of the survival of the fittest…” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para fungsionalis menggunakan model organismik masyarakat yang ditemukan pada teori evolusi Darwin. Dalam teori ini terdapat penjelasan tentang perubahan organisme yang muncul secara kompatibel dengan asumsi sendiri. Titik awal perubahan ini adalah adaptasi masyarakat dengan lingkungan mereka. Lingkungan yang dimaksud adalah alam dan sistem sosial. Perubahan dalam masyarakat dapat berasal dari sumber apa pun, asalkan tetap berupa evolusi. Berbagai perubahan untuk meningkatkan kapasitas adaptif suatu masyarakat diukur dengan kelangsungan hidup jangka panjangnya, kemudian dipilih dan dilembagakan, mengikuti prinsip survival of the fittest. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adaptasi masyarakat dapat diartikan sebagai proses penyesuaian diri yang dilakukan sekelompok orang yang mempunyai tujuan bersama untuk dapat berkesuaian dengan kondisi lingkungannya. Lingkungan tersebut dapat berupa alam tempat hidupnya yang memiliki peran besar dalam keberlangsungan hidupnya. Penyesuaian masyarakat terhadap lingkungan sosial global dapat ditandai dengan perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat atau respon terhadap kebudayaan global yang masuk ke dalam budaya lokalnya. Penyesuaian tersebut dipandang secara positif maupun negative, tergantung pada keterbukaan masyarakat terhadap teknologi, informasi dan komunikasi yang berkembang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk dapat menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut, masyarakat yang mempergunakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya. Selain itu, dalam menyerasikan diri dengan lingkungan-lingkungan tersebut manusia senantiasa hidup dengan sesamanya untuk menyempurnakan dan memperluas sikap dan tindakannya agar tercapai kedamaian dengan lingkungannya. Dengan demikian menurut Soerjono Soekanto, suatu masyarakat sebenarnya merupakan sistem adaptif, karena masyarakat merupakan wadah untuk memenuhi pelbagai kepentingan dan untuk bertahan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>B.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bentuk Adaptasi Masyarakat</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada dasarnya ada dua bentuk adaptasi yang dilakukan oleh manusia, diantaranya yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Adaptasi morfologi, yaitu suatu penyesuaian diri manusia yang dilihat dari bentuk luar dan susunan tubuh manusia. </div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Adaptasi fisiologi, yaitu penyesuaian diri yang berlangsung dalam tubuh manusia. Menggigil karena kedinginan dan berkeringat pada waktu panas merupakan contoh adaptasi secara fisiologi. Olahragawan yang hendak bertanding di pegunungan (dataran tinggi) kadar oksigennya agak rendah bila dibandingkan dengan dataran rendah memerlukan waktu untuk adaptasi fisiologi pernafasan dan peredaran darah untuk dapat bertanding degan baik. Salah satu bentuk adaptasi manusia terhadap berbagai faktor lingkungan yang menarik adalah penggunaan perubahan yang teratur secara periodik, beberapa faktor lingkungan fisik sebagai isyarat untuk mengatur suatu aktivitas. Dengan demikian, manusia dapat merencanakan daur hidup agar dapat memanfaatkan kondisi lingkungan yang menguntungkan untuk kelangsungan hidup. Cahaya, suhu, dan air merupakan faktor-faktor yang secara ekologis sangat penting di darat, sedangkan dilaut, cahaya, suhu dan salinitas atau kadar garam amat penting. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Roy Ellen membagi tahapan adaptasi dalam 4 tipe, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tahapan phylogenetic yang bekerja melalui adaptasi genetik individu lewat seleksi alam, </div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Modifikasi fisik dari phenotype atau ciri-ciri fisik, </div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Proses belajar, dan </div>
<div style="text-align: justify;">
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Modifikasi kultural atau budaya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Modifikasi kultural atau budaya bagi Ellen menjadi tingkat teratas bagi manusia, dimana adaptasi budaya dan transmisi informasi dikatakannya sebagai pemberi karakter spesifik yang dominan. Manusia dilahirkan dengan kapasitas untuk belajar seperangkat sosial dan kaidah-kaidah budaya yang tidak terbatas. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dasar pembagian ke-4 tipe adaptasi diatas, berdasarkan atas laju kecepatan mereka untuk dapat bekerja secara efektif. Seperti adaptasi phylogenetik, dibatasi oleh tingkatan bagaimana populasi dapat bereproduksi dan berkembangbiak. Modifikasi fisik bekerja lebih cepat, akan tetapi tetap tergantung pada perubahan somatik dan akomodasi yang dihubungkan dengan pertumbuhan fisik dan reorganisasi dari tubuh. Sedangkan proses belajar, tergantung dari koordinasi sensor motor yang ada dalam pusat sistem syaraf. Disini ada proses uji coba, dimana terdapat variasi dalam waktu proses belajar yang ditentukan oleh macam-macam permasalahan yang dapat terselesaikan. Adaptasi kultural proses bekerjanya dianggap lebih cepat dibandingkan ke-3 proses diatas karena ia dianggap bekerja melalui daya tahan hidup populasi dimana masing-masing komuniti mempunyai daya tahan yang berbeda berdasarkan perasaan akan resiko, respon kesadaran, dan kesempatan. Sifat-sifat budaya mempunyai koefisiensi seleksi, variasi, perbedaan kematian-kelahiran, dan sifat budaya yang bekerja dalam sistem biologi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disisi lain, Robert K. Merton menyatakan bahwa bentuk adaptasi selalu dapat dikaitkan dengan perilaku menyimpang dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini adaptasi diartikan sebagai penyesuaian diri terhadap lingkungan soaial. Menurut Merton, penyimpangan pada masyarakat terjadi ketika terjadi bentuk adaptasi selain dari nomor pertama dari penjelasan di bawah ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Komformitas, adalah perilaku mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut atau cara konvensional dan melembaga.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Inovasi, adalah perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan oleh masyarakat, tetapi memakai cara yang dilarang oleh masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ritualisme, adalah perilaku yang telah meninggalkan tujuan budaya, tetapi masih tetap berpegang pada cara-cara yang telah digariskan oleh masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Retretisme, (pengasingan diri), adalah perilaku yang meninggalkan, baik tujuan konvensional maupun cara pencapaiannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rebellion (pemberontakan), adalah penarikan diri dari tujuan dan cara-cara konvensional yang disertai dengan upaya untuk melembagakan tujuan dan cara baru. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>C.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pengertian Ekologi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia, ekologi merupakan cabang biologi yang mempelajari hubungan antara makhluk dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh ahli biologi Jerman, yaitu Ernst Haeckel (1834-1919). Ekologi berasal dari bahasa Yunani; oikos, artinya rumah atau tempat tinggal dan logos, artinya ilmu. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Odum dan Cox, ekologi adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem atau alam dimana manusia adalah bagian dari alam. Struktur mencirikan keadaan sistem tersebut. Fungsi menggambarkan hubungan sebab akibatnya. Jadi pokok utama ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik. Para ahli ekologi mempelajari hal berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang menyebabkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>D.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Adaptasi Masyarakat dan Pola Ekologi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Buttel dan Beck, secara aksiologis, ekologi manusia diperkaya oleh munculnya fenomena risk society dalam sistem etika dan estetika peradaban modern. Sistem masyarakat beresiko terbentuk sebagai akibat penggunaan teknologi dan gaya hidup modern yang serba “short cut”, eksploitatif terhadap sumberdaya alam, serta serba instan tanpa mengindahkan dampaknya pada generasi mendatang. Munculnya sistem sosial modern yang unsustainable telah menumbuhkan dan menguatkan perhatian para scholars pada eco ethics beraliran etika ekosentrisme (sebagai pengganti aliran antroposentrisme) bagi kehidupan sosial kemasyarakatan masa depan. Realitas ini dijelaskan dengan baik oleh para ahli sosiologi lingkungan yang memiliki perhatian besar terhadap persoalan ekologi manusia. Hingga titik ini, ekologi manusia telah menjadi ajang perseteruan akademik para penganut arus-arus </div>
<div style="text-align: justify;">
utama pemikiran yang seringkali berseberangan satu sama lain. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disatu sisi manusialah yang sebenarnya merusak keseluruhan alam yang telah berjalan dalam prinsip makrokosmos dan mikrokosmos. Pada awal tahun 70-an, ketika lingkungan yang menjadi objek kajian utama ekologi telah mengalami perubahan negatif, manusia berbondong-bondong mendekati pendekatan ekologi dalam pembangunan. Hal ini terlihat pada pembangunan pada masyarakat perkotaan. Menurut Durkheim, masyarakat desa yang menganut sistem masyarakat organis lebih peka terhadap ekologi. Dalam hal ini kita dapat melihat pola adaptasi masyarakat yang dianggap primitif di Indonesia, yaitu mayarakat Baduy. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>E.</b><span class="Apple-tab-span" style="font-weight: bold; white-space: pre;"> </span><b>Bentuk Adaptasi dan Pola Ekologi Masyarakat Studi Kasus Masyarakat Pesisir: Desa </b>Sungai Rawa di Kabupaten Siak-Propinsi Riau </div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Karakteristik masyarakat Pesisir</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara umum, masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir pantai terdiri atas kelompok masyarakat yang menggantungkan sumber penghidupannya secara langsung atau tidak langsung dari sumber daya pantai/laut dan kelompok masyarakat yang sama sekali tidak tergantung dari sumber daya yang ada di laut/pantai. Sebagai contoh untuk kelompok yang terakhir adalah kelompok masyarakat yang tinggal di desa pantai (Desa Sungai Rawa di Kabupaten Siak-Propinsi Riau) yang melakukan penangkapan ikan di kawasan Danau Pulau Besar dan Danau bawah yang terdapat di hulu Sungai Rawa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada kelompok yang menggantungkan sumber penghidupannya dari sumber daya laut/pantai berdasarkan lokasi kegiatannya dapat dibedakan dua kelompok yaitu kelompok nelayan yang melakukan kegiatan di laut lepas (off-shore) dan di laut dengan jarak relatif dekat dari pantai (in-shore) atau di kawasan pantai itu sendiri (“daratan”). Berdasarkan kegiatannya, dapat dibedakan antara kelompok yang melakukan kegiatan penangkapan ikan (fish capture) dan yang melakukan usaha budi daya (marine/fish culture).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kelompok nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut lepas, dapat melakukannya secara berpindah-pindah pada berbagai lokasi tergantung dari musim dan keberadaan/migrasi ikan. Nelayan yang tinggal di pantai di Sulawesi Selatan, misalnya melakukan penangkapan ikan di Perairan Masalembo, Selat antara kalimantan dan Sulawesi, atau bahkan ke perairan di perbatasan antara Indonesia dan Australia. Nelayan di pantai-pantai Pulau jawa, melakukan penangkapan ikan di Laut jawa atau kawasan lain di Indonesia Timur, dsb.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kelompok nelayan yang melakukan kegiatan di sekitar pantai, biasanya tidak melakukan migrasi yang intensif seperti nelayan laut lepas. Sumberdaya yang ada di sekitar pantai menjadi sumber penghidupan yang utama. Migrasi yang di lakukan biasanya dengan berpindah tempat tinggal dari suatu pantai ke pantai lain dengan tetap melakukan kegiatan penangkapan ikan di sekitar pantai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan kelompok nelayan/masyarakat seperti ini, misalnya adalah penangkapan ikan di sekitar pantai dengan menggunakan perahu dan alat tangkap yang tidak terlalu “canggih” seperti jaring dengan ukuran “kecil” atau kail, atau menggunakan jaring yang ditarik dari tepi pantai seperti di pantai Timur Pangandaran. Contoh lain adalah kelompok masyarakat yang menggantungkan sumber penghidupan dengan melakukan penangkapan/pengumpulan nener bandeng untuk dijual kepada para pemilik tambak seperti yang dilakukan oleh penduduk Pulau Kapoposang dan daerah-daerah lain di Sulawesi Selatan atau di propinsi lainnya; penangkap udang di sekitar hutan mangrove seperti yang dilakukan oleh beberapa transmigran di Kecamatan Wasile-Halmahera Tengah; penangkap ikan di kawasan terumbu karang seperti di kawasan terumbu karang Taka Bone Rate atau Bunaken; pengumpul kerang-kerangan di sekitar pantai Teluk Jakarta; penangkap ikan dengan menggunakan bagan tancap atau terapung yang umumnya dilakukan oleh nelayan Bugis di berbagai kawasan pantai di Indonesia seperti di Teluk Jakarta atau di Teluk Wasile-Halmahera Tengah; penangkap ikan/udang dengan menggunakan perangkap bubu yang dipasang di tepi-tepi pantai (memanfaatkan pasang surut) di berbagai daerah di Indonesia; penangkap ikan yang memanfaatkan rumpon (rompong) di Sulawesi Selatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Termasuk kedalam kelompok masyarakat yang memanfaatkan sumber daya sekitar pantai atau di daratan adalah kelompok-kelompok masyarakat/nelayan yang mengembangkan usaha budidaya seperti budidaya rumput laut di Cilaut Eureun, Kabupaten Garut, pembuatan garam di pantai-pantai kawasan Cirebon atau Madura, atau usaha budidaya perikanan tambak yang secara tradisional banyak dilakukan oleh masyarakat nelayan di tepi pantai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Beberapa contoh adaptasi yang berkaitan dengan tempat tinggal</div>
<div style="text-align: justify;">
Adaptasi yang dilakukan masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir pantai dan menggantungkan sumber penghidupannya dari sumber daya yang ada, menunjukkan adanya keragaman. Di berbagai daerah di Sumatera dan Sulawesi, misalnya terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang mengembangkan cara hidup dengan bertempat tinggal di perahu yang sekaligus berfungsi sebagai alat dalam kegiatan penangkapan ikan. Contohnya adalah beberapa kelompok masyarakat Suku Bajo atau Suku Laut yang secara tradisional hidup berpindah-pindah dari suatu daerah ke daerah lain (nomaden) dan tinggal/hidup di atas perahu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Contoh lain yang menunjukkan bagaimana masyarakat yang tinggal di tepi pantai mengadaptasikan dirinya, berkaitan dengan permukiman/tempat tinggal mereka, adalah pola permukiman kelompok masyarakat Kampung Laut di kawasan Sagara Anakan atau daerah-daerah lain yang mengembangkan dan membangun rumah-rumah mereka di atas tiang-tiang pancang yang relatif tinggi yang menyesuaikan kepada pasang surut laut yang terjadi secara reguler.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain kedua contoh di atas, pada banyak kasus, pertumbuhan penduduk yang tinggi mendorong penduduk di kawasan pantai untuk merambah/membuka kawasan hutan ,mangrove atau “menciptakan” lahan-lahan baru yang dapat digunakan sebagai lokasi permukiman dan, terutama, sebagai lahan usaha. Sebagai contoh, di beberapa tempat seperti di kawasan pantai Kabupaten Bekasi, masyarakat dengan sengaja membuat jebakan-jebakan sedimen lumpur di pantai untuk mendapatkan lahan baru atau memperluas lahan yang sudah ada untuk kepentingan kegiatan tambak. Sejalan dengan munculnya lahan-lahan baru (“tanah timbul”), mereka juga mengembangkan permukimannya. Upaya seperti ini dilakukan oleh masyarakat sebagai respon atas semakin terbatasnya lahan yang mereka miliki/kuasai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB III</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>KESIMPULAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ekologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup dengan lingkungannya. Pendekatan ekologi banyak dilakukan oleh masyarakat yang menganut sistem organik, yaitu masyarakat pedesaan. Hal ini menurut Durkheim disebabkan masyarakat pedesaan lebih peka terhadap alam karena ketergantungan terhadap alam masih sangat tinggi. Masyarakat pedesaan berupaya selalu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Hal inilah yang disebut sebagai adaptasi. Adaptasi tidak serta merta hadir dalam diri individu, melainkan memerlukan proses yang berlangsung lama secara bertahap. Adaptasi pada dasarnya selalu dikaitkan dengan teori evolusi yang dikemukakan Charles Darwin. Menurutnya makhluk hidup mengalami seleksi alam hingga menjadi makhluk sempurna seperti sekarang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disatu sisi manusialah yang sebenarnya merusak keseluruhan alam yang telah berjalan dalam prinsip makrokosmos dan mikrokosmos. Pada awal tahun 70-an, ketika lingkungan yang menjadi objek kajian utama ekologi telah mengalami perubahan negatif, manusia berbondong-bondong mendekati pendekatan ekologi dalam pembangunan. Hal ini terlihat pada pembangunan pada masyarakat perkotaan. Menurut Durkheim, masyarakat desa yang menganut sistem masyarakat organis lebih peka terhadap ekologi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>DAFTAR PUSTAKA</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kamus</div>
<div style="text-align: justify;">
Nicholas Abercrombie Stephen Hill dan Bryan S. Turner, The Penguin Dictionary of Sociology, (Kanada: Penguin Books, 1994), hal. 155.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal. 10.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku</div>
<div style="text-align: justify;">
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejla Permasalahan Sosial. Jakarta: kencana Prenada media Grup. 2011.</div>
<div style="text-align: justify;">
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Press. 2006.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber Internet</div>
<div style="text-align: justify;">
http://thedreaming89.blogspot.com/2012/11/pola-adaptasi-ekologi.html Chandra kirana</div>
<div style="text-align: justify;">
http://sangayuudara.wordpress.com/2011/10/21/konsep-stress-dan-adaptasi/</div>
<div style="text-align: justify;">
http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2134814-pengertian-penyesuaian-diri-menurut-para/#ixzz2TDDcHBag</div>
<div style="text-align: justify;">
http://mamka-blog.blogspot.com/2012/01/pengertian-adaptasi.html</div>
<div style="text-align: justify;">
http://bentukadaptasilingkungan.blogspot.com/2011/04/bentuk-adaptasi-lingkungan.html</div>
<div style="text-align: justify;">
http://etnobudaya.net/2008/01/28/adaptasi-dalam-anthropologi/</div>
<div style="text-align: justify;">
http://serbamakalah.blogspot.com/2013/03/perilaku-menyimpang.html</div>
<div style="text-align: justify;">
http://thedreaming89.blogspot.com/2012/11/pola-adaptasi-ekologi.html</div>
<div style="text-align: justify;">
http://Proses%20Adaptasi%20Manusia%20di%20Lingkungan%20Pesisir%20_%20ngurahadisanjaya.htm</div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-87819393404692197452013-07-23T16:03:00.001-07:002013-07-23T16:03:53.525-07:00Kapita Selekta Sosiologi<div style="text-align: center;">
<b>TATANAN SOSIAL</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>MAKALAH</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Makalah ini disusun sebagai syarat ketuntasan mata kuliah Kapita Selekta Sosiologi</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
oleh,</div>
<div style="text-align: center;">
Anita<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>(1110015000015)</div>
<div style="text-align: center;">
Yustia Umamah<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>(1110015000007)</div>
<div style="text-align: center;">
Maya Rizki F<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span> (1110015000)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PROGRAM STUDI SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (P.IPS)</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>JAKARTA</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>1434 H/2013 M</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Latar Belakang</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan sosial atau keteraturan sosial. Pada saat kita berbicara tentang tatanan sosial, ada beberapa konsep penting yang perlu didiskusikan, yaitu tentang: struktur sosial yang terdiri atas status sosial, peranan sosial, institusi atau lembaga sosial, pengendalian sosial, dan sebagainya. Struktur sosial secara etimologis berarti susunan masyarakat. Struktur Sosial secara definitif merupakan skema penempatan nilai-nilai sosial-budaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai, demi berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan, dan demi kepentingan masing-masing bagian. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sosiologi, terdapat dua pendekatan dalam mengkaji struktur sosial. Pertama dengan analisa fungsionalisme struktural, dan Kedua dengan analisa konflik. Teori fungsionalisme struktural memusatkan perhatian pada keteraturan sosial yang berjalan secara lambat dan teratur. Norma dan nilai dalam masyarakat merupakan landasan dasarnya. Sebaliknya teori konflik melihat keteraturan sosial tidak lain akibat manipulasi dan kontrol doninan dan memandang perubahan sosial terjadi secara cepat dan menurut cara yang teratur. Pada akhirnya kelompok yang disubordinatkan akan menggulingkan kelompok yang semula dominan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam analisa teori fungsionalisme struktural, masyarakat dinyatakan sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tak dapat berfungsi tanpa hubungan yang lain. Sedangkan dalam analisa teori konflik masyarakat dinilai sebagai sistem sosial yang terdiri bagian-bagian yang memiliki berbagai kepentingan berbeda dan bagian-bagian tersebut saling berupaya mendominasi untuk melanggengkan kepentingannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam makalah ini penulis tidak bermaksud membandingkan atau melegitimasi kebenaran salah satu teori dalam sosioolgi tersebut. Penulis hanya akan menjadikan satu dari dua teori besar tersebut sebagai pisau analisis terhadap konsep tatanan atau keteraturan sosial dalam masyarakat. Teori tersebut adalah fungsionalisme struktural Talcott Parsons dan Robert K. Merton.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>B.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rumusan Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Apakah yang dimaksud tatanan sosial dalam masyarakat?</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bagaimana prasyarat terbentuknya tatanan sosial dalam masyarakat?</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bagaimana penjelasan mengenai prasyarat terbentuknya tatanan sosial dalam masyarakat beserta analisisnya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>C.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tujuan Penulisan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mengetahui definisi tatanan sosial dalam masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mengetahui prasyarat terbentuknya tatanan sosial dalam masyarakat</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mengetahui penjelasan mengenai prasyarat terbentuknya tatanan sosial dalam masyarakat beserta analisisnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB II</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>TATANAN SOSIAL (SOCIAL ORDER)</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Manusia hidup dalam suatu lingkungan sosial yang tidak terbentuk dengan sendirinya. Atas dasar pemenuhan kebutuhan, manusia membentuk lingkungan sosial tertentu, di mana individu-individu saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosialnya yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai. Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan sosial (social order). </div>
<div style="text-align: justify;">
Lingkungan sosial tersebut mempunyai sejumlah prasyarat yang menjadikannya dapat terus berjalan dan bertahan. Prasyarat tersebut adalah struktur sosial, status sosial, peranan sosial, institusi atau lembaga sosial, serta pengendalian sosial. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Struktur Sosial</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Struktur sosial adalah salah satu elemen tatanan sosial. Struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Struktur sosial dapat pula dipahami sebagai suatu bangunan sosial yang terdiri dari berbagai unsur pembentuk masyarakat. Unsur-unsur ini saling berhubungan satu dengan yang lain secara fungsional. Dimensi struktural ada dua macam, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal melihat masyarakat secara bertingkat, sedangkan dimensi horizontal biasa disebut diferensiasi atau pengelompokan sosial. Terdapat beberapa definisi tentang struktur sosial, yang dirumuskan oleh para ahli, antara lain:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>George Simmel: struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola perilakunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>George C. Homans: struktur sosial merupakan hal yang memiliki hubungan erat dengan perilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>William Kornblum: struktur sosial adalah susunan yang dapat terjadi karena adanya pengulangan pola perilaku undividu.</div>
<div style="text-align: justify;">
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Soerjono Soekanto: struktur sosial adalah hubungan timbal balik antara posisi-posisi dan peranan-peranan sosial. </div>
<div style="text-align: justify;">
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Koentjaraningrat: struktur sosial adalah kerangka yang dapat menggambarkan kaitan berbagai unsur dalam masyarakat. </div>
<div style="text-align: justify;">
6.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Robert K. Merton: struktur sosial adalah seperangkat hubungan sosial yang terorganisir, yang dengan berbagai macam cara melibatkan anggota masyarakat atau kelompok didalamnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Analisa dalam teori fungsional menyatakan bahwa setiap masyarakat terdiri atas struktur yang saling berhubungan dan memiliki fungsi masing-masing. Ketika salah satu bagian tidak menjalankan fungsinya dengan baik, maka akan berpengaruh terhadap fungsi bagian lainnya. Sebaliknya, ketika seluruh bagian telah melaksanakan fungsinya dengan baik, maka keteraturan akan diperoleh karena bagian-bagian tersebut telah berjalan secara seimbang (Equilibrium).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Rocher, sebagaimana dikutip Ritzer mengartikan fungsi sebagai segala kegiatan yang diarahkan kepada memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari sebuah sistem. Keempat fungsi ini hanyalah sebuah pisau analisis dalam teori Parsons mengenai fungsionalisme struktural. Karena pada kenyataannya fungsi ini tidak secara nyata muncul dalam masyarakat. Masyarakat akan berjalan sesuai dengan tatanan ketika menjalankan keempat fungsi, yang meliputi;</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Adaptasi (Adaptation). Masyarakat sebagaimana individu harus menyesuaikan lingkungan dengan dirinya, serta menyesuaikan lingkungan dengan dirinya. Sistem ini selanjutnya diadopsi oleh organisme biologis sebagai unit terkecil.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pencapaian tujuan (Goal attainment). Sistem harus mampu menentukan tujuannya dan mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Sisitem ini selanjutnya dijalankan oleh sistem kepribadian.</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Integrasi (Integration). Masyarakat harus mampu mengatur hubungan antar komponennya agar dapat berfungsi secara maksimal. Sistem ini selanjutnya dilaksanakan oleh sistem sosial.</div>
<div style="text-align: justify;">
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pemeliharaan pola-pola atau (Latency). Masyarakat harus mampu mempertahankan, memperbaiki, dan memperbaharui setiap pola yang telah dirumuskan. Sistem ini selanjutnya dilakanakan oleh sistem kultur atau kebudayaan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak seperti Parsons yang menilai setiap fungsi bernilai positif, Merton menyatakan bahwa setiap struktur, adat, gagasan, kepercayaan, dan sebagainya dapat memiliki fungsi negatif. Merton menambahkan bahwa struktur mungkin bersifat disfungsional untuk sistem secara keseluruhan, namun demikian struktur itu terus bertahan hidup (ada). Sebagai contohnya adalah diskriminasi. Merton menghubungkan antara kultur, struktur, dan anomie. Kultur adalah seperangkat nilai normatif yang terorganisir, yang menentukan perilaku bersama anggota masyarakat atau anggota kelompok. Anomie terjadi bila ada keterputusan hubungan antara norma kultural dan tujuan dengan kapasitas yang terstruktur secara sosial dari anggota kelompok untuk bertindak sesuai tujuan nilai kultur. Menurutnya, kultur menghendaki tipe perilaku tertentu yang justru dicegah oleh struktur sosial. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>B.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Status Sosial</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara etimologi, status berarti keadaan atau kedudukan (orang, badan, dan sebagainya) dalam hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya. Merton menyatakan bahwa status berarti suatu posisi dalam struktur sosial yang disertai dengan hak dan kewajibannya. Dengan demikian status merupakan pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah laku manusia. Cara-cara memperoleh status atau kedudukan adalah sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ascribed status. Status yang diberikan kepada individu tanpa memandang kemampuan atau perbedaan antarindividu yang dibawa sejak lahir.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Achieved status. Status yang memerlukan kualitas tertentu yang harus diraih melalui persaingan dan usaha pribadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Assigned status. Status yang diperoleh melalui penghargaan atau pemberian dari pihak lain atas jasa-jasa tertentu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap individu yang memiliki banyak status yang disebut status-set. Dalam kehidupan masyarakat selalu ada benturan-benturan atau pertentangan yang dialami seseorang, sehubungan dengan status yang dimilikinya. Hal ini disebut konflik status.</div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Konflik status individual. Dirasakan oleh orang yang bersangkutan dalam batinnya sendiri. Contohnya seorang perempuan harus memilih antara bekerja atau menjadi ibu rumah tangga.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Konflik status antarkelompok. Terjadi antara kelompok yang satu dengan yang lainnya. Contohnya peraturan yang dikeluarkan oleh suatu instansi sering bertentangan dengan peraturan instansi lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Konflik status antarindividu. Terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Contohnya seorang istri bertengkar dengan suaminya mengenai pengasuhan anak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>C.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Peranan Sosial</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain konsep status sosial, di dalam struktur sosial terdapat juga konsep peranan sosial. Menurut Merton sebagaimana dikutip Raho menyatakan bahwa peran berarti pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat yang mempunyai status tertentu. Konsep peranan sosial mengacu pada pengertian tentang serangkaian hak dan tugas yang didefinisikan secara kultural. Sehingga dengan demikian perilaku individu dilihat sebagai sesuatu yang penting atau tidak penting dalam hubungannya dengan status. Secara sederhana dapat dikatakan perbedaan antara status dan peran adalah bahwa kita memiliki status dan kita memerankan peran sosial. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Peranan adalah perilaku yang diharapkan sehubungan dengan status yang dimiliki. Role performance adalah perilaku aktual seseorang sehubungan dengan statusnya. individu mempunyai banyak peranan yang disebut role-set Dalam kehidupan nyata sering kali terjadi gap antara apa yang seseorang seharusnya lakukan dengan apa yang seseorang lakukan. Satu status tertentu mungkin mempunyai aneka ragam peranan yang harus dimainkan. Hal inilah yang disebut dengan role set. Contohnya Anda sebagai kepala keluarga tidak hanya berperan sebagai pemimpin bagi anggota keluarga Anda, melainkan juga berperan sebagai pencari nafkah, wakil keluarga Anda dalam kegiatan-kegiatan sosial di kampung, dan lain-lain. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Merton menganalisa mekanisme sosial yang mengintegrasikan peran-peran yang banyak itu sehingga tidak terjadi konflik. Merton memusatkan analisanya pada struktur sosial dan menyelidiki elemen-elemen fungsional dan elemen-elemen disfungsional. Elemen-elemen yang fungsional berarti elemen-elemen yang menghindari terjadinya ketidak-stabilan potensial (integrasi) di dalam diri orang yang mempunyai banyak peran. Sedangkan elemen disfungsional adalah elemen-elemen yang secara tidak sadar menciptakan ketidakstabilan (konflik) dalam diri orang yang mempunyai banyak peran itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Merton menyebutkan empat mekanisme yang dapat menguraikan konflik peranan. Yaitu; Pertama, intensitas keterlibatan dalam peran yang berbeda-beda, Kedua, Orang-orang yang terlibat dalam Role-set bisa saja bersaing satu sama lain untuk memperoleh kekuasaan. Ketiga, peran itu cukup terisolir sehingga sulit diamati oleh orang-ornag yang berada dalam role set. Keempat, tingkat konflik yang dialami oleh anggota-anggota dalam role set bisa diamati. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>D.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lembaga Kemasyarakatan atau Institusi Sosial (Social Institution)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara individual, manusia tidak dapat mengembangkan akal pikirannya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain. Maka dari itu, manusia bersifat makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan tempat atau lingkungan masyarakat yang teratur. Maka dari itu keteraturan dibuat sebagai pedoman. Pedoman tersebut lazim dinamakan dengan kaedah. Kaedah-kaedah ini merupakan pedoman atau patokan tentang bagaimana berperilaku secara pantas, atau bagaimana berperilaku sebagaimana yang diharapkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kaedah-kaedah tersebut mengatur hubungan pribadi maupun hubungan antara manusia di suatu masyarakat. Kaedah-kaedaah tersebut dibuat untuk di ketahui, dipahami dan ditaati oleh warga masyarakat. Apabila kaedah-kaedah tersebut diketahui, dipahami dan ditaati oleh suatu masyarakat, maka kaedah-kaedah tersebut telah melembaga. Dengan kata lain pelembagaan merupakan suatu proses, dimana kaedah-kaedah tertentu diketahui, dipahami, dan ditaati sebagaimana mestinya. Apabila kaedah tersebut dijalankan, maka kaedah tadi sebagai pedoman untuk mengatur kebutuhan pokok manusia. Himpunan kaedah-kaedah yang mengatur kebutuhan pokok manusia disebut “lembaga sosial”. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan merupakan terjemahan langsung dari istilah Social-institution. Akan tetapi hingga kini belum ada kata sepakat mengenai istilah Indonesia apa yang dengan tepat dapat menggambarkan isi social-institution tersebut. Ada yang mempergunakan istilah pranata-sosial, tetapi social-institution menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur prilaku warga masyarakat. Misalnya Koentjarangirat mengatakan pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Definisi tersebut menekankan pada sistem tata kelakuan atau norma-norma untuk memenuhi kebutuhan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Istilah lain yang diusulkan adalah bangunan sosial yang mungkin merupakan terjemahan dari istilah sociale-Gedible (bahasa Jerman), yang lebih jelas menggambarkan bentuk dan susunan sosial institution tersebut. Tepat-tidaknya istilah-istilah tersebut diatas, tidak dipersoalkan di sini. Digunakan istilah lembaga masyarakat, lebih menunjuk pada suatu bentuk, sekaligus juga mengandung pengertian yang abstrak perihal adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri lembaga tersebut. Namun disamping itu kadang-kadang juga dipakai istilah lembaga sosial. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Parsons, semua lembaga adalah baik dalam dirinya atau berfungsi secara baik terhadap masyarakat. Namun Merton menyatakan bahwa ada hal-hal yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dia menambahkan bahwa tidak semua institusi berfungsi bagi semua kelompok. Fungsi-fungsi yang tampak adalah konsekuensi-konsekuensi atau akibat-akibat yang orang harapkan dari suatu tindakan sosial. Sedangkan fungsi-fungsi yang tak tampak adalah konsekuensi atau akibat yang tidak diharapkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ciri dan Karakter </div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut J.P Gillin di dalam karyanya yang berjudul "Ciri-ciri Umum Lembaga Sosial" (General Features of Social Institution) sebagaimana dikutip Soerjono Soekanto menguraikan sebagai berikut: </div>
<div style="text-align: justify;">
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lembaga sosial adalah organisasi pola-pola pemikiran dan perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas masyarakat dan hasil-hasilnya. Ia terdiri atas kebiasaan-kebiasaan, tata kelakukan, dan unsur-unsur kebudayaan lain yang tergabung dalam suatu unit yang fungsional.</div>
<div style="text-align: justify;">
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lembaga sosial juga dicirikan oleh suatu tingkat kekekalan tertentu. Oleh karena lembaga sosial merupakan himpunan norma-norma yang berkisar pada kebutuhan pokok, maka sudah sewajarnya apabila terus dipelihara dan dibakukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
c.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lembaga sosial memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu. Lembaga pendidikan sudah pasti memiliki beberapa tujuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
d.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Terdapat alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga sosial. </div>
<div style="text-align: justify;">
e.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lembaga sosial biasanya juga ditandai oleh lambang-lambang atau simbol-simbol tertentu. Lambang-lambang tersebut secara simbolis menggambar tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan.</div>
<div style="text-align: justify;">
f.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lembaga sosial memiliki tradisi tertulis dan tidak tertulis yang merumuskan tujuan, tata tertib dan lain-lain. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Fungsi Lembaga Sosial</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Soerjono Soekanto, lembaga sosial memiliki fungsi sebagai berikut: </div>
<div style="text-align: justify;">
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bersikap atau bertingkah laku dalam menghadapi masalah-masalah yang muncul atau berkembang di lingkungan masyarakat, termasuk yang menyangkut hubungan pemenuhan kebutuhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan</div>
<div style="text-align: justify;">
c.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial, yaitu sistem pengawasan masyarakat terhadap anggota-anggotanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tipe-tipe Lembaga Sosial (Lembaga Kemasyarakatan) </div>
<div style="text-align: justify;">
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dari Sudut perkembangannya:</div>
<div style="text-align: justify;">
1)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Crescive institution adalah institusi yang tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
2)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Enacted institution yaitu institusi yang sengaja dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentuDari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat:</div>
<div style="text-align: justify;">
3)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Basic institution adalah lembaga sosial yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankann tata tertib dalam masyarakat,. Misalnya keluarga, sekolah dan lain-lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
4)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Subsidiary institustion adalah lembaga sosial yang sifatnya kurang penting, misalnya kegiatan rekreasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dari sudut penerimaan masyarakat:</div>
<div style="text-align: justify;">
1)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Approved social sanctioned institution adalah lembaga sosial yang diterima masyarakat. Misalnya perusahaan dagang, sekolah, dan lain-lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
2)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Unscanctioned institution adalah lembaga sosial yang ditolak oleh masyarakat, misalnya kelompok penjahat.</div>
<div style="text-align: justify;">
c.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dari sudut faktor penyebarannya:</div>
<div style="text-align: justify;">
1)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>General institution adalah lembaga sosial yang dikenal dan dianut hampir oleh semua masyarakat di dunia. Misalnya, agama</div>
<div style="text-align: justify;">
2)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Restricted institution adalah lembaga sosial yang dianut oleh masyarakat misalnya, agama Islam, Kristen, dan lain-lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
d.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dari sudut fungsinya:</div>
<div style="text-align: justify;">
1)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Operative institution adalah lembaga sosial yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga bersangkutan, misalnya lembaga industri.</div>
<div style="text-align: justify;">
2)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Regulative instituions adalah lembaga sosial yang bertugas mengawasi adat istiadat yang tidak menjadi bagian lembaga mutlak itu sendiri. Misalnya kejaksaan dan pengadilan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Jenis-jenis lembaga sosial</div>
<div style="text-align: justify;">
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lembaga keluarga </div>
<div style="text-align: justify;">
Lembaga keluarga, yaitu lembaga yang berfungsi memenuhi kebutuhan keluarga dan kekerabatan seperti pelamaran, perkawinan, dan lain-lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lembaga Pendidikan </div>
<div style="text-align: justify;">
Lembaga pendidikan, yaitu lembaga yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan penerangan, pendidikan, dan informasi agar setiap orang menjadi anggota yang berguna bagi masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
c.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lembaga Politik </div>
<div style="text-align: justify;">
Lembaga politik adalah lembaga yang tujuannya menyatukan kelompok besar manusia dalam masyarakat pada suatu negara.</div>
<div style="text-align: justify;">
d.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lembaga Agama</div>
<div style="text-align: justify;">
Lembaga Agama adalah lembaga yang fungsinya mengatur kehidupan manusia dalam kaitannya dengan kehidupan keagamaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
e.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lembaga Ekonomi </div>
<div style="text-align: justify;">
Lembaga ekonomi adalah lembaga yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam hal mata percarian hidup, baik dalam hal produksi, distribusi, dan konsumsi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>E.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Proses Pertumbuhan Lembaga Kemasyarakatan </b></div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Norma-norma Masyarakat</div>
<div style="text-align: justify;">
Supaya hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan, maka dirumuskan norma-norma masyarakat. Mula-mula norma masyarakat tersebut terbentuk secara tidak sengaja. Namun, lama-kelamaan norma-norma tersebut dibuat secara sadar. Misalnya, dahulu didalam jual-beli, seorang perantara tidak harus diberi bagian dari keuntungan. Akan tetapi lama-kelamaan terjadi kebiasaan bahwa perantara harus mendapat bagiannya, dimana sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung itu, yaitu pembeli ataukah penjual. Norma-norma yang ada didalam masyarakat, mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah, yang sedang sampai yang terkuat daya ikatnya. Pada terakhir, umumnya anggota-anggota masyarakat pada tidak berani melanggarnya. Untuk dapat memebdakan kekuatan yang mengikat norma-norma tersebut, secara sosiologis dikenal adanya empat pengertian, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Cara <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>(Usage)</div>
<div style="text-align: justify;">
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kebiasaan<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span> <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>(Folkways)</div>
<div style="text-align: justify;">
c.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tata kelakuan<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>(Mores), dan</div>
<div style="text-align: justify;">
d.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Adat-istiadat<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>(custom).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masing-masing pengertian di atas mempunyai dasar yang sama yaitu merupakan norma-norma kemsyarakatan yang memberikan petunjuk bagi perilaku seseorang yang hidup di dalam suatu masyarakat. Setiap pengertian di atas, mempunyai kekuatan yang berbeda karena setiap tingkatan menunjuk pada kekuatan memaksa yang lebih besar supaya menaati norma. Cara (Usage) menunjuk pada suatu bentuk perbuatan. Norma ini mempunyai kekuatan yang sangat lemah bila dibandingkan dengan kebiasaan (folkways). Kebiasaan menunjuk pada perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cara (usage) lebih menonjol di dalam hubungan antar individu dalam masyarakat. Suatu penyimpangan terhadapnya tak akan mengakibatkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan dari individu yang dihubunginya. Misalnya, orang mempunyai cara masing-masing untuk minum pada waktu bertemu. Kebiasaan (folkways) mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar daripada cara. Kebiasaan diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama, merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Sebagai contoh, kebiasaan memberi hormat kepada orang yang lebih tua. Apabila perbuatan tadi tidak dilakukan, maka akan dianggap suatu penyimpangan terhadap kebiasaan umum dalam masyarakat. Menurut Maclver dan Page, kebiasaan merupakam perilaku yang diakui dan diterima oleh masyarakat. Selanjutnya dikatakan bahwa apabila kebiasaan tersebut tidak semata-mata dianggap sebagai cara perilaku saja. Akan tetapi bahkan diterima sebagai norma-norma pengatur, maka disebutkan kebiasaan tadi sebagai mores dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar, oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan, di satu pihak memaksakan suatu perbuatan dan di pihak lain melarangnya, sehingga secara langsung merupakan alat agar anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut. Tata kelakuan sangat penting, karena: </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tata Kelakuan memberikan batas-batas pada perilaku individu.</div>
<div style="text-align: justify;">
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tata kelakuan mengidentifikasi individu dengan kelompoknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
c.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tata kelakuan menjaga solidaritas antar anggota masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakt, dapat meningkat kekuatan mengikatnya menjadi costum atau adat istiadat. Anggota masyarakat yang melanggar adat-istiadat, akan menderita sanksi yang keras yang kadang-kadang secara tidak langsung diperlakukan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Norma-norma diatas, setelah mengalami suatu proses pada akhirnya menjadi bagian tertentu dari lembaga kemasyarakatan. Proses tersebut dinamakan proses pelembagaan (institutionalization), yaitu suatu proses yang dilewatkan oleh suatu norma yang baru untuk menjadi bagian dari salah-satu lembaga kemasyarakatan. Yang dimaksud ialah, sampai norma itu oleh masyarakat dikenal, diakui, dihargai, dan kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat adanya proses termaksud di atas, dibedakan antara lembaga kemasyarakatan sebagai peraturan (operative social institutions). Lembaga kemasyarakatan dianggap sebagai peraturan apabila norma-norma tersebut membatasi serta mengatur prilaku orang-orang, misalnya lembaga perkawinan mengatur antara hubungan wanita dan pria. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lembaga kemasyarakatan dianggap sebagai yang sungguh-sungguh berlaku, apabila norma-norma sepenuhnya membantu pelaksanaan pola-pola kemasyarakatan. Prilaku perseorangan yang dianggap sebagai peraturan merupakan hal sekunder bagi lembaga kemasyarakatan. Paksaan hukum di dalam pelaksanaan lembaga kemasyarakatan yang berlaku sebagai peraturan tidak selalu di gunakan. Sebaliknya, tekanan di utamakan pada paksaan masyarakat. Pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlaku sungguh-sungguh faktor paksaan tergantung dari pertimbangan-pertimbangan kesejahteraan, gotong royong, kerja sama dan sebagainya. Suatu norma tertentu dikatakan telah melembaga (institutionalizated), apabila norma tersebut telah diketahui, dipahami atau dimengerti, ditaati, dan dihargai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sistem Pengendalian Sosial (Social Control)</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Joseph S.Roucek sebagaimana dikutip Soekanto menyatakan bahwa di dalam percakapan sehari-hari, sistem pengendalian sosial atau social control seringkali diartikan sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan, khususnya pemerintah beserta aparaturnya. Memang ada benarnya bahwa pengendalian sosial adalah suatu pengawasan terhadap jalannya pemrintahan. Akan tetapi arti sesungguhnya pengendalian sosial jauh lebih luas, karena pada pengertian bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga-warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah conformity dan deviation, berhubungan erat dengan social control. Conformity berarti proses penyesuaian diri dengan masyarakat, dengan cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat. Sebaliknya, deviation adalah penyimpangan terhadap kaidah-kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat. Sebagaimana diuraikan dimuka, kaidah timbul dalam masyarakat karena diperlukan sebagai pengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain, atau antara seseorang dengan masyrakat. Diadakannya kaidah serta lain-lain peraturan dalam masyarkat dengan maksud supaya conformity warga masyarakat terhadap nilai-nilai yang berlaku di dalam masyrakat yang bersangkutan. Dalam masyarakat yang homogen dan tradisonal, conformity warga masyarakat adalah kuat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB III</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>KESIMPULAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan sosial (social order). Lingkungan sosial tersebut mempunyai sejumlah prasyarat yang menjadikannya dapat terus berjalan dan bertahan. Prasyarat tersebut adalah struktur sosial, peranan sosial, institusi atau lembaga sosial, serta pengendalian sosial.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Struktur sosial adalah salah satu elemen tatanan sosial. Struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Struktur sosial terbentuk berdasarkan status dan peranan sosial dalam masyarakat. Yang dimaksud dengan status adalah pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan peranan sosial adalah perilaku yang diharapkan sehubungan dengan status yang dimiliki.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara individual, manusia tidak dapat mengembangkan akal pikirannya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain. Maka dari itu, manusia bersifat makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan tempat atau lingkungan masyarakat yang teratur. Maka dari itu keteraturan dibuat sebagai pedoman, yang mana pedoman tersebut lazim dinamakan dengan kaedah. Kaedah-kaedah ini merupakan pedoman atau patokan tentang bagaimana berperilaku secara pantas, atau bagaimana berperilaku sebagaimana yang diharapkan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kaedah-kaedah tersebut mengatur hubungan pribadi maupun hubungan antara manusia di suatu masyarakat. Kaedah-kaedaah tersebut dibuat untuk di ketahui, difahami dan ditaati oleh warga masyarakat. Apabila kaedah-kaedah tersebut diketahui, difahami dan ditaati oleh suatu masyarakat, maka kaedah-kaedah tersebut telah melembaga. Dengan kata lain pelembagaan merupakan suatu proses, dimana kaedah-kaedah tertentu diketahui, difahami, dan ditaati sebagaimana mestinya. Apabila kaedah tersebut dijalankan, maka kaedah tadi sebagai pedoman untuk mengatur kebutuhan pokok manusia. Himpunan kaedah-kaedah yang mengatur kebutuhan pokok manusia disebut “lembaga sosial”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>DAFTAR PUSTAKA</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aini, Nurul. Sosiologi dan Politik. </div>
<div style="text-align: justify;">
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.</div>
<div style="text-align: justify;">
Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Modern, cet. 6. Jakarta: Prenada Media Group.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setiadi, M. Elly dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial; Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana.</div>
<div style="text-align: justify;">
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.</div>
<div style="text-align: justify;">
________________. Memperkenalkan Sosiologi edisi baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tien Optin. Modul Sosiologi BAB Tatanan Sosial. http://ssidwi23.blogspot.com/2012/04/tatanan-sosial.html</div>
<div style="text-align: justify;">
Robin Pangihutan, dkk. Tatanan Sosial dan Pengendalian Sosial. http://sosiologihukum-untar2.blogspot.com/2010/04/tatanan-sosial-dan-pengendalian-sosial.html</div>
<div>
<br /></div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-52077436528151724502013-07-23T15:35:00.001-07:002013-07-23T15:35:11.041-07:00Kapita Selekta Antropologi<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">KONSEP KEBUDAYAAN<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">MAKALAH<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Makalah ini disusun sebagai syarat ketuntasan mata kuliah Kapita Selekta Antropologi<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">oleh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin: 0in 0in 0.0001pt 1.75in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Anita (1110015000015)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin: 0in 0in 0.0001pt 1.75in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Amaliah (1110015000022)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin: 0in 0in 0.0001pt 1.75in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Anas Fuad (1110015000013)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">PROGRAM STUDI SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (P.IPS)<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">JAKARTA<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 23.33333396911621px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">1434 H/2013 M<o:p></o:p></span></b></div>
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: 27.0pt;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: 27.0pt;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: 27.0pt;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">BAB
I<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: 27.0pt;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">A.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Latar
Belakang Masalah<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Masing-masing</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kita</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menganggap</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sebagai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">seseorang
yang memiliki</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pendapat-pendapat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pribadi,</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kegemaran-kegemaran</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">keanehan-keanehan
yang unik.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sering pula kita</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">membanggakan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">diri</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">karena</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">beberapa</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">hal</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kita</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">masing-masing</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">berbeda</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dengan
orang lain. Namun, mengherankan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sekali</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">bahwa</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">reaksi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kita</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">serupa</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">terhadap</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">fenomena-fenomena</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tertentu.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Khususnya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">terhadap</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">cara-cara</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">berlaku</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">atau</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kepercayaan yang sangat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">berbeda</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">terhadap</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebiasaan yang kita</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">lakukan, maka</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menunjukkan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">reaksi yang sama.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Orang yang pandangannya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ketat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">terbatas</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pada</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebutuhan-kebutuhan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">atau</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">keinginan-keinginanya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sendiri, pada</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">umumnya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tidak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">efektif</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">untuk</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">berurusan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dengan
orang lain. Seseorang yang menilai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebudayaan-kebudayaan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">lain, menurut</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ukuran yang berlaku</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebudayaannya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sendiri</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">disebut</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">etnosentris. Orang demikian</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">bukan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">saja</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tidak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">cocok</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">untuk</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">melakukan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tugas-tugas</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">antropologi, tetapi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">barang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kali</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dia</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">juga</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tidak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sanggup</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">untuk</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mengidentifikasi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">memecahkan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">problema-problema</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sosial dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebudayaannya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagai
seorang antropolog, kita berbenturan pada dua paradigma yang saling bertolak
belakang mengenai cara memandang suatu kebudayaan. Disatu sisi kita tidak boleh
menjustifikasi suatu kebudayaan salah maupun benar, dan disisi lain kita
diharuskan menetapkan batasan tertentu untuk menilai suatu kebudayaan beradab
maupun tidak. Dalam makalah ini akan diuraikan mengenai konsep kebudayaan,
dimana dalam setiap kebudayaan memiliki warna dan corak yang khas dan bersifat
unik. Keunikan konsep kebudayaan tersebut secara teoritis diulas dalam buku
Pokok-pokok Antropologi Budaya yang kami jadikan sumber utama dalam pembuatan
makalah ini. Tanpa mengurangi makna buku ini, kami mencoba meringkasnya dalam
suatu makalah mata kuliah Kapita Selekta Antropologi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">B.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Perumusan
Masalah<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasarkan
latar belakang yang telah penulis kemukakan, perumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bagaimana konsep sebuah kebudayaan?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bagaimana penjelasan mengenai
etnosentrisme dalam menilai suatu kebudayaan?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bagaimana gambaran suatu kebudayaan?<b><o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">C.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tujuan
Penulisan</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasarkan perumusan
masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mengetahui konsep sebuah kebudayaan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mengetahui penjelasan mengenai
etnosentrisme dalam menilai suatu kebudayaan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mengetahui gambaran suatu kebudayaan</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 27pt;"> </span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-indent: 27pt;"> </span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: 27.0pt;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">BAB
II<a href="" name="_GoBack"></a><o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: 27.0pt;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">KONSEP</span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">KEBUDAYAAN<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Suku Indian Yanomamo</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dari</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">perbatasan
Venezuela Brasilia mempunyai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">adat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tertentu yang kemungkinan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">besar</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">akan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dinilai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">secara</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">negatif</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pada</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">umunya, hanya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">karena</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">adat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">itu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tidak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sesuai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dengan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">gagasan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kita</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tentang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">cara</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">berlaku yang wajar</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">bagi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">anak-anak.
Bila</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">putra-putra</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Yanomamo</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">marah</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pada orangtuanya</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dianjurkan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">untuk</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menyatakan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kemarahannya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dengan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">memukul
orang tuanya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">itu.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Seorang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">anak
yang menempeleng</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">atau</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">memukul</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kepalanya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">bukannya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dihukum</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">malahan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dipuji.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">umur</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">empat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tahun,
sebagian</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">besar</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">anak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">laki-laki</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">telah</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tahu, bahwa</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">cara yang sudah</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dimaklumi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">bersama</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">disetujui,
untuk</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menunjukkan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kemarahan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">masyarakat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mereka,
adalah</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dengan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">memukul
orang.<a href="file:///D:/Anita%20Makalah/Smester%206/K.P%20Antropologi/Kapita%20Selekta%20Antropologi%20Makalah.docx#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">contoh</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">diatas</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">masyarakat,
umumnya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">hal</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tersebut</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">merupakan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">bentuk</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kekerasan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">fisik</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">hubungan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">antara</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">manusia</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dilarang,
maka</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">da</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">n </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ini</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tidak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">akan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">diterima</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">oleh</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sebagian</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">besar</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">masyarakat. Adat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">demikian</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">melanggar
sistem sikap, nilai-nilai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">perilaku yang kita</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">miliki</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sebagai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">suatu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">masyarakat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">umum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">A.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kenisbian</span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebudayaan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Umumnya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ada</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kecendrungan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">untuk</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menganggap</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pandangan-pandangan yang ditentang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">suatu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">masyarakat, sebagai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sifat yang terbelakang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">atau</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">belum</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">beradab.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mengenai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebiasaan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">seperti</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">suku Indian Yanomamo, sebenarnya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tidak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ada</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">gunanya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">untuk</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menilai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">baik</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">atau</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">buruknya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">membandingkan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dengan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">adat-istiadat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kita</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sendiri.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Lagipula, gagasan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">suatu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">masyarakat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tentang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sesuatu
yang baik, tidak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">juga</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mutlak atau nisbi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dapat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">berubah</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">waktu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cara pemahaman yang
sama, tentunya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">harus</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">juga</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">diikuti</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">bila</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mempelajari</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">adat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pemikiran</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kita,
kalau</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tidak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">maka</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">banyak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dari</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebiasaan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">itu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">akan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kelihatan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">aneh</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">atau</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kurang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">berada</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">b </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">bagi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">seorang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">peninjau</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dari</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebudayaan lain. Seorang Hindu, misalnya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">akan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menganggap</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebiasaan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">makan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">daging</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">adalah</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">primitif</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menjijikkan, karena</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebudayaannya
sapi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dianggap</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sebagai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">hewan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sakti</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menyembelihnya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">merupakan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">hal
yang tabu. Pada</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">umumnya,
kenisbian</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebudayaan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dihalang-halangi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">oleh</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dua</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sikap yang berbeda</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tetapi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">biasa</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">terjadi: <i>Pertama</i>, kecendrungan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kearah
yang negatif yang biasanya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">akibat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dari</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">etnosentrisme;
<i>Kedua</i>, kecendrungan kearah penilaian</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">positif yang sering</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">merupakan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">perwujudan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dari</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kerinduan
yang naif mengenai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">cara</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">hidup</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">masyarakat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">bersahaja</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">atau rasa iri</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">terhadap orang buas yang berbudi “<i>noble savage”.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">B.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Etnosentrisme<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Orang yang pandangannya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ketat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">terbatas</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pada</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebutuhan-kebutuhan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">atau</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">keinginan-keinginanya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sendiri, pada</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">umumnya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tidak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">efektif</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">untuk</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">berurusan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dengan
orang lain. Orang demikian</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">bersifat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">egosentris</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kita</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">akan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menyesalkan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">jika</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ia</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menjadi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">seorang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">psikiater. Seseorang yang menilai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebudayaan-kebudayaan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">lain, menurut</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ukuran yang berlaku</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebudayaannya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sendiri</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">disebut</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">etnosentris. Orang demikian</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">bukan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">saja</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tidak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">cocok</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">untuk</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">melakukan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tugas-tugas</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">antropologi, tetapi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">barang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kali</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dia</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">juga</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tidak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sanggup</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">untuk</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mengidentifikasi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">memecahkan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">problema-problema</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sosial dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebudayaannya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Misalnya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pandangan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">seorang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Amerika yang etnosentris</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">upacara</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">inisiasi
yang meresmikan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">anak-anak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">muda</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menjadi
orang dewasa</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">berbagai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">masyarakat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">akan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dinilai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">biadab. Pada</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">seremoni</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">semacam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">itu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sering</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">orangnya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">diejek,
diuji</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">keberanianya, ketahanannya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menjalani</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">khitanan yang sakit. Orang Amerika yang
etnosentris</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tidak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">akan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dapat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">memahami</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">apa</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sebabnya orang mau</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menderita</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kesengsaraan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">demikian, hanya agar diterima</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sebagai orang dewasa</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tidak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mengerti</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kenapa</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mengikuti</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">seremoni</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tersebut</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">merupakan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">suatu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kehormatan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pemikiran</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">etnosentrisi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">nilah yang mempersulit orang Amerika</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">usaha</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">untuk</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mempertanyakan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebiasaan-kebiasaan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tertentu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebudayaanya.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Misalnya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tentang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mengasingkan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">para</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">jompo</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">lembaga-lembaga</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">jompo, suatu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">hal yang tidak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dapat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dibenarkan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pandangan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">banyak orang luar.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jadi, etnosentrisme</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menghalangi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pengertian</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tentang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">adat-istiadat orang lain dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">juga</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menghalangi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tumbuhnya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pengertian
yang kreatif</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mengenai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebiasaan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebudayaannya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">C.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Si Buas yang
Berbudi atau The “Noble Savage”<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Bila orang terlalu didesak oleh kerumitan–kerumitan peradaban, maka
timbullah suatu kerinduan akan masyarakat yang “lebih dekat ke alam” atau lebih
“sederhana” daripada msayarakatnya sendiri. Ada kecenderungan untuk berpendapat
bahwa hubungan kekeluargaan sosial dan ekonomis yang tidak demikian rumit,
adalah lebih baik. Seseorang dari Amerika yang bapaknya misalnya memegang dua
atau tiga pekerjaan untuk dapat mengongkosi keluarganya, mungkin akan tertarik
pada cara hidup orang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">orang </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">!</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">kung<a href="file:///D:/Anita%20Makalah/Smester%206/K.P%20Antropologi/Kapita%20Selekta%20Antropologi%20Makalah.docx#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Bushmen dari padang pasir kalahari. Yang membagi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">bagi bahan makanan dan yang tidak terhalang untuk
menghabiskan sebagian besar dari waktunya untuk bersantai. Orang Bushmen
memperoleh seluruh makanannya dengan berburu binatang dan mengumpulkan tumbuh–tumbuhan
liar. Karena mereka tidak mempunyai fasilitas untuk pengawetan, maka membagi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">bagikan daging hewan segar lebih baik daripada menyimpan
daging busuk. Lagipula, orang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">orang Bushmen berpindah dari suatu tempat tinggal ke yang
lain dan tidak dapat dibebani dengan
memikul makanan, walaupun mereka sekiranya sanggup mengawetkannya. Milik
bersama dan pembagian sepertin itu memang terbukti, memberi semacam jaminan
sosial kepada orang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">orang Bushmen, seorang pemburu juga pada hari</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">hari yang sial dapat memperoleh makanan untuk dirinya dan
keluarganya dari orang lain. Begitu juga yang ditangkap nanti akan dibagi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">baginya dengan kelu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">a</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">rga dari pemburu yang sial. Sistem membagi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">bagi ini juga memberi jaminan bahwa orang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">orang yang terlalu muda atau terlalu tua untuk membantu
mencari makanan, memperoleh makanan. Jadi, dilihat dari sudut praktisnya
menyimpan tidak saja tidak mungkin untuk orang Bushmen, tetapi membagi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">bagikan memberi keuntungan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">keuntungan kongkret tertentu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Walaupun demikian, sistem membagi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">bagi makanan yang dipraktekkan orang Bushmen itu
merupakan suatu cara pemecahan problema</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">problema yang disebabkan oleh lingkungannya yang khusus
dan tidak dapat diterapkan dalam masyarakat lain seperti masyarakat Amerika.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Pada umumnya, tingkah laku mereka wajar untuk lingkungan mereka, seperti
halnya dengan perilaku kita wajar untuk lingkungan kita sendiri. Pandangan kenisbian kebudayaan menuntut, agar
semua perilaku dan adat istiadat dari suatu masyarakat hendaknya dipandang dari
sudut masyarakat itu dan tidak dari sudut kebudayaan orang lain yang telah
dianggap sempurna. Atau yang dianggap menunjukkan banyak kekurangan. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">D.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Menuju Suatu Definisi Kebudayaan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Dalam pemakaian sehari</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">hari perkataan “keduyaan” berarti kualitas yang wajar
yang dapat diperoleh dengan mengunjungi cukup banyak sandiwara dan konser
tarian dan mengamati karya seni pada sekian banyak gedung kesenian. Tetapi
seorang ahli antropologi, mempunyai definisi yang lain. Dalam ringkasan berikut
ini Ralph Linton menjelaskan bagaimana definisi kebudayaan dalam kehidupan
sehari</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">hari berbeda dari definisi seorang ahli antropologi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang manapun dan
tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh
masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. Dalam arti cara hidup
masyarakat itu kebudayaan diterapkan pada cara hidup kita sendiri, maka tidak
ada sangkut pautnya dengan main piano atau membaca karya sastrawan terkenal.
Bagi seorang ahli ilmu sosial tidak ada masyarakat atau perorangan yang tidak
berkebudayaan. tiap masyarakat mempunyai kebudayaan, bagaimanapun sederhananya
kebudayaan itu dan dan setiap manusia adalah makhluk berbudaya, dalam arti
mengambil bagian dalam sesuatu kebudayaan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Jadi, kebudayaan menunjuk kepada berbagai aspek kehidupan. Kata itu
meliputi cara</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">cara
berlaku, kepercayaan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">kepercayaan dan sikap</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu
masyarakat atau kelompok penduduk tertentu. Agama </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">S</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">hinto dan Budha dan penghormatan yang kuat terhadap
generasi tua seperti halnya dengan sumpit dan teater kabuki adalah juga
sebagian dari kebudayaan Jepang. Kita masing</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">masing dilahirkan kedalam suatu kebudayaan yang bersifat
kompleks dan kebudayaan itu kuat sekali pengaruhnya terhadap cara hidup serta
cara berlaku yang akan kita ikuti selama hidup kita.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">E.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Kebudayaan itu Hasil Proses Belajar <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Kebudayaan merupakan cara berlaku yang dipelajari: kebudayaan tidak
tergantung dari transmisi biologis atau pewarisan melalui unsur genetis. Semua
manusia dilahirkan dengan tingkah laku yang digerakkan oleh insting dan naluri
yang walaupun tidak termasuk bagian dari kebudayaan, namun memengaruhi
kebudayaan. Misalnya kebutuhan akan makanan adalah kebutuhan dasar yang tidak
termasuk kebudayaan. Tetapi bagaimana kebutuhan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">kebutuhan itu dipenuhi, apa yang kita makan, dan
bagaimana cara kita makan adalah bagian dari dari kebudayaan kita. Jadi, semua
orang makan tetapi kebudayaan yang berbeda melakukan kegiatan dasar itu dengan
cara</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">cara yang sangat berbeda pula. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Manusia mempunyai masa kanak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">kanak yang paling panjang dari semua makhluk hidup.
Mengenai jumlah dan rumitnya pola</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">pola kelakuan yang dipelajarinya dan yang diteruskannya
kepada anaknya, manusia itu unik. Dan ia mempunyai cara yang unik untuk
meneruskan kebudayaan: yaitu melalui bahasa.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">F.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Bahasa<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Suatu kenyataan yang tidak dapat luput dari perhatian setiap orang adalah
pengalamannya bahwa dalam masyarakat manusia yang bagaimanapun bentuknya,
selalu terdapat suatu bahasa yang cukup rumit susunannya. Bahasa berbeda
sifatnya dari semua sistem komunikasi antara hewan, berhubung dengan bahasa
bersifat simbolis artinya suatu perkataan mampu melambangkan arti apapun,
walaupun hal atau barang yang dilambangkan artinya oleh kata itu tidak hadir. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Hal itu mengandung implikasi yang hebat untuk pewarisan kebudayaan. Hal ini
berarti bahwa orang tua manusia misalnya dapat mengatakan kepada anaknya,
setelah anak dapat memahami percakapan sederhana bahwa, ular berbahaya dan
harus dihindarkan. Si orang tua itu dapat menjelaskan secara mendetail sekali
mengenai sifat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">sifat
ular, dia memerinci bagaimana panjangnya, besarnya, warnanya, bentuknya dan
cara</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">caranya bergerak. Dia dapat menunjukkan kepadanya
bagaimana menghindarkannya. Jadi tanpa pernah melihat ular, anak itu dapat
menyimpan keterangan lisan itu dalam ingatannya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Jika kita tidak mempunyai bahasa yang simbolis. Tanpa bahasa kita tidak
dapat meneruskan atau menerima keterangan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">keterangan secara simbolis dan dengan demikian tidak
dapat menjadi pewaris dari suatu kebudayaan yang demikian kaya dan demikian
aneka ragamnya. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">G.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Kebudayaan Dimiliki Bersama <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Para ahli antropologi berpendapat bahwa suatu bangsa mempunyai kebudayaan,
jika g didpara warganya memiliki bersama sejumlah pol</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">a-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">pola berpikir dan berkelakuan ya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">n</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">g didapat melalui proses belajar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Bila kita berbicara tentang kebiasaan bersama dalam suatu masyarakat, dan
hal inilah yang menjadi pusat perhatian antropologi budaya, maka yang dimaksud
adalah kebudayaan. Bila kita berbicara tetang kebiasaan yang dimiliki bersama
oleh satu kelompok (sub group) dalam masyarakat dan hal inilah yang merupakan
pusat perhatian ilmu sosiologi, maka yang dimaksud adalah suatu bagian khusus
dari kebudayaan (sub culture). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Dalam kata pengantar untuk karyanya La Vida, Oscar Lewis menyatakan bahwa
orang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">orang yang hidup dalam kemiskinan memiliki kultur
kemiskina</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">n</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">;
kaum muda mereka mengalami masa kanak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">kanak yang pendek dan pen</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">u</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">h ketidakpastia</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">n</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">, sebagai perseorangan mereka cenderung merasa tidak
berdaya dan putus asa, pada umumnya mereka tinggal dikampung</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">kota (slums) yang padat dan keadaan perumahannya serba
kurang, kecuali dalam hidup keluarga dalam masyarakat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">masyarakat yang lebih luas, kecil sekali. Walaupun
pemikiran</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">pemikiran </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">L</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">ewis itu orisinil, namun itu adalah hasil pengguanaan
metode antropologi yang telah dikenal, dia melihat suatu kebudayaan dengan
mencatat cirri</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">ciri
bersama yang ada padanya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Suatu kebudayaan dapat dirumuskan sebagai seperangkat kepercayaan, nilai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">nilai dan cara berlaku (artinya kebiasaan) yang
dipelajari yang pada umumnya dimiliki bersama oleh para warga dari suatu masyarakat,
yang tinggal disuatu wilayah dan yang memakai suatu bahasa umum yang biasanya
tidak dimengerti oleh penduduk tetangganya. Kemampuan dapat merumuskan
kebudayaan secara demikian bermanfaat, namun tidak dijelaskan bagaimana seorang
ahli antropologi, jika menghadapi kenyataan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">kenyataan penelitian lapangan, melaksakan penelitian
terhadap kebudayaan suatu bangsa tertentu. Untuk memahami bagaimana orang
“melakukan” antropologi harus diketahui bagaimana seorang ahli antropologi
mengidentifikasikan pola</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">pola kelakuan, nilai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">nilai dan gagasan yang mana yang sebenarnya merupakan bagian dari
kebudayaan suatu bangsa yang sedang dipelajari. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">H.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Menggambarkan Suatu Kebudayaan <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Menggambarkan suatu kebudayaan mula</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">mulanya, agak tidak rumit; cukup saja diperhatikan apa</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">apa yang dilakukan oleh para warga dan suatu masyarakat
dan cara berlaku mereka, lalu dicatat. Tetapi cobalah bayangkan kesulitan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">kesulitan yang nyata mungkin dihadapi dalam melakukan hal
ini. Siapa saja yang perlu diamati? Bagaimana memilih mereka itu? Dan
kesimpulan apalagi yang anda akan ambil jika dari selusin penduduk asli yang
mula</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">mula dijumpai dan dipelajari, ternyata keduabelasnya,
berlainan sekali cara berlakunya dalam keadaan yang sama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Untuk dapat mengerti bagaimana makna yang diberi oleh seorang ahli
antropologi kepada cara berlaku yang berbeda</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">beda itu, akan diberi suatu contoh mengenai permainan
sepak bola. Jika orang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">orang Amerika mengunjungi pertandingan sepak bola, ketika lagu kebangsaan
mereka didengungkan maka dapatlah dilihat bahwa hadirin menunjukkan cara
berlaku yang beraneka. Ada yang berdiri dan mendengarkan, ada yang mengangkat
topinya, ada anak yang mengunyah jagung bakarnya, bekas tentara berdiri tegak,
seorang pemimpin dari para suporter mencari dengan mata pemain kegemarannya di
antara barisan para pemain, dan kedua pelatih tim mengambil kesempatan terakhir
untuk memberi tinggi nada dari lagu dan mantra</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">mantra rahasia yang dimaksudkan untuk mematahkan semngat
tim lawannya. Namun walaupun ada variasi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">variasi perorangan itu, sebagian besar para penonton pada
umumnya berlaku sama. Hampir semua berdiri dengan diam, menghadapi
bendera. Lagipula, kalau anda
mengunjungi beberapa pertandingan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">pertandingan sepak bola di Amerika anda akan melihat
bahwa banyak segi dari kejadian itu adalah sama: aturan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">aturan pertandingan tidak pernah berbeda, dan walaupun
warna</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">warna seragam tergantung daripada tim, para pemain tidak
pernah muncul dalam pakaian lain selain seragamnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Walaupun variasi diantara reaksi perorangan pada perangsang tertentu
menurut teori tidak terbatas jumlahnya, sebenarnya ada kecenderungan bahwa reaksi
itu berada dalam batas</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">batas yang mudah diketahui. Anak yang mendengarkan lagu kebangsaan dapat
meneruskan makan <i>popcorn</i></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> tetapi ia tidak dapat berjingkrak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">jingkrak: begitu pula para pelatih</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">tidak akan berlarian ketengah lapangan dan merangkul para
penyanyi. Variasi dalam bertingkah laku, terbatas oleh batas</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">batas sosial yang wajar dan salah satu tujuan para ahli
antropologi adalah mencari batas</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">batas ini. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Misalnya seorang ahli antropologi yang menaruh perhatian untuk menguraikan
cara</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">cara berpacaran, di kota</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">kota misalnya pada mulanya akan melihat adanya bermacam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">macam tingkah laku. Langkahnya yang pertama ialah
menetukan urutan kejadian</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">kejadian yang mana yang di anggap biasa. Akan dilihatnya
pada umumnya yang lelaki mulai mencari hubungan dengan wanita pilihannya. Mula</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">mula ia berbicara dengan wanita tersebut, sesudah itu ia
mengajaknya berpergian. Jika mereka makin mengenal satu sama lain, maka mereka
akan lebih sering berpergian bersama dan hubungannya semakin formal. Mereka
akan sering mengunjungi keluarga dan mungkin mereka memutuskan untuk
“bertunangan” secara resmi dan kemudian sesudah memenuhi persyarakatan undang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">undang dan setelah menjalani berbagai upacara, maka
keduanya telah dinyatakan kawin. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Setelah mendapat pola umum ini, ahli antropologi akan berusaha
mengungkapkan berbagai variasi yang ada yang masih dianggap layak. Dia akan
melihat bahwa ada pasangan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">pasangan yang lebih suka pergi menonton pada perjanjian
pertama, sedangkan pasangan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">pasangan yang lain lebih suka pergi restoran, bahwa ada
pasangan yang mempunyai masa pertunangan yang lama dan yang lain tidak
bertunangan sama sekali. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Seorang ahli antropologi yang dihadapkan dengan sejumlah perorangan yang
semua berlaku berlainan, akan berusaha mengungkapkan pola</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">pola kelakuan yang umum dalam masyarakat yang dipelajari.
Dia akan menentukan variasi mana yang termasuk kedalam pola</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">pola umum itu dan mana yang je</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">l</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">as tidak dapat diterima. Yang dilakukannya bukanlah
sekedar menggambarkan secara panjang lebar tentang perorangan dan tingkah laku
mereka, tetapi dari tingkah laku perseorangan dia akan meningkat kepada
perumusan pola budaya yang umum. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">I.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Generalisasi Mengenai Pola</span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span></b><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">pola
Kebudayaan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Ada dua cara yang mendasar bagi ahli antropologi untuk menyimpulkan sifat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">sifat umum mengenai pola</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">pola kebudayaan. Kalau dya mempelajari kebiasaan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">kebiasaan yang terungkap secara jelas atau gamblang dalam
suatu masyarakat misalnya, kebiasaan ketatanegaraan untuk memilih pejabat
pemerintahan seperti presiden melalui pemilih</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">a</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">n maka si peniliti dapat menentukan dan mempelajari
kebiasaan–kebiasaan itu dengan bantuan beberapa orang yang tahu seluk beluknya.
Sebaliknya, kalau dia mempelajari bidang
kelakuan tertentu yang mencakup banyak variasi perseorangan, atau bila oran</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">g-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">orang itu tidak sadar akan pola</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">pola kelakuannya sendiri maka ahli antropologi harus
mengumpulkan keterangan dari sejumlah warga masyarakat yang untuk tujuan itu
ditentukan sebagai sampel untuk menjadi wakil dari penduduk yang dipelajari dan
dari jawaban mereka disimpulkan apa yang merupakan jawaban rat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">a-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">rata. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Kalau seorang ahli antropologi mau menggambarkan suatu cara berlaku yang banyak
variasinya, dia pertama</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">tama membuat catatan mengenai cara berlaku dari setiap subyeknya. Sesudah
itu si peneliti mencatat berapa kali terjadinya tiap kelas tingkah laku
(misalnya tiap waktu makan), ini menunjukkan penyebaran frekuensi (frequency
distribution). Untuk memperoleh garis grafik dari distribusi frekuensi, angka</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">angka dipindahkan pada suatu grafik yang menggambarkan
distribusi sepanjang sumbu mendatar atau absis dan frekuensinya pada sumbu
tegak atau ordinat. Biasanya grafik
semacam itu meningkat sampai mencapai titik yang tinggi lalu menurun,
titik yang paling tinggi itulah menggambarkan cara berlaku rata</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">rata. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Menurut teori, pengambilan sampel secara acak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">acakan, adalah metoda yang berguna namun kenyataan adalah
bahwa metoda itu belum digunakan secara luas dalam penelitian antropologi.
Karena agak mudah juga untuk membuat kesimpulan umum atau generalisasi tentang aspek</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">aspek kebudayaan yang gamblang atau disadari, seperti
saat makan malam dan prosedur berpacaran maka metoda penarikan sampel, sering
tidak perlu. Tetapi dalam penelitian mengenai aspek</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">aspek kebudayaan yang terselubung atau yang tidak
disadari, seperti pendapat masyarakat mengenai jarak yang wajar antara dua
orang pada waktu berbicara, penarikan sampel secara acak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">acakan mungkin perlu, agar kesimpulan umum mengenai pola
kebudayaan dapat dirumuskan dengan tepat. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">J.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pembatasan-pembatasan
Kebudayaan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Faktor
utama yang membatasi kemungkinan variasi dalam cara berlaku perseorangan adalah
kebudayaan itu sendiri. Ada dua macam pembatasan kebudayaan; pembatasan
langsung, maupun tidak langsung. Contoh pembatasan langsung adalah ejekan
ketika mengenakan pakaian yang tidak biasa dengan kebudayaan suatu daerah. Pembatasan–pembatasan kebudayaan tidak harus
bertentangan dengan individualitas. Karena seperti pada percobaan Solomon Asch
pada serentetan eksperimen tentang konformitas dan penyimpangan ditemukan bahwa
banyak orang yang dalam berpendapat sesungguhnya karena terpengaruh orang lain.
Namun memang ada beberapa orang yang berpendirian secara bebas. Karena itu
disimpulkan bahwa pembatasan-pembatasan kebudayaan sama sekali menghilangkan
kepribadian perseorangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">K.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pola
Budaya Ideal dan Pola Kelakuan Sebenarnya<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pola-pola
yang diakui oleh suatu masyarakat disebut norma-norma. Namun pada kenyataannya
tidak semua masyarakat mentaati sorma yang berlaku, oleh karena itu pembatasan
secara langsung maupun tidak langsung sangat diperlukan. Sebagai contoh seorang
dokter yang diharapkan tidak mengedepankan prestise dan dan kedudukan nyatanya
banyak yang bekerja bukan dengan alasan “terpanggil”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Adanya
jurang antara pola ideal dan pola-pola kelakuan yang sebenarnya merupakan
gejala umum dalam kebudayaan-kebudayaan manusia. Antara suku-suku bangsa
tertentu di Irian, misalnya pola-pola actual actual dari hubungan laki-laki dan
perempuan, agaknya berbeda dengan pola-pola budaya yang ideal. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">L.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Beberapa
Anggapan Dasar Mengenai Kebudayaan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebudayaan dapat disesuaikan. Sebagaimana
kebudayaan merupakan suatu penyesuaian pad alingkungan fisik, dan
kebutuhan-kebutuhan biologis, kebudayaan juga merupakan suatu penyesuaian pada
lingkungan sosial. Kebiasaan yang ada di dalam masyarakat tertentu merupakan
penyesuaian masyarakat itu terhadap lingkungannya. Tetapi kita harus ingat
juga, yaitu suatu masyarakat tidak harus menyesuaikan diri pada keadaan yang
khusus. karena apa yang dikuitra orang sebagai berguna, belum tentu dicapai
melalui penyesuaian. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebudayaan merupakan suatu interaksi. Unsur-unsur
atau sifat-sifat yang terpadu menjadi sebuah kebudayaan bukanlah sekumpulan
kebiasaan-kebiasaan yang terkumpul secara acak-acakan. Tetapi unsur tersebut
bersumber dari adaptif pada suatu kebudayaan. Unsur-unsur suatu kebudayaan juga
sukar bertentangan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebudayaan selalu berubah. Dalam suatu
kebudayaan selalu ada suatu kebebasan tertentu pada individu untuk memperkenalkan
variasi dalam cara-cara berlaku. Cara-cara itu seringkali diakui menjadi milik
bersama, dan dengan demikian suatu masa akan menjadi bagian dari kebudayaan. Atau
mungkin ada beberapa aspek dari lingkungan akan berubah dan memerlukan adaptasi
kebudayaan yang baru.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">BAB
III<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">KESIMPULAN<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Umumnya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ada</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kecendrungan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">untuk</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menganggap</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pandangan-pandangan yang ditentang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">suatu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">masyarakat, sebagai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sifat yang terbelakang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">atau</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">belum</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">beradab. Umumnya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ada</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kecendrungan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">untuk</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menganggap</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pandangan-pandangan yang ditentang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">suatu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">masyarakat, sebagai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sifat yang terbelakang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">atau</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">belum</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">beradab.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Seseorang yang menilai</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebudayaan-kebudayaan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">lain, menurut</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ukuran yang berlaku</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebudayaannya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sendiri</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">disebut</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">etnosentris. Orang demikian</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">bukan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">saja</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tidak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">cocok</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">untuk</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">melakukan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tugas-tugas</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">antropologi, tetapi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">barang</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kali</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dia</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">juga</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tidak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sanggup</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">untuk</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mengidentifikasi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">memecahkan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">problema-problema</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sosial dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kebudayaannya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebudayaan manusia
bukanlah suatu hal yang hanya timbul sekali atau yang bersifat sederhana. Tiap
masyarakat mempunyai suatu kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan masyarakat
lain dan kebudayaan itu merupakan suatu kumpulan yang berintegrasi dari
cara-cara berlaku yang dimiliki bersama dan kebudayaan yang bersangkutan secara
unik mencapai penyesuaian pada lingkungan tertentu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">DAFTAR
PUSTAKA<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sumber Utama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ihromi, T.O. <i>Pokok-pokok
Antropologi Budaya</i>. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 1980.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sumber dalam Buku Bacaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kroeber, A.L,: <i>The
Nature of Culture</i> (Chicago: University of Chicago Press, 1952). Kumpulan
karya-karya tentang sifat kebudayaan oleh seorang perintis terkenal dalam
antropologi Amerika.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Spindler, G.D. (ed.): <i>Being an Antropologist: Fieldwork in Eleven Cultures</i> (New York:
Holt, Rinehart dan Winston, 1970). Suatu rangkaian panjang lebar yang menarik
tentang metoda-metoda ahli antropologi dan penghayatannya tentang pekerjaannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">White, L.A.: <i>The
Science of Culture: A Study of man and Civilization</i> (Garden City, N.Y.:
Doubleday, 1969; pertama diterbitkan pada tahun 1949). Suatu kumpulan
karya-karya tentang kebudayaan dan ilmu yang mempelajarinya, dengan penekanan
pada sifat simbolis dan sifat evolusioner dari kebudayaan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Whiting, J.W.M. dan I.L. <i>Child Training and Personality</i> (New Heaven: Yale University Press,
1953). Bab II membicarakan hubungan antara kelakuan perorangan dan tingkah laku
budaya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Williams, T.R.: <i>Field
Methods in The Study of Culture</i> (New York: Holt, Rinehart and Winston,
1967). Suatu pembahasan yang menarik tentang cara bagaimana seorang ahli
antropologi mempelajari dan menggambarkan kebudayaan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div>
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<!--[endif]-->
<div id="ftn1">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27.0pt;">
<a href="file:///D:/Anita%20Makalah/Smester%206/K.P%20Antropologi/Kapita%20Selekta%20Antropologi%20Makalah.docx#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Napoleon Chagnon, <i>The Yanomamo: The Fierce People (</i>New
York: Holt, Rinehart and Winston, 1968), hal.84.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn2">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27.0pt;">
<a href="file:///D:/Anita%20Makalah/Smester%206/K.P%20Antropologi/Kapita%20Selekta%20Antropologi%20Makalah.docx#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: IN;">Tanda seru
dalam perkataan “!kung” menunjukkan suatu suara detak yang dibunyikan dengan
lidah. Suara itu adalah suara aspek karateristik dari bahasa Bushmen. <o:p></o:p></span></div>
</div>
</div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-78771573727961606432013-07-22T21:51:00.013-07:002013-07-22T21:51:58.853-07:00Fiqh<div style="text-align: center;">
<b>KEPEMILIKAN DAN AQAD DALAM ISLAM</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>MAKALAH</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Makalah ini disusun sebagai syarat ketuntasan mata kuliah Fiqh</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
oleh,</div>
<div style="text-align: center;">
Anita<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>(1110015000015)</div>
<div style="text-align: center;">
Ade Robiatu S.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>(1110015000003)</div>
<div style="text-align: center;">
Yustia Umamah<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>(1110015000002)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PROGRAM STUDI SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (P.IPS)</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>JAKARTA</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>1434 H/2013 M</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Kesempurnaan Islam sebagai sebuah pandangan hidup (worldview) telah memberikan arahan yang jelas kepada manusia tentang bagaimana cara memecahkan berbagai problematika kehidupan yang dialaminya secara tuntas dan tetap sejalan dengan apa yang dikehendaki oleh Allah sebagaimana yang termuat dalam hukum-hukum Syari’at-Nya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” “Hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, telah Aku cukupkan nikmat-Ku untuk kalian, dan telah Aku ridhai islam sebagai agama kalian.” Oleh karena itu, sudah selayaknyalah bagi setiap manusia untuk hanya merujuk kepada Syari’at yang telah diturunkan Allah kepada manusia dalam menyelesaikan berbagai problematika kehidupannya. Di antara berbagai problematika kehidupan yang dihadapi manusia adalah yang terkait dengan problematika ekonomi, misalnya tentang bagaimana cara memperoleh harta, mengembangkannya, hingga mendistribusikannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Islam telah menggariskan hukum perolehan individu, seperti hukum bekerja, berburu, menghidupkan tanah yang mati, warisan, hibah, wasiat, dan sebagainya. Islam merupakan agama wahyu yang mengajarkan manusia untuk hidup secara teratur. Keteraturan tersebut akan tercipta ketika melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-larangannya. Untuk mengetahui segala perintah dan larangan tersebut dibutuhkan pemahaman akan ilmu-ilmu keislaman yang bersumber pada khabbar siddiq yaitu Al Qur’an dan Hadits. Selain itu diperlukan saluran ilmu lain yang berupa Ijma ulama, dan Qiyas. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu)." (QS. Al-Maidah: 18) Dalam ayat ini dijelaskan bahwa segala sesuatu yang berada di langit dan bumi merupakan kepunyaan Allah. Sedangkan manusia hanyalah pihak yang mendapat kuasa dari Allah untuk memanfaatkan harta Allah. “Dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya”. (QS. Al Hadiid: 7) Penguasaan ini berlaku umum bagi semua manusia. Semua manusia memiliki hak pemilikan, tapi bukan pemilikan yang sebenarnya. Oleh karena itu bagi individu yang ingin memiliki harta tertentu, maka Islam telah menjelaskan sebab-sebab pemilikan yang halal dan yang haram.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>B.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rumusan Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bagaimana hakikat kepemilikan dalam Islam?</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bagaimana syarat atau sebab kepemilikan dalam Islam?</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bagaimana syarat aqad dan persetujuan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>C.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tujuan Penulisan </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mengetahui hakikat kepemilikan dalam Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mengetahui syarat atau sebab kepemilikan dalam Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mengetahui syarat aqad dan persetujuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB II</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>KEPEMILIKAN DAN AQAD DALAM ISLAM</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pengertian Kepemilikan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, istilah milik berarti: kepunyaan; hak; peruntungan; nasib baik. Istilah “milik” merupakan serapan dari bahasa Arab dari akar kata “malaka”. Dalam bahasa Arab “milik” berarti kepenguasaan orang terhadap sesuatu (barang atau harta) dan barang tersebut dalam genggamannya baik secara riil maupun secara hukum. Dimensi kepenguasaan ini direfleksikan dalam bentuk bahwa orang yang memiliki sesuatu barang berarti mempunyai kekuasaan terhadap barang tersebut sehingga ia dapat mempergunakannya menurut kehendaknya dan tidak ada orang lain, baik itu secara individual maupun kelembagaan, yang dapat menghalang-halanginya dari memanfaatkan barang yang dimilikinya itu. Dalam istilah kepemilikan berarti pendapatan seseorang yang diberi wewenang untuk mengalokasikan hartanya yang dikuasai orang lain dengan keharusan untuk selalu memperhatikan sumber (pihak) yang menguasainya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ahmad Azhar Basyir, sebagaimana dikutip M.Sularno menyatakan bahwa Allah adalah pemilik sepenuhnya segala sesuatu. Dia adalah pencipta alam semesta, namun bukan untuk kepentingannya sendiri, melainkan untuk manusia secara kolektif. (Q.S Al Imran: 189) Manusia diberi hak milik secara individu, setiap pribadi berhak memiliki, menikmati, dan memindahtangankan kekayaan, tetapi mereka memiliki kewajiban moral menyedekahkan hartanya untuk orang yang berhak. Dr. Yusuf Al-Qaradhawy menyatakan terdapat 6 syarat untuk suatu kekayaan terkena wajib zakat: 1) Milik penuh, 2) Berkembang, 3) Cukup senisab, 4) Lebih dari kebutuhan biasa, 5) Bebas dari hutang, dan 6) Berlalu setahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut M. Sularno, ketentuan Al-Qur’an dan Al-Sunnah mengenai pengaturan kepemilikan kekayaan, antara lain: 1) Pemanfaatan, 2) Penunaian Hak, 3) Tidak merugikan pihak lain, 4) Kepemilikan secara sah, dan 5) Penggunaan berimbang. Dengan ketentuan-ketentuan tersebut, menurut Qur’an dan Sunnah, ciri khas kepemilikan yang Islami terletak pada adanya perintah etika dan moral dalam pencarian maupun tasarufnya dan jika dipatuhi akan menjadi solusi atas keburukan sistem kapitalisme dan sosialisme. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>B.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Macam-macam Kepemilikan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Konsep kepemilikan dalam Islam terbagi menjadi tiga, sebagaimana yang dikemukakan Taqiyuddin An-Nabhani dalam buku Sistem Ekonomi Islam. Dalam buku tersebut An-Nabhani menjelaskan bahwa Islam membagi konsep kepemilikan menjadi: kepemilikan individu (al-milkiyat al-fardiyah/private property); kepemilikan publik (al-milkiyyat al-'ammah/ public property); dan kepemilikan Negara (milkiyyat al-dawlah/state private). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kepemilikan Individu (al-milkiyat al-fardiyah/private property)</div>
<div style="text-align: justify;">
Kepemilikan individu adalah hak individu yang diakui syariah dimana dengan hak tersebut seseorang dapat memiliki kekayaan yang bergerak maupun tidak bergerak. Hak ini dilindungi dan dibatasi oleh hukum syariah dan ada kontrol. Selain itu seseorang akhirnya dapat memiliki otoritas untuk mengelola kekayaan yang dimilikinya. Hukum syariah juga membatasi pemanfaatan harta dalam hal: menghambur-hamburkan harta di jalan yang terlarang seperti melakukan aktifitas suap, memberikan riba/bunga, membeli barang dan jasa yang diharamkan seperti miras/pelacuran. Melarang transaksi dengan cara: penipuan, pemalsuan, mencuri timbangan/ ukuran. Dan juga melarang aktifitas yang dapat merugikan orang lain seperti menimbun barang untuk spekulasi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Islam juga menuntunkan prioritas pemanfaatan harta milik individu, bahwa pertama-tama harta harus dimanfaatkan untuk perkara yang wajib seperti untuk member nafkah keluarga, membayar zakat, menunaikan haji, membayar utang dan lain-lain. Berikutnya dimanfaatkan untuk pembelanjaan yang disunahkan seperti sedekah, hadiah. Baru kemudian yang mubah. Aturan Islam juga berbicara tentang bagaimana sesorang akan mengembangkan harta. Antara lain dengan jalan yang sah seperti jual beli, kerja sama usaha (syarikah) yang Islami dalam bidang pertanian, perindustrian maupun perdagangan dan jasa. Dan juga larangan pengembangan harta seperti memungut riba, judi, dan investasi di bidang yang haram seperti membuka rumah bordil, diskotik dan lain-lain. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Imam Al-Ghazali, aktivitas ekonomi individu harus didasarkan pada tujuan untuk mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Lebih lanjut lagi ia menjelaskan alasan kenapa manusia harus terlibat dalam urusan ekonomi, yaitu: Pertama, Allah telah menciptakan sumber daya alam yang melimpah untuk dimanfaatkan oleh manusia untuk kelangsungan hidupnya, sekaligus sebagai bukti kesyukuran kepada Sang Maha Pemberi Rezeki. Kedua, orang yang kuat secara ekonomi maka hidupnya akan bebas, jauh dari ketergantungan pada orang lain dan dapat menjalankan ajaran agama secara sempurna, misalnya zakat, infak, sedekah dan ibadah haji. Ketiga, perilaku dalam mengejar pemenuhan ekonomi tak boleh menyimpang dari ajaran dan prinsip agama Islam. Al-Ghazali menekankan pentingnya bagi para pelaku ekonomi untuk memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan aturan-aturan Islam dalam transaksi ekonomi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kepemilikan publik (al-milkiyyat al-'ammah/ public property)</div>
<div style="text-align: justify;">
Kepemilikan publik adalah seluruh kekayaan yang telah ditetapkan kepemilikannya oleh Allah bagi kaum muslim sehingga kekayaan tersebut menjadi milik bersama kaum muslim. Individu-individu dibolehkan mengambil manfaat dari kekayaan tersebut, namun terlarang memilikinya secara pribadi. Ada tiga jenis kepemilikan publik:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sarana umum yang diperlukan oleh seluruh warga Negara untuk keperluan sehari-hari seperti air, saluran irigasi, hutan, sumber energi, pembangkit listrik dll.</div>
<div style="text-align: justify;">
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kekayaan yang aslinya terlarang bagi individu untuk memilikinya seperti jalan umum, laut, sungai, danau, teluk, selat, kanal, lapangan, masjid dll.</div>
<div style="text-align: justify;">
c.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Barang tambang (sumber daya alam) yang jumlahnya melimpah, baik berbentuk padat (seperti emas atau besi), cair (seperti minyak bumi), atau gas (seperti gas alam).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Ibn Majah: “Manusia berserikat (bersama-sama memiliki) dalam tiga hal: air, padang rumput dan api." Hak pengelolaan kepemilikan umum (milkiyah amah) ada pada masyarakat secara umum yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Negara karena Negara adalah wakil rakyat. Negara harus mengelola harta milik umum itu secara professional dan efisien. Meskipun Negara memiliki hak untuk mengelola milik umum, ia tidak boleh memberikan hak tersebut kepada individu tertentu. Milik umum harus memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat luas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemanfaatan kepemilikan umum dilakukan dengan dua cara yaitu: Pertama: jika memungkinkan, individu dapat mengelolanya maka individu tersebut hanya diperkenankan sekedar mengambil manfaat barang-barang itu dan bukan memilikinya. Misal memanfaatkan secara langsung milik umum seperti air, jalan umum dan sebagainya. Kedua, jika tidak mudah bagi individu untuk mengambil manfaat secara langsung seperti gas dan minyak bumi, maka Negara harus memproduksinya sebagai wakil dari masyarakat untuk kemudian hasilnya diberikan secara cuma-cuma kepada seluruh rakyat, atau jika dijual hasilnya dimasukkan ke Bait al-mal (kas Negara) untuk kepentingan masyarakat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kepemilikan Negara (milkiyyat al-dawlah/state private)</div>
<div style="text-align: justify;">
Adalah harta yang merupakan hak bagi seluruh kaum muslimin/rakyat dan pengelolaannya menjadi wewenang negara, dimana negara berhak memberikan atau mengkhususkannya kepada sebagian kaum muslim/rakyat sesuai dengan ijtihadnya. Makna pengelolaan oleh negara ini adalah adanya kekuasaan yang dimiliki negara untuk mengelolanya. Kepemilikan negara ini meliputi semua jenis harta benda yang tidak dapat digolongkan ke dalam jenis harta milik umum (al-milkiyyat al-'ammah/public property) namun terkadang bisa tergolong dalam jenis harta kepemilikan individu (al-milkiyyat al-fardiyyah). </div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa harta yang dapat dikategorikan ke dalam jenis kepemilikan negara menurut Al-shari' dan negara berhak mengelolanya dengan pandangan ijtihadnya adalah:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Harta ghanimah, anfal (harta yang diperoleh dari rampasan perang dengan orang kafir), fay' (harta yang diperoleh dari musuh tanpa peperangan) dan khumus.</div>
<div style="text-align: justify;">
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Harta yang berasal dari kharaj (hak kaum Muslim atas tanah yang diperoleh dari orang kafir, baik melalui peperangan atau tidak).</div>
<div style="text-align: justify;">
c.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Harta yang berasal dari jizyah (hak yang diberikan Allah kepada kaum Muslim dari orang kafir sebagai tunduknya mereka kepada Islam)</div>
<div style="text-align: justify;">
d.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Harta yang berasal dari dari bah (pajak).</div>
<div style="text-align: justify;">
e.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Harta yang berasal dari ushur (pajak penjualan yang diambil pemerintah dari pedagang yang melewati batas wilayahnya dengan pungutan yang diklasifikasikan berdasarkan agamanya)</div>
<div style="text-align: justify;">
f.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Harta yang tidak ada ahli warisnya atau kelebihan harta dari sisa waris (amwal al-fadla)</div>
<div style="text-align: justify;">
g.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Harta yang ditinggalkan oleh orang-orang murtad</div>
<div style="text-align: justify;">
h.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Harta yang diperoleh secara tidak sah para penguasa, pegawai negara, harta yang didapat tidak sejalan dengan shara'</div>
<div style="text-align: justify;">
i.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Harta lain milik negara, semisal: Padang pasir, gunung, pantai, laut dan tanah mati yang tidak ada pemiliknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya menurut An-Nabhani, orang yang memiliki lahan tanah pertanian, harus mengelolanya secara optimal karena sebagai sektor penting dalam roda perekonomian negara. Seseorang yang memiliki tanah pertanian, berarti dia mengambil profesi sebagai petani dan harus mengelola tanahnya seproduktif mungkin. Jika tidak mau mengelola tanahnya, maka tanah itu tidak boleh disewakan, akan tetapi harus diberikan kepada petani lain yang tidak memiliki tanah. Negara memiliki kewenangan untuk mencabut kepemilikan atas tanah itu dan memberikan kepada pengelola lain tanpa memberikan kompensasi apapun. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>C.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sebab atau Syarat Kepemilikan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Khafifi dalam buku Mukhtasar Ahkam Al-Mu’amalah Al-Syar’iyyah, sebagaimana dikutip M. Sularno menyatakan bahwa Hak milik adalah “suatu kekhususan untuk menguasai sesuatu yang mengesampingkan orang lain dapat memanfaatkan sesuatu tersebut. Terdapat pengertian dalam definisi ini bahwa adanya hak milik memungkinkan si pemiliknya mengambil untung dan manfaat atas milik itu serta mencegah orang lain menarik untung dan manfaat tanpa seizin pemilik tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diantara karakteristik Islam adalah insaniyyah (manusiawi). Islam memiliki perhatian yang jelas dan kuat pada kemaslahatan manusia, baik dalam akidah, ibadah, mu’amalah, akhlaq, dan orientasi-orientasinya. Itulah sebabnya Islam mengakui dan menghormati eksistensi kepemilikan sekaligus memberi rambu-rambu aturannya dengan maksud menciptakan kemaslahatan manusia, baik mengenai sebab atau cara memperoleh kepemilikan, maupun pentarasufannya dengan kaidah-kaidah khusus kepemilikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari ketentuan-ketentuan syara’ perihal sebab dan cara perolehan pemilikan, yakni:</div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ihrazul Mubahat (menimbulkan kebolehan),</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Al-‘Uqud (aneka aqad/perjanjian)</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Al-Khalafiyah (pewarisan)</div>
<div style="text-align: justify;">
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Al-Tawalludu minal mamluk (berkembang biak)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari ketentuan ini menurut M. Sularno terkandung nilai-nilai filosofis, yaitu: 1) Nilai Rahmat (kemurahan), 2) Nilai penghargaan, kepastian, dan kerelaan, 3) Nilai tanggung jawab dan jaminan kesejahteraan keluarga. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain hal tersebut, An-Nabhani mengemukakan bahwa sebab pemilikan adalah sebab-sebab perolehan harta asal (yang semula memang bukan milik seseorang) atau hal-hal yang berkaitan dengan memperoleh harta (baru) yang belum dimiliki sebelumnya. Contoh, seorang penambang emas yang mencari biji emas di sungai/ di gunung, berburu binatang di padang rumput/ hutan, bekerja pada seseorang/ perusahaan, dsb. Lebih lanjut An-Nabhani menyatakan bahwa hukum syariah menetapkan cara-cara atau sebab-sebab terjadinya kepemilikan pada seseorang, yaitu dengan: </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bekerja. Menurut hukum-hukum syariah ada beberapa bentuk kerja yang bisa dijadikan sebagai sebab kepemilikan harta adalah sebagai berikut: a) Menghidupkan Tanah Mati, b) Menggali Kandungan Bumi, c) Berburu, d) Makelar (Samsarah) dan Pemandu (Dalalah), e) Mudharabah, f) Musaqat, dan g) Ijarah (Kontrak Kerja) </div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pewarisan</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup</div>
<div style="text-align: justify;">
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pemberian Negara</div>
<div style="text-align: justify;">
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Harta yang diperoleh tanpa usaha apapun</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>D.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Macam-macam Aqad atau Persetujuan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut segi etimologi, aqad antara lain berarti ikatan antara dua perkara baik ikatan secara nyata maupun ikatan secara maknawi, dari satu segi maupun dari dua segi. Menurut termonologi ulama fiqih, aqad dapat ditinjau dari dua segi, yaitu secara umum dan secara khusus. Dalam pengertian umum aqad adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasarkan keinginannya sendiri, seperti wakaf, talak, pembebasan, atau sesuatu yang pembentukannya membutuhkan keinginan dua orang seperti jual beli, perwakilan, dan gadai. Dalam pengertian khusus aqad adalah perikatan yang ditetapkan dengan ijab-qabul berdasarkan ketentuan syara’ dan berdampak pada objeknya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rukun Aqad </div>
<div style="text-align: justify;">
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa rukun aqad adalah ijab dan qabul. Ulama selain Hanafiyah berpendapat bahwa aqad memiliki tiga rukun, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Orang yang aqad (‘aqid), contoh penjual dan pembeli.</div>
<div style="text-align: justify;">
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sesuatu yang diakadkan (maqud alaih), contoh: harga atau yang dihargakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
c.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Shigat, yaitu ijab dan qabul. Definisi ijab menurut ulama Hanafiyah adalah penetapan perbuatan terrtentu yang menunjukkan keridaan yang diucapkan oleh orang pertama, baik yang menyerahkan maupun yang menerima. Sedangkan qabul adalah orang berkata setelah orang yang mengucapkan ijab, yang menunjukkan keridaan atas ucapan orang pertama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Unsur-unsur Aqad </div>
<div style="text-align: justify;">
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sighat Aqad adalah sesuatu yang disandarkan dari dua pihak yang beraqad yang menunjukkan atas apa yang ada dihati keduanya tentang terjadinya suatu akad.</div>
<div style="text-align: justify;">
1)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Metode atau uslub Shighat Ijab dan Qabul</div>
<div style="text-align: justify;">
a)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aqad dengan Lafadz (ucapan)</div>
<div style="text-align: justify;">
b)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aqad dalam Perbuatan</div>
<div style="text-align: justify;">
c)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aqad dengan Isyarat</div>
<div style="text-align: justify;">
d)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aqad dengan Tulisan</div>
<div style="text-align: justify;">
2)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Syarat-syarat Ijab dan Qabul. </div>
<div style="text-align: justify;">
a)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Syarat-syarat Ijab dan Qabul.</div>
<div style="text-align: justify;">
i.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ijab dan Qabul harus jelas maksudnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
ii.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Antara ijab dan Qabul harus sesuai.</div>
<div style="text-align: justify;">
iii.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Antara ijab dan Qabul saling terkait.</div>
<div style="text-align: justify;">
b)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tempat Aqad</div>
<div style="text-align: justify;">
i.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Harus ditempat yang sama. Dibolehkan pada tempat yang berbeda asalkan keduanya memahami.</div>
<div style="text-align: justify;">
ii.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tidak boleh tampak adanya penolakan dari kedua belah pihak.</div>
<div style="text-align: justify;">
iii.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ijab tidak boleh dibatalkan sebelum adanya qabul.</div>
<div style="text-align: justify;">
c)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aqad yang tidak memerlukan persambungan tempat</div>
<div style="text-align: justify;">
i.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Wasiat,</div>
<div style="text-align: justify;">
ii.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Penitipan keturunan keluarga, dan</div>
<div style="text-align: justify;">
iii.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Perwakilan.</div>
<div style="text-align: justify;">
d)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pembatalan Ijab</div>
<div style="text-align: justify;">
i.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pengucap ijab menarik perkataannya sebelum qabul.</div>
<div style="text-align: justify;">
ii.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ada penolakan dari satu yang aqad.</div>
<div style="text-align: justify;">
iii.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Berakhirnya tempat aqad.</div>
<div style="text-align: justify;">
iv.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pembuat akad kehilangan penguasaan atas dirinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
v.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rusaknya sesuatu yang akan dijadikan aqad.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Al-Aqid (orang yang aqad) adalah orang yang melakukan aqad. Secara umum, aqid disyaratkan harus ahli dan memiliki kemampuan untuk melakukan aqad atau mampu menjadi pengganti orang lain jika ia menjadi wakil. Ulama Malikiyah dan Hanafiyah mensyaratkan aqad harus berakal, yakni sudah mumayyiz, anak yang agak besar yang pembicaraan dan jawaban yang dilontarkannya dapat dipahami, serta berumur minimal 7 tahun. Adapun ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mensyaratkan aqid harus baligh (terkena perintah syara’), berakal, telah mampu menerima agama dan hartanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
c.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mahal Aqad (al ma’qud alaih) adalah objek aqad atau benda-benda yang dijadikan aqad yang bentuknya tampak dan membekas. Dalam Islam tidak semua benda dapat dijadikan objek aqad, misalnya minuman keras. Oleh karena itu fuqaha menetapkan empat syarat dalam objek aqad berikut ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
1)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ma’qud alaih (barang) harus ada ketika aqad.</div>
<div style="text-align: justify;">
2)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ma’qud alaih harus masyru’ (sesuai ketentuan syara’).</div>
<div style="text-align: justify;">
3)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dapat diberikan waktu aqad.</div>
<div style="text-align: justify;">
4)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ma’qud alaih harus diketahui oleh kedua belah pihak yang aqad.</div>
<div style="text-align: justify;">
5)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ma’qud alaih harus suci.</div>
<div style="text-align: justify;">
d.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Al-Maudhu (Tujuan) aqad adalah maksud utama disyariatkannya aqad. Dalam syariat Islam, maudhu aqad ini harus benar dan sesuai dengan ketentuan syara’. Pada aqad jual beli misalnya, maudhu aqad adalah pemindahan kepemilikan barang dari penjual kepada pembeli, sedangkan dalam sewa menyewa adalah pemindahan dalam mengambil manfaat disertai mengganti, dan lain-lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Keinginan Mengadakan Aqad Al-Iradah Al-Aqdiyah</div>
<div style="text-align: justify;">
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Keinginan batin (niat atau maksud)</div>
<div style="text-align: justify;">
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Keinginan yang zahir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada beberapa macam syarat aqad, syarat sah, syarat memberikan, dan syarat keharusan (lujum).</div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Syarat terjadinya aqad</div>
<div style="text-align: justify;">
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Umum, yaitu syarat aqad yang harus ada adalam setiap aqad.</div>
<div style="text-align: justify;">
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Khusus, yakni syarat-syarat yang harus ada pada sebagian aqad.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Syarat sah aqad, Ulama Hanafiyah mansyaratkan terhindarnya seseorang dari enam kecacatan dalam jual beli, yaitu kebodohan, paksaan, pembatasan waktu, perkiraan, ada unsur kemudharatan, dan syarat jual-beli rusak (fasid).</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Syarat pelaksanaan aqad yaitu ada kepemilikan dan penguasaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Syarat kepastian hukum. Dasar aqad adalah kepastian. Di antara syarat luzum dalam jual-beli adalah terhindarnya dari beberapa khiyar jual-beli, seperti khiyar aib, dan lain-lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap aqad dipastikan memiliki dua dampak, yaitu umum dan khusus.</div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dampak khusus contohnya pemindahan kepemilikan dalam jual beli, hibah, wakaf, upah, dan lain-lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dampak umum adalah sega sesuatu yang mengiringi setiap atau sebagian besar aqad.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aqad dibagi menjadi beberapa macam, yang setiap macamnya sangat bergantung pada sudut pandangnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Berdasarkan ketentuan Syara’</div>
<div style="text-align: justify;">
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aqad Shahih dengan terpenuhinya unsur dan syarat yang telah ditetapkan syara’.</div>
<div style="text-align: justify;">
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aqad tidak Shahih dengan tidak terpenuhinya unsur dan syarat yang telah ditetapkan syara’.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Berdasarkan penamaannnya</div>
<div style="text-align: justify;">
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aqad yang telah dinamai syara’ seperti jual beli, hibah, gadai, dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aqad yang belum dinamai syara’, tetapi disesuaikan dengan perkembangan zaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Berdasarkan maksud dan tujuan aqad; kepemilikan, menghilangkan kepemilikan, kemutlakan, perikatan dan penjagaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Berdasarkan zatnya; Benda berwujud dan Benda tidak berwujud</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan menurut Dr. Yusuf Qhardhawi aqad (transaksi) terbagi tiga: </div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aqad pertukaran secara murni, seperti jual beli, sewa-menyewa, dan syarikat (perseroan) dan semisalnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aqad pemberian secara murni, seperti hibah (pemberian), sedekah, pinjaman, jaminan, dan semisalnya. Aqad pemberian dan pertukaran secara bersama-sama, seperti qardh (hutang), maka ia termasuk pemberian karena ia dalam makna sedekah, dan pertukaran di mana ia dikembalikan dengan semisalnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Segala bentuk tasharuf (aktivitas hukum) termasuk aqad memiliki dua keadaan umum. </div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aqad Tanpa syarat (aqad munjiz) adalah aqad yang diucapkan seseorang, tanpa memberi batasan dengan suatu kaidah atau tanpa menetapkan suatu syara’. Contoh, seorang berkata, “Saya membeli rumah kepadamu.” lalu diqabulkan oleh seorangnya lagi. Dan pembuat aqad memiliki uang.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aqad bersyarat (aqad ghair munjiz) adalah aqad yang diucapkan seseorang dan dikaitkan dengan sesuatu, yaitu apabila syarat atau kaitan itu tidak ada, aqad-pun tidak jadi. Contohnya seseorang berkata, “Saya jual mobil ini dengan harga Rp 40.000.000,00 jika disetujui oleh atasan saya”.</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Syarat Idhafah menyadarkan kepada suatu masa yang akan datang atau idhafah mustaqbal, ialah melambatkan hukum bertasharuf qauli ke masa yang akan datang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Islam membolehkan segala sesuatu yang membawa kebaikan, berkah, dan manfaat yang dibolehkan, dan mengharamkan sebagian jual beli dan golongan, karena pada sebagiannya terdapat jahalah (ketidak-tahuan) dan penipuan, atau merusak pasar, atau menyesakkan dada, atau kepalsuan dan kebohongan, atau bahaya terhadap badan, akal dan semisalnya yang menyebabkan sifat dendam, pertikaian, pertengkaran, dan bahaya. Maka diharamkan jual beli tersebut dan hukumnya tidak sah, di antaranya adalah: </div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Jual beli mulamasah (sentuhan): seperti penjual berkata kepada pembeli, umpamanya: pakaian apapun yang kamu sentuh, maka ia untukmu dengan harga sepuluh. Ini adalah jual beli yang rusak karena adanya ketidak tahuan dan penipuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Jual beli munabadzah (lemparan): seperti pembeli berkata kepada penjual: pakaian manapun yang engkau lempar kepadaku, maka ia untukku dengan harga sekian. Ini adalah jual beli yang rusak (tidak sah), karena adanya ketidaktahuan dan penipuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Jual beli hashah (lemparan batu): seperti penjual berkata, 'Lemparkanlah batu ini, maka benda apapun yang kejatuhan batu itu, maka ia untukmu dengan harga sekian. Ini termasuk jual beli yang rusak karena adanya ketidak tahuan dan penipuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Jual beli najsy: yaitu menaikan harga komoditi (yang dilakukan) oleh orang yang tidak ingin membelinya. Ini adalah jual beli yang diharamkan, karena mengandung godaan kepada para pembeli yang lain dan penipuan kepada mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Penjualan oleh orang kota kepada orang desa: yaitu simsar (perantara, broker), yang menjual komoditi lebih mahal daripada harga saat itu. Jual beli ini tidak sah, karena mengandung mudharat dan penekanan terhadap manusia, akan tetapi bila penduduk desa yang datang kepadanya dan meminta darinya agar menjual atau membeli untuknya maka tidak apa-apa.</div>
<div style="text-align: justify;">
6.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Menjual komoditi sebelum menerimanya hukumnya tidak boleh, karena membawa kepada permusuhan dan perbatalan secara khusus apabila ia (penjual) melihat bahwa yang membeli akan mendapat keuntungan padanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
7.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Jual beli 'inah: yaitu menjual suatu komoditi secara bertempo, kemudian ia (penjual) membelinya lagi darinya (pembeli) dengan harga yang lebih murah secara kontan. Maka tergabunglah di dalamnya dua jual beli dalam satu transaksi. Jual beli ini haram dan batil, karena ia adalah sarana menuju riba. Jika ia membelinya setelah menerima harganya, atau setelah berubah sifatnya, atau dari selain pembelinya, hukumnya boleh.</div>
<div style="text-align: justify;">
8.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Penjualan seseorang atas penjualan saudaranya: seperti seseorang membeli suatu komoditi dengan harga sepuluh, dan sebelum selesai pembelian, datanglah orang lain seraya berkata, 'Aku menjual kepadamu barang yang sama dengan harga sembilan atau lebih murah dari harga yang engkau beli darinya,' dan sama juga pembelian, seperti seseorang berkata kepada orang yang menjual suatu komoditi dengan harga sepuluh (10), 'Aku membelinya darimu dengan harga lima belas (15),' agar orang pertama pergi dan menyerahkannya untuknya. Jual beli ini haram, karena mengandung mudharat kepada kaum muslimin dan mengobarkan kemarahan kepada yang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
9.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Jual beli setelah panggilan (azan) yang kedua pada shalat Jum'at, hukumnya haram dan tidak sah, demikian pula semua transaksi.</div>
<div style="text-align: justify;">
10.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Setiap yang haram, seperti arak, babi, patung, atau sarana kepada yang haram, seperti alat-alat musik, maka menjual dan membelinya hukumnya haram.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aqad dapat berakhir dengan pembatalan, terkadang dihilangkan dari asalnya, seperti pada masa khiyar, terkadang dikaitkan pada masa yang akan datang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB III</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>KESIMPULAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu)." (QS. Al-Maidah: 18) Dalam ayat ini dijelaskan bahwa segala sesuatu yang berada di langit dan bumi merupakan kepunyaan Allah. Sedangkan manusia hanyalah pihak yang mendapat kuasa dari Allah untuk memanfaatkan harta Allah. Semua manusia memiliki hak pemilikan, tapi bukan pemilikan yang sebenarnya. Oleh karena itu bagi individu yang ingin memiliki harta tertentu, maka Islam telah menjelaskan sebab-sebab pemilikan yang halal dan yang haram.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebab pemilikan adalah sebab-sebab perolehan harta asal (yang semula memang bukan milik seseorang) atau hal-hal yang berkaitan dengan memperoleh harta (baru) yang belum dimiliki sebelumnya. Contoh, seorang penambang emas yang mencari biji emas di sungai/ di gunung, berburu binatang di padang rumput/ hutan, bekerja pada seseorang/ perusahaan, dan sebagainya. Cara-cara atau sebab-sebab terjadinya kepemilikan pada seseorang, yaitu dengan: Bekerja, Pewarisan, Kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup, Pemberian Negara, dan Harta yang diperoleh tanpa usaha apapun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aqad secara etimologi berarti ikatan antara dua perkara baik ikatan secara nyata maupun ikatan secara maknawi, dari satu segi maupun dari dua segi. Sedangkan menurut termonologi ulama fiqih, aqad dapat ditinjau dari dua segi, yaitu secara umum dan secara khusus. Dalam pengertian umum aqad adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasarkan keinginannya sendiri, seperti wakaf, talak, pembebasan, atau sesuatu yang pembentukannya membutuhkan keinginan dua orang seperti jual beli, perwakilan, dan gadai. Dalam pengertian khusus aqad adalah perikatan yang ditetapkan dengan ijab-qabul berdasarkan ketentuan syara’ dan berdampak pada objeknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>DAFTAR PUSTAKA</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku</div>
<div style="text-align: justify;">
Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Pengantar Fiqh Mu’amalah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008.</div>
<div style="text-align: justify;">
Syafe’I, Rahmat. Fiqih Muamalah; Untuk UIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, Bandung: Pustaka Setia. 2001.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jurnal dan Makalah</div>
<div style="text-align: justify;">
M. Sularno. Konsep Kepemilikan dalam Islam: Kajian Aspek Filosofis dan Potensi Pengembangan Ekonomi Islami. Jurnal Al-Mawarid Edisi IX Tahun 2003. </div>
<div style="text-align: justify;">
Lukman Mohammad Baga. Fiqih Zakat; Sari Penting Kitab Dr. Yusuf Al-Qaradhawy, 1997. Dept. of Agr. Economics and Business, Massey University Palmerston North, New Zealand.</div>
<div style="text-align: justify;">
Handayani, Bekerja Merupakan Salah Satu Sebab Kepemilikan Dalam Islam. Penulis merupakan Tim Lajnah Maslahiyah DPD II – HTI Kota Bandung. Makalah disampaikan pada Kajian Sistem Ekonomi Islam. Ahad 15 April 2007. Kerjasama DKM Nurul Huda Ledeng – DPC HTI Sukasari Bandung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber lainnya</div>
<div style="text-align: justify;">
Ahmad Hafi, Kepemilikan dalam Islam. http://hafies.wordpress.com/2009/07/02/kepemilikan-dalam-islam/</div>
<div style="text-align: justify;">
Ichlasul Amal, Konsep Kepemilikan dalam Islam. http://ichlasulamal.blogspot.com/2009/01/konsep-kepemilikan-dalam-islam.html</div>
<div style="text-align: justify;">
http://berandaekis.blogspot.com/2012/05/jenis-kepemilikan-dalam-islam.html</div>
<div style="text-align: justify;">
Ali Rama, Pemikiran Ekonomi Sang Hujatul Islam, Al-Ghazali, http://resistzine3.blogspot.com/2010/08/pemikiran-ekonomi-sang-hujatul-islam-al.html. Penulis adalah Master Student in Economics, IIUM.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aslamiah, dkk. http://unlam-ekonomi-islam.blogspot.com/2010/11/kepemlikan-sebab-sebab-kepemilikan.html</div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-18366102620348043462013-07-17T08:38:00.000-07:002013-07-17T08:38:01.314-07:00Organisasi Mahasiswa dan Pemira<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><b>ORGANISASI MAHASISWA DAN PEMILU RAYA SEBAGAI PENCERDASAN POLITIK MAHASISWA</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">oleh, Anita (1110015000015)[1]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><i>“Beri aku 10 pemuda cinta tanah air akan ku goncangkan dunia” (Ir.Soekarno)</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><i><br /></i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Pemuda dalam hal ini mahasiswa adalah sosok yang paling dinamis dan tidak dapat dipisahkan dari perjuangan bangsa. Pemuda selalu hadir untuk memberikan sumbangan yang bermakna bagi bangsa Indonesia. Ia selalu tampil untuk menyuarakan dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan menentang segala bentuk ketidakadilan pada zamannya. Pemuda adalah penggerak utama sejarah Bangsa.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><b>Mahasiswa dalam Kiprahnya di Kancah Perpolitikan Indonesia</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Agent of change, agent of control, dan social force, gelar itulah yang sering nobatkan kepada mahasiswa yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Sebagai agent of change atau agen perubahan, mahasiswa sebagai pemuda memiliki jiwa tangguh untuk melakukan perubahan. Sebagaimana yang telah diketahui, pemuda adalah motor penggerak revolusi dan reformasi politik di Indonesia selama beberapa periode pemerintahan. Secara eksplisit pemuda yang memiliki kedudukan sebagai mahasiswalah yang memberi perubahan besar pada kancah perpolitikan Indonesia.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Sejarah mencatat, mahasiswa mampu menggulingkan beberapa rezim kuat. Pada tahun 1960-an, dengan semboyan TRITURA (Tiga Tuntutan Rakyat), mahasiswa menuntut perubahan dalam segala sisi pada masa pemerintahan Soekarno. Situasi ekonomi dan politik yang kacau menjadi alasan utama mahasiswa melakukan berbagai demonstrasi. Mereka juga menuntut keadilan serta pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI). Secara implisit, gerakan tersebut mampu menggoyangkan kepemimpinan Soekarno hingga akhirnya lahir SUPERSEMAR (Surat Perintah Sebelas Maret) yang menjadi mandat Soekarno kepada Soekarno untuk menanggulangi konflik. Dengan mandat tersebut Soekarno akhirnya lengser, digantikan oleh Soeharto yang menjabat paling lama sebagai presiden Indonesia.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Pada era pemerintahan Soeharto mulai berlaku Undang-undang yang secara eksplisit melumpuhkan pergerakan mahasiswa. Tepatnya setelah peristiwa MALARI, undang-undang tersebut membatasi ruang pergerakan mahasiswa yang awalnya terkonsepsi dalam sebuah pergerakan besar yang menyatukan mahasiswa antar universitas. Mahasiswa diciptakan sebagai akademisi yang hanya mengurusi perpolitikan tingkat fakultas. Upaya ini ditempuh karena kekhawatiran rezim orde baru terhadap mahasiswa yang akan menggulingkan pemerintahan otoriter Soeharto. Cara ini terkenal ampuh membendung pergerakan mahasiswa. Selama berpuluh tahun cara ini diterapkan hingga pergantian kepemimpinan menteri P dan K pada tahun 1990.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Berbagai kebijakan orde baru terdiri atas: Pertama, pembekuan organisasi Dema, Kedua, SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan P dan K no. 0156/U/1978 yang berisi Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) serta SK menteri P dan K no. 0137/U/1979 yang berisi aturan bentuk susunan lembaga kemahasiswaan di perguruan tinggi. SK ini melarang pembentukan Dema dan mengizinkan pembentukan Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Ketiga, SK Mendikbud no. 0457/U/1990 tentang pedoman umum organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi. Pemerintah menghendaki adanya Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), SMF, dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Pada awal 1990-an mulai menemui titik terang setelah pergantian menteri P dan K, kebijakan NKK/BKK dicabut dan diganti dengan SK no. 045/U/1990 mengenai Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK), kebijakan ini berisi penetapan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang diakui sebagai bagian dari organisasi kemahasiswaan intra-universitas.[2]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Situasi ini tidak menjadikan mahasiswa merasa puas atas kebebasan berkiprah di perguruan tinggi. Kebijakan ini dianggap mahasiswa sebagai tameng untuk mengembalikan fokus mahasiswa hanya pada di kampus saja. Namun situasi berbalik setelah krisis hebat melanda Indonesia pada tahun 1997. Pada tahun 1998, dengan demonstrasi besar-besaran hingga pendudukan mahasiswa di gedung MPR RI, akhirnya Soeharto mundur dari jabatan presiden yang memerintah selama 32 tahun. Sejak saat itulah reformasi Indonesia dimulai dengan rezim otoritarian menjadi sistem demokrasi.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Sangat disayangkan setelah era tersebut suara dan sorak sorai pergerakan mahasiswa semakin tidak terdengar. Padahal ini berkebalikan dengan kondisi yang terjadi saat pemerintahan tidak lagi bersifat represif. Kebebasan berbicara telah menyebar, namun mahasiswa kurang mengejar hal tersebut. Hanya segelintir mahasiswa yang masih memegang idealisme menuntut berbagai perubahan pemerintahan. Sisanya terjebak pada arus globalisasi yang membawa nilai-nilai liberalisasi dalam segi kehidupan. Mahasiswa kebanyakan kini lebih memilih bersenang-senang di mall daripada berpanas-panasan demo menuntut perbaikan ekonomi. Mahasiswa telah menjadi hedonis, nilai tersebutlah yang merusak sendi-sendi pergerakan mahasiswa.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Aroma pragmatisme muncul beriringan dengan fakta bahwa studi adalah hal yang utama. Kebanyakan mahasiswa memilih jalan apatis dalam perkuliahan, sehingga seringkali muncul sebutan yaitu mahasiswa Kupu-kupu dan Kura-kura. Mahasiswa kebanyakan enggan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Padahal dengan mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler, idealisme mahasiswa sebagai social control terbentuk. Dan ini juga membantu dalam pembentukan manajemen kepemimpinan dalam dirinya, serta langkah awal dalam pergumalan politik praktis. Berbagai manfaat ini diperoleh dari organisasi kemahasiswaan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><b>Pengertian Organisasi Mahasiswa</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Organisasi berasal dari bahasa latin organum yang berarti alat atau badan. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia, organisasi adalah susunan atau kesatuan dari berbagai-bagai bagian (orang dan sebagainya) sehingga merupakan kesatuan yang teratur.[3] Pada dasarnya ada 3 ciri khusus dari suatu organisasi, yaitu: adanya kelompok manusia, kerjasama yang harmonis, dan kerjasama tersebut berdasar atas hak, kewajiban serta tanggung jawab masing-masing orang untuk mencapai tujuan.[4] Pengertian organisasi menurut para ahli adalah sebagai berikut.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">1. James D. Money (1974)</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Organisasi adalah bentuk dari perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">2. Ralph Currier Davis (1951)</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Organisasi adalah kelompok orang-orang yang berkerja mencapai tujuan bersama di bawah pimpinan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">3. John D. Millet (1954)</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Organisasi adalah sebuah kerangka struktur, sebagai wahana dan wadah pelaksanaan pekerjaan banyak orang untuk mencapai suatu tujuan bersama.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">4. Dwight Waldo (1956)</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Organisasi adalah struktur hubungan antar manusia berdasarkan wewenang dan bersifat tetap dalam suatu sistem administrasi.[5]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">5. Cyril Soffer (1973)</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Organisasi adalah perserikatan orang, yang masing-masing diberi peranan tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian kerja di mana pekerjaan dibagi menjadi rincian tugas, diberikan di antara pemegang peranan, dan kemudian digabung ke beberapa bentuk hasil.[6]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">6. Melwin Syafrizal Daulay (2004)</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Organisasi merupakan suatu wadah tempat berkumpulnya orang-orang (manusia) yang memiliki minat, bakat, tujuan atau cita-cita yang sama. Unsur-unsur utama yang terkait, dan akan mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh keberadaan organisasi adalah (4 M): 1) Man (Manusia), 2) Method (Sistem), 3) Money (Dana), dan 4) Material (Bahan)[7]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Sedangkan pengertian Mahasiswa berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia adalah orang yang belajar (pelajar) di perguruan tinggi.[8] Dalam Peraturan Pemerintah no. 60 tahun 1999, dijelaskan lebih lanjut mengenai mahasiswa sebagai berikut: Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu. Dalam pelaksanaan tugas pengembangan kemahasiswaan sehari-hari diperguruan tinggi, ruang lingkup tugas pembimbing kemahasiswaan dibatasi pada jenjang D3 (S0) dan S1.[9]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Berdasarkan penjelasan tersebut, maka organisasi mahasiswa adalah bentuk kegiatan di perguruan tinggi yang diselenggarakan dengan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa. Organisasi tersebut merupakan wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan peingkatan ilmu dan pengetahuan, serta integritas kepribadian mahasiswa. Menurut Paryati Sudarman (2004), Organisasi mahasiswa juga sebagai wadah pengembangan kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di perguruan tinggi yang meliputi pengembangan penalaran, keilmuan, minat, bakat dan kegemaran mahasiswa itu sendiri. Hal ini dikuatkan oleh Kepmendikbud RI no. 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di perguruan tinggi, bahwa:</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span>
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 23.33333396911621px;">Organisasi kemahasiswaan intra-perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendikiaan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi.[10]</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Organisasi mahasiswa dalam tatacara manajemen organisasi tidak berbeda jauh dengan organisasi umum lainnya. Hal-hal yang menyebabkan keberadaannya adalah:</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">1. dikarenakan kesamaan keyakinan, minat dan bakat anggota, biasanya bertujuan untuk menyalurkan minat dan bakat tersebut dalam suatu wujud kegiatan yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai suatu prestasi, sebagai kebutuhan fisik, rohani ataupun sekedar penyalur hobi,</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">2. dikarenakan tuntutan kebutuhan, keadaan lingkungan yang terjadi saat itu, seperti organisasi layanan sosial untuk bantuan bencana alam, pendidikan bagi masyarakat miskin dan anak terlantar, layanan kesehatan dan keselamatan,</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">3. dikarenakan peluang yang ada untuk pengembangan kepribadian atau untuk tujuan provit/keuntungan, misal untuk menumbuhkan jiwa entrepreneurship atau kewirausahaan, kemandirian dan profesionalisme, dengan membentuk unit kooperasi mahasiswa, kelompok marketing, public relation, dan event organization, pembimbing atau asisten pelatihan atau pendidikan profesional.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">4. dikarenakan tuntunan agama / aktifitas religi seperti unit kerohanian dan lain-lain.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">5. dikarenakan amanat dan tuntutan sivitas akademika untuk mengemban suatu amanat khusus dengan suatu visi dan misi yang jelas sesuai AD/ART, memiliki pedoman GBHK (Garis-garis Besar Haluan Kerja). Misalnya Senat Mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa, Lembaga Eksekutif Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Jurusan dan lain-lain. Organisasi ini biasanya merupakan suatu struktur organisasi yang kompleks dengan maksud dan tujuan organisasi seperti diatur pada AD/ART organisasi tersebut.[11]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Menurut Silvia Sukirman (2004), organisasi mahasiswa terdiri dari:</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">1. Organisasi mahasiswa intra-universiter, disebut juga organisasi mahasiswa di perguruan tinggi, adalah organisasi mahasiswa yang berkedudukan di dalam perguruan tinggi yang bersangkutan. Bentuk-bentuk organisasi kemahasiswan itu antara lain:</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">a. Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), merupakan wadah atau badan normatif dan menjadi perwakilan tertinggi mahasiswa dengan tugas pokok mengorganisasikan kegiatan ekstrakurikuler pada tingkat perguruan tinggi.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">b. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), merupakan wadah kegiatan ekstrakurikuler di perguruan tinggi yang bersifat penalaran dan keilmuan, minat dan kegemaran, kesejahteraan mahasiswa serta pengabdian masyarakat. Sebagai contoh ada unit kegiatan untuk olahraga seperti basket, sepak bola, bela diri; ada juga unit kegiatan untuk kesenian sepeti panduan suara, budaya tradisional.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">c. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), merupakan wadah kegiatan ekstrakurikuler di perguruan tinggi yang bersifat penalaran dan keilmuan sesuai dengan program studi pada jurusan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">2. Organisasi mahasiswa ekstra-universiter, yaitu organisasi mahasiswa yang berkedudukan di luar perguruan tinggi tertentu, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan lain sebagainya.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Organisasi mahasiswa dapat menjadi sarana efektif dalam membantu mahasiswa menemukan kesadaran, kemudian dorongan dan motivasi untuk berprestasi karena ia berada pada lingkungan pergaulan yang mendukung. Mahasiswa yang aktif di organisasi mahasiswa umumnya akan lebih cepat memahami dirinya, menemukan jati diri dan prinsip hidupnya, sehingga mereka dapat mengatur diri dan waktu dengan baik untuk mencapai target-target mereka. Berorganisasi cenderung akan melahirkan pemahaman diri, jati diri, prinsip hidup, karakter, kepercayaan diri dan skill. Organisasi mahasiswa harus menjadi wadah pembelajaran sekaligus wadah pendidikan, atau knowledge resource [12]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><b>Politik Serba Praktis ala Mahasiswa</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Ditengah era global yang menelurkan sikap hedonis pada mahasiswa, ternyata masih masih tersisa mahasiswa yang gigih menuntut perubahan. Mereka yang seperti ini adalah mahasiswa yang tergabung dalam organisasi intra maupun ekstra kampus. Mahasiswa yang seperti ini berbeda dengan mahasiswa kebanyakan yang bersikap egois dan hanya mementingkan studi belaka. Bahkan lebih parah lagi kebanyakan dari merekapun tidak mementingkan studi dan memilih menjadi mahasiswa absensi.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Meskipun begitu, keterlibatan aktif mahasiswa pada organisasi ekstra kampus tertentu sering dipandang sebelah mata. Hal ini karena telah menjadi trend bahwa mahasiswa merupakan ladang empuk masuknya pemahaman politik praktis dan penanaman ideologi partai politik tertentu. Keadaan ini sebenarnya tidak buruk, namun seringkali ideologi yang dibawa masuk oleh partai politik membawa unsur lain dalam politik yaitu ‘politik kepentingan’. Organisasi mahasiswa bahkan terbentuk menjadi organisasi pragmatis guna menguasai perpolitikan kampus. Tidak jarang untuk mengejar posisi dan kedudukan tertentu terjadi saling sikut antar organisasi mahasiswa untuk memenangkan sebuah pertarungan politik.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Pembelajaran politik yang seperti ini harusnya dapat diminimalisir. Politik ala kampus nyatanya tak mampu menjadi sarana pembelajaran demokrasi pada mahasiswa. Organisasi ekstra kampus dengan latar belakang partai politik seringkali melakukan penjegalan terhadap organisasi ekstra kampus lain yang dianggap membahayakan kelompoknya. Padahal seharusnya organisasi ekstra kampus dapat memberi ruang lebih kepada organisasi ekstra kampus lain yang tidak bertentangan dengan dasar Negara Indonesia. Dalam hal ini akhirnya tercipta suasana ‘perlombaan dalam kebaikan’. Perlombaan ini haruslah sehat agar tidak terjadi superioritas golongan tertentu terhadap golongan lain dan mengakibatkan apatisme mahasiswa muncul. Organisasi mahasiswa juga harus menjadi sarana pendidikan politik sebagai tempat para mahasiswa untuk mengembangkan semua bakat dan kemampuannya, mulai dari aspek kognitif wawasan kritis, sikap politik hingga keterampilan politik.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><b>Pemilu Raya (Pemira) sebagai Sarana Pencerdasan Politik Mahasiswa</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Miriam Budiarjo menyatakan bahwa Partisipasi Politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin Negara, secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (Public Policy). Selain itu juga dapat berupa aktif menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting), atau lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota parlemen, menjadi anggota partai, anggota gerakan sosial dengan direct action, dan sebagainya.[13]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Dalam dunia politik kampus bentuk partisipasi politik sebagaimana diungkapkan Miriam Budiarjo bisa didapat para aktivis mahasiswa dengan terlibat dalam pemilihan umum mahasiswa, peduli terhadap setiap permasalahan mahasiswa dan masyarakat, melakukan pembelaan (advokasi) hak-hak mahasiswa, kritis terhadap kebijakan kampus dan pemerintah, aktif dalam organisasi mahasiswa, terlibat dalam pemberdayaan masyarakat dan sebagainya. Pemira merupakan pintu awal perpolitikan pada mahasiswa. Dalam pemira, mahasiswa memperoleh pembelajaran untuk ‘merangkul berbagai pihak’ guna mendukung suaranya dalam pemilihan. Pemira merupakan sarana awal pencerdasan politik mahasiswa.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Mahasiswa yang terpilih sebagai presiden dan wapres dalam suatu jabatan tertentu harus mampu merangkul suara untuk memenangkan pemira. Dengan kemenangannya tersebut dia akan memperoleh wewenang dan kekuasaan. Dengan wewenang dan kekuasaannya, dia dapat mengatur dan menjalankan fungsi sebagai pemimpin dan fasilitator. Kemenangan dalam pemira juga dapat menjadi batu loncatan mahasiswa ke partai politik. Banyak politisi Indonesia yang mengawali karir politik dari dunia perpolitikan kampus.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Pemira dikatakan simbol demokrasi dunia kampus. Sangat sempit bila mengartikan pemira hanyalah sebagai pendidikan politik praktis pada mahasiswa. Pemira harusnya menjadi jembatan perbaikan moral dan etika pada tata kelola kampus dengan menjadi pemangku kebijakan mahasiswa. Mahasiswa yang hanya berpartisipasi sebagai pemilih juga mengalami proses belajar cerdas dalam menentukan pemimpin mereka dengan mengunakan hak suaranya secara bijaksana.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Pemira seharusnya menjadi proses pendidikan politik mahasiswa yang bermoral. Gerakan politik moral mahasiswa berangkat dari kesadaran untuk menciptakan good governance dalam kampus. Pemira yang merupakan sarana perpolitikan mahasiswa juga dapat diharapkan mampu menciptakan calon pemimpin bangsa di masa depan yang menerapkan prinsip good governance tersebut. Karena perpolitikan mahasiswa seringkali dijadikan alat untuk mengukur seberapa baik atau buruknya politik pada bangsa Indonesia.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Mahasiswa sebagai harapan masyarakat Indonesia setidaknya menjadikan miniatur tata kelola pemerintahan bangsa ini. Dengan pemira yang bersih, diharapkan melahirkan pemimpin bersih bangsa di masa yang akan datang. Kecurangan dalam pemira dapat menjadi tolak ukur kotornya perpolitikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan mahasiswa merupakan pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Keadaan mahasiswa dapat meramalkan keadaan bangsa di masa yang akan datang.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><b>Kesimpulan</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Agent of change, agent of control, dan social force, gelar itulah yang sering nobatkan kepada mahasiswa yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Sebagai agent of change atau agen perubahan, mahasiswa sebagai pemuda memiliki jiwa tangguh untuk melakukan perubahan. Sebagaimana yang telah diketahui, pemuda adalah motor penggerak revolusi dan reformasi politik di Indonesia selama beberapa pemerintahan. Secara eksplisit pemuda yang memiliki kedudukan sebagai mahasiswalah yang memberi perubahan besar pada kancah perpolitikan Indonesia.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Organisasi mahasiswa adalah bentuk kegiatan di perguruan tinggi yang diselenggarakan dengan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa. Organisasi tersebut merupakan wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan peingkatan ilmu dan pengetahuan, serta integritas kepribadian mahasiswa. Menurut Paryati Sudarman (2004), Organisasi mahasiswa juga sebagai wadah pengembangan kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di perguruan tinggi yang meliputi pengembangan penalaran, keilmuan, minat, bakat dan kegemaran mahasiswa itu sendiri. Hal ini dikuatkan oleh Kepmendikbud RI. No. 155/U/1998.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Keterlibatan aktif mahasiswa pada organisasi ekstra kampus tertentu sering dipandang sebelah mata. Hal ini karena telah menjadi trend bahwa mahasiswa merupakan ladang empuk masuknya pemahaman politik praktis dan penanaman ideologi partai politik tertentu. Keadaan ini sebenarnya tidak buruk, namun seringkali ideologi yang dibawa masuk oleh partai politik membawa unsur lain dalam politik yaitu ‘politik kepentingan’. Organisasi mahasiswa bahkan terbentuk menjadi organisasi pragmatis guna menguasai perpolitikan kampus. Tidak jarang untuk mengejar posisi dan kedudukan tertentu terjadi saling sikut antar organisasi mahasiswa untuk memenangkan sebuah pertarungan politik.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Sesungguhnya sangat sempit bila mengartikan pemira hanya sebagai pendidikan politik praktis mahasiswa. Pemira harusnya menjadi jembatan perbaikan moral dan etika pada tata kelola kampus dengan menjadi pemangku kebijakan mahasiswa. Mahasiswa yang hanya berpartisipasi sebagai pemilih mengalami proses belajar cerdas dalam menentukan pemimpin mereka dengan mengunakan hak suaranya secara bijaksana.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Mahasiswa sebagai harapan masyarakat Indonesia setidaknya menjadikan miniatur tata kelola pemerintahan bangsa ini. Dengan pemira yang bersih, diharapkan melahirkan pemimpin bersih bangsa di masa yang akan datang. Kecurangan dalam pemira dapat menjadi tolak ukur kotornya perpolitikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan mahasiswa merupakan pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Keadaan mahasiswa dapat meramalkan keadaan bangsa di masa yang akan datang.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><b>DAFTAR PUSTAKA</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Buku</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2005.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Daulay. Melwin Syafrizal. Pedoman Praktis Manajemen Organisasi Kemahasiswaan Administrasi dan Manajemen Organisasi. Sleman: Stmik Amikom Yogyakarta.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Djati, Julistriarsa. Manajemen Umum. Yogyakarta: BPFE. 1998.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. 2008.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Sutarto. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2006.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Artikel</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Ilham. Motivasi Berprestasi Melalui Organisasi Mahasiswa: Mahasiswa Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Duta Mahasiswa GenRe BKKBN, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Skripsi</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Erlangga, Zainal C. Peran Forum Komunikasi (Forkom) UI, FIB UI, 2009.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/06/konsep-organisasi-kemahasiswaan.html#ixzz2Vn7xsFYj</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[1] Tulisan ini disusun sebagai syarat mengikuti Lomba Debat pada Tarbiah Expo Juni 2013. Penulis merupakan mahasiswa semester 6 konsentrasi Sosiologi dan Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[2] Zainal C. Erlangga, Skripsi dengan judul Peran Forum Komunikasi (Forkom) UI, FIB UI, 2009.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[3] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal. 1023.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[4] Julitriarsa, Djati, Manajemen Umum, (Yogyakarta: BPFE, 1998), hal. 41.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[5] Julitriarsa, Djati, Manajemen Umum, hal. 42-43.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[6] Sutarto, Dasar-dasar Organisasi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), hal. 36.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[7] Melwin Syafrizal Daulay. Pedoman Praktis Manajemen Organisasi Kemahasiswaan Administrasi dan Manajemen Organisasi, (Sleman: Stmik Amikom Yogyakarta), hal. 8.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[8] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, hal. 895.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[9] Melwin Syafrizal Daulay. Pedoman Praktis Manajemen Organisasi Kemahasiswaan Administrasi dan Manajemen Organisasi, hal. 5.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[10]http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/06/konsep-organisasi-kemahasiswaan.html#ixzz2Vn7xsFYj</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[11] Melwin Syafrizal Daulay, Pedoman Praktis Manajemen Organisasi Kemahasiswaan Administrasi dan Manajemen Organisasi, hal. 10-11.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[12] Ilham, Artikel: Motivasi Berprestasi Melalui Organisasi Mahasiswa, Mahasiswa Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Duta Mahasiswa GenRe BKKBN, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[13] Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hal. 45.</span></span></div>
<div>
<div id="ftn13">
</div>
</div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-59082096747619069242013-07-17T06:02:00.001-07:002013-07-17T06:02:18.833-07:00NiatLuruskan niat, perihal niat memang menentukan setapak amal yang dikerjakan. Niat, berupa orientasi, tak terlihat namun dapat dirasakan. <div>
<br /></div>
<div>
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafs Umar Ibnul-Khattab ra. katanya: Aku mendengar Rasulullah S.A.W bersabda:<div>
<br /></div>
<div>
Sesungguhnya setiap Amal itu (bergantung) dengan Niat, dan sesungguhnya setiap orang itu dengan apa yang dia niatkan. Barangsiapa (niat) hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka dia berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Apalah guna suatu pekerjaan baik yang dilandasi niat yang tidak baik!".. </div>
<div>
Ya, niat dapat diubah seiring berlalunya waktu. Yang penting kerjakan dulu suatu hal yang baik. Atau sebaliknya, Allah begitu Pemurah karna Dia memberi pahala meskipun kita hanya berniat melaksanakan suatu hal yang baik. Niat, memanglah niat, Berniat melakukan pekerjaan tercela, belum dicatat oleh-Nya.. Betapa baik Dia melindungi hamba agar tidak terjerumus pada kubangan dosa meskipun dia seringkali sudah berniat..</div>
<div>
Niat oh niat,. Tetap luruskan Niat..<div>
<br /></div>
</div>
</div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-92045662907029307872013-07-17T02:33:00.003-07:002013-07-17T02:33:28.371-07:00Perkara Anjal<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><b>PERSOALAN ANAK JALANAN, APAKAH DIBAWAH TANGGUNGAN PEMERINTAH SAJA?</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><b>oleh, Anita (1110015000015)[1]</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Anak jalanan kumbang metropolitan, Selama ramai dalam kesepian</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Anak jalanan korban kemunafikan, Selalu kesepian di keramaian</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Tiada tempat untuk mengadu, Tempat mencurahkan isi lagu</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Cinta kasih dari ayah ibu, Hanyakah peri yang palsu</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">(Lirik lagu Sandhy Sandoro, Anak Jalanan)</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><b>Pengertian dan Karakteristik Anak Jalanan</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia, anak memiliki banyak definisi, diantaranya: 1) Keturunan yang kedua; 2) Manusia yang masih kecil: 3) Binatang yang masih kecil; 4) Pohon kecil yang tumbuh pada umbi atau rumpun tumbuh-tumbuhan yang besar: 5) Orang yang berasal dari atau dilahirkan di (suatu negeri, daerah, dsb): 6) Orang yang termasuk dalam suatu golongan pekerjaan (keluarga dan sebagainya): 7) Bagian yang kecil (pada suatu benda); dan 8) Sesuatu yang lebih kecil daripada yang lain.[2] Sedangkan Jalanan: berkaitan dengan sepanjang jalan (tanpa tempat yang tentu) serta bermutu rendah.[3] </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Menurut Kesepakatan Bersama tujuh Kementrian, Anak Jalanan adalah anak yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja di jalanan, dan atau anak yang bekerja dan hidup di jalanan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari.[4] Menurut Shalahuddin (2000), yang dimaksudkan anak jalanan adalah individu yang berumur di bawah 18 tahun yang menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan guna mendapatkan uang atau guna mempertahankan hidupnya. Jalanan yang dimaksudkan tidak hanya menunjuk pada “jalanan” saja, melainkan juga tempat-tempat lain seperti pasar, pusat pertokoan, taman kota, alun-alun, terminal, dan stasiun.[5]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Anak jalanan dapat dikategorikan menjadi beberapa macam. Menurut Supartono pada Konsorsium Anak Jalanan Indonesia tahun 1996 di Ambarita, Sumatera Utara, mengelompokkan anak jalanan menjadi tiga kelompok, yaitu anak jalanan perantauan (mandiri), anak bekerja di jalanan dan anak jalanan asli. Shalahuddin dalam penelitiannya mengkategorikan anak jalanan menjadi beberapa macam diantaranya adalah anak jalanan yang melakukan kegiatan di jalan tapi masih pulang ke rumah baik rutin maupun tidak rutin, anak jalanan yang seluruh waktunya berada di jalanan dan cenderung tidak memiliki hubungan dengan orang tua maupun keluarga lagi, serta anak jalanan yang dilahirkan dari keluarga yang tinggal di jalanan.[6]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><b>Permasalahan Seputar Anak Jalanan</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Sebagai seorang anak yang menghabiskan waktunya di luar rumah, anak jalanan rentan mengalami berbagai prmasalahan sosial. Permasalahan tersebut dapat menimpa dirinya karena tekanan kelompok, situasi sosial, maupun faktor dari dalam dirinya sendiri. Seorang anak seharusnya dapat hidup dengan layak dan menempuh pendidikan bahkan menikmati hidupnya dengan bermain. Pada usia tersebut, anak jalanan harus berkecimpung dengan kerasnya kehidupan kota besar.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Menurut Ayi Budi Santosa, faktor penyebab lahirnya anak jalanan terletak pada: 1) Tingkat mikro, yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarganya. 2) Tingkat messo, yaitu faktor yang terjadi di masyarakat. 3) Tingkat makro, yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur masyarakat.[7] Dalam pandangan Soetarso, dampak krisis moneter dan ekonomi dalam kaitannya dengan anak jalanan adalah:</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">1. Orang tua mendorong anak untuk membantu ekonomi keluarga.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 23.33333396911621px;">2. Pola pendidikan dan pengasuhan yang salah terhadap anak oleh orang tua sehingga menyebabkan anak lari ke jalan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">3. Anak terancam putus sekolah karena orang tua tidak mampu membayar uang sekolah.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">4. Makin banyaknya anak yang hidup di jalanan karena biaya kontrak rumah meningkat.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">5. Timbulnya persaingan dengan pekerja dewasa di jalanan, sehingga terpuruk melakukan pekerjaan yang beresiko tinggi terhadap keselamatannya dan eksploitasi anak oleh orang dewasa di jalanan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">6. Anak lebih lama berada di jalanan sehingga mengundang masalah lain.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">7. Anak jalanan lebih lama menjadi korban pemerasan dan eksploitasi seksual, terutama terhadap anak jalanan yang perempuan.[8]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Permasalahan anak jalanan juga tidak lepas dari ketidakharmonisan rumah tangga, pengasuhan yang terlalu keras dan pengaruh lingkungan komunitas anak. Kondisi dari faktor-faktor ini seringkali memaksa anak-anak mengambil inisiatif mencari nafkah atau hidup mandiri di jalanan. Masa anak-anak yang mestinya dihiasi dengan keceriaan dan kemanjaan, terpaksa harus berhadapan dengan dunia yang keras dan kejam yaitu dunia jalanan. Tidak jarang ditemukan, anak jalanan seringkali menjadi objek kekerasan, Anak-anak jalanan ditantang oleh resiko yang mau tidak mau harus dihadapi saat berada di jalanan. Resiko-resiko yang dapat diidentifikasi adalah menjadi korban kekerasan (pemerasan, penganiayaan, eksploitasi seksual, penangkapan dan perampasan modal kerja), kelangsungan hidup terancam, kurang gizi (miniman keras, penyalah gunaan obat, tindakan kriminal dan seks bebas), ancaman tidak langsung (zat polutan, kecelakaan lalu lintas, HIV/AIDS) serta keterkucilan dan stigmatisasi sosial [9]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><b>Implementasi Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Persoalan Anak Jalanan</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Dalam Kamus Bahasa Indonesia, implementasi diartikan sebagai pelaksanaan.[10] Implementasi adalah kemampuan untuk membentuk hubungan-hubungan lebih lanjut dalam rangkaian sebab-akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan. Perangkat-perangkat yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut: adanya orang atau pelaksana, uang dan kemampuan organisasi atau yang sering disebut dengan resources. Dengan demikian berdasar pada pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan dari implementasi tersebut dibutuhkan: manusia, anggaran dan juga kemampuan organisasi ataupun instansi seperti teknologi informasi.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Sedangkan kebijaksanaan adalah kepandaian menggunakan akal budi (pengalaman dan pengetahuan); serta kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan.[11] Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan. Dimana suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan, karena implementasi kebijakan adalah salah satu variabel penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu kebijakan didalam memecahkan persoalan-persoalan. Dalam hal ini implementasi kebijakan pemerintah guna mengatasi permasalahan anak jalanan sangat penting. Hal ini dikarenakan permasalahan anak jalanan sudah mencapai taraf penyimpangan sosial (deviasi).</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Pada dasarnya menurut UUD 1945, ”Anak terlantar dipelihara oleh negara”. Artinya Pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-hak asasi anak terlantar dan anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya, seperti halnya tercantum dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convension on the Right of the Child (konvensi tentang hak-hak anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan, lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan, kesehatan dasar dan kesejahteraan, pendidikan, rekreasi dan budaya dan perlindungan khusus.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Program Kesejahteraan Sosial Anak yang selanjutnya disebut PKSA adalah kebijakan yang dilaksanakan tujuh kementerian yang diupayakan terarah, terpadu, dan berkelanjutan. Kebijakan ini dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak, yang meliputi bantuan/subsidi pemenuhan kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial dasar, penguatan orang tua/keluarga dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak. Kebijakan lain adalah Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002, tentang kewajiban hak-hak anak Indonesia.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Akan tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa hak-hak seperti yang tercantum dalam konvensi hak anak dan UU yang mengaturnya sebelum sepenuhnya didapatkan oleh anak jalanan. Orang tua merupakan pihak utama untuk memberikan hak-hak tersebut, namun karena kondisi ekonomi keluarga tidak mendukung, maka Pemerintahlah khususnya melalui Dinas Sosial berkewajiban memberikan hak-hak yang seharusnya diperoleh anak.[12] Karena permasalahan anak jalanan seperti gunung es, dan menuntut implementasi dari berbagai kebijakan yang telah digelontorkan pemerintah. Tetapi pada kenyataannya berbagai kebijakan yang terlihat baik tersebut tidak terlihat pengaruhnya dalam mengurangi angka anak jalanan. Sebaliknya, justru jumlah anak jalanan terus saja bertambah meski Depsos mengeluarkan anggaran 180 milyar untuk anak jalanan dan menyediakan 400 rumah singgah.[13] Padahal jumlah anak jalanan seperti data Kemensos berjumlah 230.000 jiwa dari total populasi anak Indonesia yang berjumlah 4,5 juta jiwa.[14]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Secara umum berbagai cara mengatasi permasalahan anak jalanan yang telah dilakukan pemerintah dan LSM adalah sebagai berikut.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">1. Street-centered intervention. Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di “jalan” dimana anak-anak jalanan biasa beroperasi. Tujuannya agar dapat menjangkau dan melayani anak di lingkungan terdekatnya, yaitu di jalan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">2. Family-centered intervention. Penanganan anak jalanan yang difokuskan pada pemberian bantuan sosial atau pemberdayaan keluarga sehingga dapat mencegah anak-anak agar tidak menjadi anak jalanan atau menarik anak jalanan kembali ke keluarganya.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">3. Institutional-centered intervention. Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di lembaga (panti), baik secara sementara (menyiapkan reunifikasi dengan keluarganya) maupun permanen (terutama jika anak jalanan sudah tidak memiliki orang tua atau kerabat). Pendekatan ini juga mencakup tempat berlindung sementara (drop in), “Rumah Singgah” atau “open house” yang menyediakan fasilitas “panti dan asrama adaptasi” bagi anak jalanan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">4. Community-centered intervention. Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di sebuah komunitas. Melibatkan program-program community development untuk memberdayakan masyarakat atau penguatan kapasitas lembaga-lembaga sosial di masyarakat dengan menjalin networking melalui berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial masyarakat. Pendekatan ini juga mencakup Corporate Social Responsibility (tanggungjawab sosial perusahaan).[15]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Menurut sosiolog UIN Jakarta, Musni Umar, Phd, upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan anak jalanan kurang berhasil. Hal ini tidak sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 yang melindungi dan memelihara mereka. Bentuk dari implementasi Undang-undang ini harusnya bukan hanya terkait dengan pembangunan rumah singgah, melainkan pembinaan terhadap kehidupan anak jalanan secara totalitas. Karena selepas dari penjara setelah melakukan tindak kriminal ataupun rumah singgah, mereka tetap terpengaruh lingkungan dan kembali lagi ke jalan. Dalam penjara bahkan anak jalanan hanya berlatih menjadi seorang penjahat yang lebih mahir. Permasalahan ini membuat rumah singgah yang menjadi program pemerintah kurang bermanfaat. Menurutnya, pemerintah harus membuatkan asrama yang memberi fasilitas pendidikan dan lainnya secara gratis. Inilah sesungguhnya bentuk implementasi program pemerintah dalam pengentasan masalah anak jalanan.[16]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><b>Fenomena Anak Jalanan-pun Menjual</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Fenomena maraknya anak jalanan tidak hanya dapat dianalisis secara ekonomi, melainkan secara sosial dan politik. Secara sosial, anak jalanan seringkali dikaitkan dengan sebuah penyimpangan sosial dengan berbagai tindakan amoral serta kenakalan remaja. Anak jalanan seringkali dipandang sebelah mata karena pergaulan serta jauhnya diri mereka dari pendidikan moral dan etika dalam bermasyarakat. Secara sosial, anak jalanan merupakan masalah besar dalam masyarakat.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Anak jalanan merupakan bagian kaum marjinal yang sengaja dipinggirkan. Anak jalanan menjadi sebuah fenomena “Pemiskinan Struktural” yang melahirkan “Kemiskinan Kultural”. Maraknya anak jalanan juga sering menjadi komoditas. Akhinya muncul golongan-golongan yang sering memanfaatkan anak jalanan untuk kepentingan politik dan kekuasaan. Dalam kepentingan politik misalnya banyak calon pemimpin maupun partai politik yang sengaja mendekati anak jalanan detik-detik sebelum pemilu untuk dijadikan lumbung suara. Mereka didekati dan diberi janji-janji perubahan hidup. Seringkali janji tersebut tidak terealisasi sehingga banyak anak jalanan yang memandang apatis rencana perubahan yang dilakukan pemerintah untuk mereka.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Bentuk komoditi dan eksploitasi terhadap anak jalanan dilakukan oleh kapitalis semisal pertelevisian. Alih-alih berusaha mengungkap berbagai penderitaan yang dialami anak jalanan, kapitalis televisi-pun memperoleh keuntungan atas bentuk simpati masyarakat. Acara-acara yang terkait dengan anak jalanan seringkali mendatangkan rating tinggi yang menunjang pendapatan mereka. Contoh lain bentuk komoditas ekonomi adalah ajang pencarian bakat yang dilakukan televisi pernah memenangkan seorang anak jalanan. Namun setelah menang, anak jalanan tersebut menghilang. Padahal sebelumnya dia memiliki andil dalam penjualan acara televise yang bertema pencarian bakat. Dia menjual karena sebagai seorang marjinal, dia mampu menunjukkan bakat dan kemampuan seorang bintang. Hal ini yang menarik simpati masyarakat dan menjadikannya juara dengan dukungan pada ajang tersebut.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Kapitalis televisi dan media cetak bahkan seminar-seminar seringkali mengangkat isu anak jalanan sebagai bahan berbincangan.[17] Dalam hal ini mereka melakukan berbagai analisa atas faktor penyebab dan strategi mengatasi kasus anak jalanan. Mereka mengundang sosiolog, para pemangku kebijakan, dan anak jalanan tersebut. Namun setelah acara selesai tidak ada realisasi untuk mengatasi masalah anak jalanan. Akhirnya banyak masyarakat yang peduli memberi bantuan kepada anak jalanan sendiri. Mereka membentuk LSM yang mengurusi persoalan anak jalanan. Mereka memberi penyuluhan dan pendidikan kepada anak jalanan. Merekalah yang memegang peranan kunci dalam mengatasi persoalan anak jalanan. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Sudah menjadi rahasia umum, anak jalanan yang berusia muda sering dijadikan alat pencari keuntungan. Terdapat pihak tertentu yang memaksa anak jalanan mengemis dan mengamen untuk memperoleh pundi-pundi materi. Mereka dikendalikan oleh orang dewasa yang memberi penampungan. Mereka diwajibkan membayar uang setoran dan ketika setoran tidak seperti yang diharapkan, mereka memperoleh siksaan. Inilah yang menjadi fokus utama Komisi Perlindungan Anak, yaitu menjaga dan memelihara hak-hak anak jalanan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><b>Menjadi Anak Jalanan Adalah Sebuah Pilihan</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Anak jalanan merupakan contoh alienasi dalam dunia modern. Disaat teknologi berkembang pesat, anak jalanan tidak mampu atau tidak mampu menikmatinya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, motivasi menjadi anak jalanan berbeda-beda. Salah satu motivasi seorang anak menjadi anak jalanan adalah untuk mencari kesenangan bahkan tergoda untuk hidup sebebas-bebasnya di dunia jalanan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Secara sosiologis, anak jalanan merupakan dampak dari sosialisasi tidak sempurna. Sosialisasi yang tidak sempurna inilah yang mengakibatkan perilaku menyimpang. Mereka melanggar dan menembus batas norma yang berlaku di masyarakat. Dalam hal ini terdapat pilihan dalam dirinya untuk bersifat conform atau menyimpang dari norma dan nilai yang disepakati masyarakat. Proses penyimpangan tersebut berlangsung secara progresif, tidak sadar, berangusur-angsur dan berkesinambungan. </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 23.33333396911621px;">Akibatnya, semua bentuk pelanggaran terhadap norma-norma sosial dirasionalisir secara progresif, dibenarkan dan akhirnya dijadikan pola tingkah laku sehari-hari. Perilaku menyimpang merupakan tindakan nonkonform. Tindakan antisosial atau asosial, dan tindakan-tindakan kriminal[18] Menurut Robert K. Merton, penyimpangan merupakan akibat dari adanya berbagai ketegangan dalam suatu struktur sosial (anomie) sehingga ada individu-individu yang mengalami tekanan dan akhirnya menjadi menyimpang.[19]</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Menjadi anak jalanan bukan hanya karena alasan keterpaksaan melainkan alasan pembudayaan. Menjadi anak jalanan bukan karena terpaksa dan terdesak situasi ekonomi. Menjadi anak jalanan adalah pilihan. Sebagai contoh Rizki, seorang anak berusia 11 tahun saat ditemui penulis di salah satu bis kota. Alasan dia menjadi anak jalanan dan mengamen hanya karena ikut kegiatan temannya. Orang tuanya pun tidak mengetahui aktivitasnya di jalan. Beberapa kali dia terkena razia kepolisian dan diinapkan di rumah singgah, beberapa kali setelah ia bebas, ia kembali ke jalanan. Karena dijalanan dia memperoleh kebebasan.[20]</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Dalam hal ini upaya untuk mengatasi persoalan bukan dengan pendirian rumah singgah, melainkan sosialisasi yang kuat terhadap orang tua. Perlunya pengawasan orang tua sangat penting karena alasan seorang anak menjadi anak jalanan juga terkait motivasi kurangnya perhatian orang tua. Anak mencari penghidupan di luar rumah untuk memperoleh kesenangan yang ia tidak peroleh dari rumah. Dalam hal ini pasti ada hak-hak dari mereka yang tidak dipenuhi orang tua.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Sayangnya, ketika mengatasi persoalan ini, pendekatan represif yang cenderung mengemuka dengan kebijakan yang mengkriminalisasi keberadaan dan kegiatan para anak jalanan. Padahal anak jalanan merupakan fenomena perkotaan yang kompleks dan terus meningkat kuantitas dan kualitasnya. Fenomena permasalahan tersebut disebabkan berbagai faktor terkait seperti peradigma pembangunan yang sentralistik ditambah dengan nuansa reformasi serta mencuatnya konsep HAM, gaya hidup individualis materialistik, konsumeristik serta kebijakan pemerintah yang tidak saling sinergi dan tidak berkoodinasi antar departemen. Merebaknya anak jalanan juga diakibatkan oleh kegagalan sistem pendidikan yang cenderung kapitalistik, tidak banyak memberikan kesempatan kepada masyarakat miskin dan kaum marjinal.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><b>Kesimpulan</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Menurut Kesepakatan Bersama tujuh Kementrian, disepakati bahwa Anak Jalanan adalah anak yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja di jalanan, dan atau anak yang bekerja dan hidup di jalanan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari. Menurut Shalahuddin (2000), yang dimaksudkan anak jalanan adalah individu yang berumur di bawah 18 tahun yang menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan guna mendapatkan uang atau guna mempertahankan hidupnya. Jalanan yang dimaksudkan tidak hanya menunjuk pada “jalanan” saja, melainkan juga tempat-tempat lain seperti pasar, pusat pertokoan, taman kota, alun-alun, terminal, dan stasiun.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Sebagai seorang anak yang menghabiskan waktunya di luar rumah, anak jalanan rentan mengalami berbagai permasalahan sosial. Permasalahan tersebut dapat menimpa dirinya karena tekanan kelompok, situasi sosial, maupun faktor dari dalam dirinya sendiri. Seorang anak seharusnya dapat hidup dengan layak dan menempuh pendidikan bahkan menikmati hidupnya dengan bermain. Pada usia tersebut, anak jalanan harus berkecimpung dengan kerasnya kehidupan kota besar.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Program Kesejahteraan Sosial Anak yang selanjutnya disebut PKSA adalah kebijakan yang dilaksanakan tujuh kementerian yang diupayakan terarah, terpadu, dan berkelanjutan. Kebijakan ini dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak, yang meliputi bantuan/subsidi pemenuhan kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial dasar, penguatan orang tua/keluarga dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak. Kebijakan lain adalah Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002, tentang kewajiban hak-hak anak Indonesia.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Akan tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa hak-hak seperti yang tercantum dalam konvensi hak anak dan UU yang mengaturnya sebelum sepenuhnya didapatkan oleh anak jalanan tersebut. Orang tua memang merupakan pihak utama untuk memberikan hak-hak tersebut, tetapi karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak mendukung, maka peran Pemerintahlah khususnya melalui Dinas Sosial berkewajiban memberikan hak-hak yang seharusnya diperoleh anak.[21] Permasalahan anak jalanan seperti gunung es dan menuntut perlindungan hak anak jalanan harus diimplementasikan. Namun pada kenyataannya berbagai kebijakan yang terlihat baik tersebut tidak terlihat pengaruhnya dalam mengurangi angka anak jalanan. Sebaliknya, justru jumlah anak jalanan terus saja bertambah meski Depsos mengeluarkan anggaran 180.000 milyar untuk anak jalanan menyediakan 400 rumah singgah.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Anak jalanan merupakan bagian kaum marjinal yang sengaja dipinggirkan. Anak jalanan menjadi sebuah fenomena “Pemiskinan Struktural” yang melahirkan “Kemiskinan Kultural”. Maraknya anak jalanan juga sering menjadi komoditas. Akhinya muncul golongan-golongan yang sering memanfaatkan anak jalanan untuk kepentingan politik dan kekuasaan. Dalam kepentingan politik misalnya banyak calon pemimpin maupun partai politik yang sengaja mendekati anak jalanan detik-detik sebelum pemilu untuk dijadikan lumbung suara. Mereka didekati dan diberi janji-janji perubahan hidup. Seringkali janji tersebut tidak terealisasi sehingga banyak anak jalanan yang memandang apatis rencana perubahan yang dilakukan pemerintah untuk mereka.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><b>Daftar Pustaka</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana. 2006.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Shalahuddin, Odi. Anak Jalanan Perempuan. Semarang: Yayasan Setara. 2000).</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Soekanto, Soerjono. Howard S. Becker: Sosiologi Penyimpangan. Jakarta: Rajawali. 1998.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. 2008.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Shalahuddin. dalam Jurnal Perempuan. 2007.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Fpips Jur._Pend._Sejarah/196303111989011-Ayi_Budi_Santosa/Masyarakat_Urban/.Pdf Hal 75.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Implementasi Kebijakan Program Pembinaan Anak-Anak Jalanan Di Dinas Sosial Kota Medan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">http://perjuanganmahasiswa.blogspot.com/2012/06/kebijakan-kebijakan-departemen-sosial.html</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">Penanganan Anak Jalanan: Meretas Indikator Keberhasilan</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">http://www.artikata.com/arti-385518-jalanan.html</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[1] Tulisan ini disusun sebagai syarat mengikuti Lomba Debat pada tahap semifinal Tarbiah Expo Juni 2013. Penulis merupakan mahasiswa semester 6 konsentrasi Sosiologi dan Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[2] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008)\, hal. 57.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[3] http://www.artikata.com/arti-385518-jalanan.html</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[4] Kesepakatan Bersama antara Kementerian Sosial Republik Indonesia, Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kementerian Agama Republik Indonesia, Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Nomor : 72/Prs-2/Kpts/2010, Nomor : 460-940 A Tahun 2010, Nomor : 15a/Skb/Xi/2010, Nomor : 1640/Menkes/Pb/Xi/2010, Nomor : Ma/277/2010, Nomor : B/32/Xii/2010, Nomor : Skb.23/Meneg.Pp-Pa/Xi/2010, dan Nomor : B/32/Xi/2010 Tentang Peningkatan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan. Terlampir.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[5] Shalahuddin, Odi, Anak Jalanan Perempuan, (Semarang: Yayasan Setara, 2000), hal. 13.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[6] Shalahuddin, dalam Jurnal Perempuan, 2007, hal. 40.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[7] Fpips Jur._Pend._Sejarah/196303111989011-Ayi_Budi_Santosa/Masyarakat_Urban/.Pdf Hal 75.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[8] Lihat. Huraerah. 2006, hal. 78.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[9] Lih kembali Huraeroh, hal79</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[10] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, hal. 548.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[11] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, hal 199.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[12] Implementasi Kebijakan Program Pembinaan Anak-Anak Jalanan Di Dinas Sosial Kota Medan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[13] http://perjuanganmahasiswa.blogspot.com/2012/06/kebijakan-kebijakan-departemen-sosial.html</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[14]http://sindonews.com/</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[15] Penanganan Anak Jalanan: Meretas Indikator Keberhasilan</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[16] Kutipan wawancara sindotvnews.com dengan Musni Umar, Phd. Diposting di http://youtube.com</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[17] Keterangan singkat dari wawancara penulis dengan Drs. Syaripulloh, M.Si, dosen sosiologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[18] J. Dwi Narwoko dan bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana, 2006), Hal. 101.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[19] J. Dwi Narwoko dan bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, hal. 110.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[20] Wawancara ini dilakukan penulis sekitar bulan Februari 2013 dalam bis malam menuju Jakarta dari Bogor.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 23.33333396911621px;">[21] Implementasi Kebijakan Program Pembinaan Anak-Anak Jalanan Di Dinas Sosial Kota Medan.</span></span></div>
<div>
<div id="ftn21">
</div>
</div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-56593546620369423072013-07-16T06:52:00.000-07:002013-07-16T06:52:46.383-07:00valueJika ditanya bahagia atau tidak, jelas saya akan mengatakan saya cukup bahagia. Setidaknya ini membuktikan hasil keseriusan saya untuk belajar dengan sungguh-sungguh, melaksanakan kuliah dengan baik, dan lain sebagainya. Sekali lagi menurut saya proses adalah hal yang utama. Setidaknya keluarga saya yang sangat mengedepankan "value" menjadi sangat bahagia juga. Setidaknya ayah saya lebih tenang, meskipun bejubel aktivitas yang diikuti anaknya, dia tetap tidak pernah lupa dengan kewajiban melaksanakan pendidikan. <div>
<br /></div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-7387563648177596142013-07-16T02:26:00.000-07:002013-07-16T02:26:07.100-07:00Analisis Majalah Tempo Edisi Februari 2012: Kelas konsumen Baru<div style="text-align: center;">
<b>PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA:</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Tumbuhnya Kelas Konsumen Baru </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>oleh, Anita</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dewasa ini sebagian besar masyarakat menghabiskan uang demi memenuhi gaya hidup ala modern. Mereka membeli gadget terbaru bahkan menonton konser dengan biaya yang tidak sedikit. Pola konsumsi seperti ini tidak lagi didominasi kelas atas, melainkan telah bergerak pada kelas menengah. Kelas menengah inilah yang menjadi konsumen baru dan menguntungkan kapitalis. Kelas menengah ini yang sekarang tumbuh semakin pesat di Indonesia seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin signifikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kafe, Kelas Konsumen Baru, dan Transformasi Ekonomi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagian dari kelas konsumen baru berkumpul di kafe-kafe atau dalam kerumunan penonton di konser-konser musik. Sebagian dari mereka begitu fasih berbicara mengenai musik jazz, telpon seluler, memperdebatkan soal otomotif atau film Hollywood dan diskusi-diskusi politik. Mungkin itulah wajah strata menengah dalam segi gaya hidup. Begitu beragam dan sulit disimpulkan. Kalau ada keseragaman, mungkin itu adalah kesamaan dalam mengeluh di media sosial, seperti twitter dan facebook, tentang kemacetan dan kualitas jasa publik yang buruk. Perbedaanya hanya dalam kualitas atau merek pakaian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Konsep kelas menengah adalah konsep yang “membingungkan” dari sisi akademik, sehingga penyebutannya adalah “kelas konsumen baru”. Sejalan dengan peningkatan pendapatan per-kapita, konsumsi akan bergeser dari “kebutuhan” ke “keinginan”. Ini yang menjelaskan mengapa penjualan mobil, sepeda motor, telepon seluler, dan rumah naik tajam. Semakin modern proses industri manufaktur, senakin tinggi kebutuhan akan sektor jasa yang andal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu bagaimana dampak ekonomi politik kebijakan dengan munculnya kelas konsumen baru sebagai kekuatan ekonomi? Sejarah ekonomi Indonesia memang menunjukan akumulasi kapital mereka terjadi sebagai akibat dari kekuasaan. Akibatnya, kelas menengah yang muncul adalah kelas menengah yang bergantung pada Negara, sehingga lebih merupakan kelas konsumen ketimbang kelas menengah yang menjadi ujung tombak perubahan politik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Mengejar Buble ke Singapura</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Fenomena ini mungkin bukanlah hal yang mengagetkan. Kelas konsumen baru ini rela mengantri berjam-jam demi menonton konser artis mancanegara. Konser ini tidak main-main, karena harga tiketnya berkisar dari harga Rp 500.000,00 hingga mencapai harga fantastis yaitu Rp 5.000.000,00. Orang-orang yang masuk kelas konsumen baru ini merupakan mereka yang telah selesai dengan urusan kebutuhan dasarnya, pangan dan sandang. Kini mereka naik kelas dan membelanjakan uangnya untuk kebutuhan sekunder, seperti gaya hidup dan hiburan. Mereka tidak peduli dengan jauhnya tempat konser yang akan diadakan, bahkan tak jarang mereka ke luar negeri untuk menonton sebuah konser idolanya karena mereka juga akan berpikir untuk sembari plesir ke luar negeri. Itu semua telah membentuk pola gaya hidup baru di masyarakat ibukota khususnya. Hal ini disebabkan dengan adanya perkembangan teknologi komunikasi dan internet, mereka dapat dengan mudah mendapatkan informasi mengenai konser artis mancanegara dengan mudah dan cepat dalam genggaman smartphonenya. Selain itu juga terjadinya peningkatan pendapatan sehingga mereka dapat menyisihkan pendapatannya untuk menonton konser.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Para Penyuguh Konser</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan fenomena ini pastinya membuat para penyuguh konser meraup keuntungan besar. Mereka melihat peluang besar dimana antusiasme masyarakat akan hiburan konser artis mencanegara telah menjadi tren. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kondisi perekonomian rakyat. Berdasarkan studi Bank Dunia, presentase penduduk Indonesia yang memiliki pengeluaran US$ 4 per-hari, melonjak 5% pada 2003 menjadi 18,5% pada 2010. Promotor-promotor sering mendapat permintaan untuk menghadirkan band luar negeri papan atas dunia agar dihadirkan di Indonesia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>RSBI </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang sering diplesetkan menjadi Rintisan Sekolah Bertarif Internasional akhirnya dihapuskan Mahkamah Konstitusi belum lama ini. Hal ini menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat. Bagi masyarakat yang mendukung RSBI tetap berdiri menilai RSBI merupakan sekolah yang bagus untuk masa depan anak mereka. Di sisi lain yang menolak kehadiran RSBI menilai RSBI hanya sebagai sekolah yang menciptakan jurang pemisah antara masyarakat yang memiliki status ekonomi tinggi dan rendah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anak bangsa yang memiliki kemampuan dalam finansial meskipun tidak memiliki prestasi akademik dapat dengan mudah mengisi kursi di sekolah ini. Mereka adalah anak-anak dari golongan menengah keatas yang mementingkan prestise dalam pendidikan. Pada kenyataannya anak-anak ini dibentuk sebagai seorang anak orang kaya yang diantarkan dengan mobil mewah saat bersekolah. Ini akhirnya menimbulkan kemacetan parah setiap paginya di lingkungan sekolah. Kondisi seperti ini tidak dihiraukan orang tua murid karena dianggap RSBI merupakan sekolah yang terbaik untuk anaknya. Terbukti dengan melesatnya jumlah RSBI yang selalu meningkat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Etalase Kelas Konsumen Baru Indonesia</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan Broad Category, Indonesia 2010, pola distribusi konsumsi Indonesia dihabiskan pada: 5,8% untuk hotel dan ketering; 7,3% untuk produk dan jasa rumah tangga; 5,2% minuman berakohol dan rokok; 7,1% untuk pendidikan; 1,7% untuk komunikasi; 3,6% pakaian dan alas kaki; 17,2% untuk perumahan; 2,1% untuk rekreasi; 3,6% untuk transportasi; 2,5% untuk produk dan jasa kesehatan; 41,7% untuk makanan dan minuman non alkohol; 2,2% untuk barang dan jasa lain. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hingga tahun 2012 ketergantungan terhadap internet bagi kelas konsumen baru telah mencapai 45.447 juta jiwa, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 36.498 juta jiwa. Hal juga dapat terlihat pada tahun 2030 diprediksi kelas komsumen menengah Indonesia menempati empat besar dunia dibawah India, Cina, dan Amerika Serikat. Dan lebih dari 50% penduduk sudah bermukim di kota besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Analisa Pertumbuhan Kelas</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertumbuhan kelas menengah dianggap sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi Negara. Dosen filsafat Universitas Indonesia Rocky Gerung menyebut mereka sebagai parasit kapitalisme. Para Marxis seringkali menyebut mereka sebagai kelas banci yang hanya bertindak mencari aman. Mereka sering disebut penjilat karena melakukan sesuatu sesuai kepentingan. Jika kepentingan lebih dekat dengan kelas borjuis, mereka akan menjadi borjuis. Dan jika kepentingan mereka lebih dekat dengan kelas proletar, maka mereka akan menjadi proletar.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kelas menengah dapat ke atas maupun ke bawah karena secara struktur berada di tengah dan independen. Jika terus dibiarkan kapitalisme akan menghancurkan peradaban yang telah dibangun. Namun sekarang kapitalisme muncul dengan wajah yang lebih humanis. Mereka selalu menindas kelas yang lemah dan kelas menengah. Dalam hal ini tanpa disadari kelas menengah telah menjadi alat untuk melanggengkan struktur sosial yang kapitalis bentuk. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain Marx, Weber juga menganalisis mengenai kelas ini. Menurutnya kelas menengah merupakan kelas yang memiliki penghasilan diantara orang kaya dan orang miskin. Weber lebih mengedepankan perhitungan berdasarkan data statistik daripada kepemilikan faktor produksi yang dikemukakan Marx.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Analisis Perubahan Sosial</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Perubahan social melibatkan perubahan dalam dimensi struktural, kultural, dan interaksional. Ibn Khaldun menyatakan sistem sosial manusia berubah mengikut kemampuan berfikir, keadaan muka bumi sekitar mereka, pengaruh iklim, makanan, emosi serta jiwa manusia itu sendiri. Ibn Khaldun juga berpendapat bahwa institusi masyarakat berkembang mengikuti tahapan dengan tertib bermula dengan tahap primitif, pemilikan, diikuti tahap peradaban dan kemakmuran sebelum tahap kemunduran. Teori Ibn Khaldun mengenai hal ini banyak menginspirasi sosiolog barat seperti Auguste Comte, Emile Durkheim, Max Weber, dan lain-lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Max Weber pada dasarnya melihat perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat adalah akibat dari pergeseran nilai yang dijadikan orientasi kehidupan masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi pada Indonesia dengan maraknya golongan menengah mengindikasikan bahwa Indonesia sedang mengalami fase pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga berefek pada etimpangan pendapatan yang tinggi antara penghasilan si kaya dan si miskin. Seiring pertambahan penghasilan, kelas menengah seringkali merubah gaya hidupnya seperti apa yang diinginkan kapitalis. Mereka mengkonsumsi barang dan jasa bukan hanya berdasarkan kebutuhan, melainkan keinginan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hal ini Indonesia sedang mengalami fase yang disebut sebagai era globalisasi. Setiap Negara akan mengalami efek dari globalisasi ini. Globalisasi ditandai dengan perkembangan sistem komunikasi dan informasi. Globalisasi yang ketika tidak mampu dibendung akan mengakibatkan perubahan sosial yang menggerus berbagai nilai dan norma Negara yang dilaluinya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kelas menengah yang semakin marak ini menjadi konsumen baru para kapitalis. Pastinya kapitalis yang berwajah humanis ini merasa senang dengan kelahiran kelas ini. Mereka yang mengkonsumsi segala sesuatu yang tengah menjadi popular. Ini tidak terlepas dari perkembangan dunia maya khususnya situs jejaring sosial. Karena semakin tinggi pendapatan seseorang, dia akan menjadi semakin konsumtif. Fenomena yang ditimbulkan kelas konsumen baru ini telah membuktikan bahwa era modern telah berlangsung pada masyarakat Indonesia. Bahkan oleh beberapa ahli fenomena ini membuktikan masyarakat Indonesia telah mengalami fase postmodern. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagaimana disebut oleh Ibn Khaldun, masyarakat Indonesia awalnya adalah masyarakat primitif. Mereka hidup secara nomaden. Seiring ditemukannya berbagai alat untuk menopang kehidupan, akhirnya mereka membuka ladang-ladang untuk ditanami tumbuhan. Mereka mulai hidup menetap di suatu daerah yang biasanya dekat dengan sumber air seperti danau dan aliran sungai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pola ini telah bertahan lama hingga akhirnya masyarakat Indonesia mulai mengenal berbagai bentuk pemilikan tanah. Disinilah mulai berkembang masa feodalisme. Hal ini terus berlanjut dengan tahap dimana berbagai ajaran agama dan budaya masuk ke Indonesia. Telah terjadi akulturasi dan asimilasi budaya hingga masa penjajahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah merdeka, masyarakat Indonesia mulai menjadi bangsa yang berdiri sendiri. Unsur-unsur kebudayaan asing tetap masuk namun dalam batas kewajaran. Setelah orde baru, corak kapitalisasi dan liberalisasi ekonomi mulai terlihat. Unsur-unsur budaya asing mulai dicerap seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi. Unsur-unsur modernisasi telah menjelma menjadi adat istiadat Indonesia yang baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski saat ini Indonesia sedang dianggap menanjak kearah perbaikan ekonomi, hal ini tetap disayangkan karena bangkitnya kelas menengah ini tidak mengangkat perekonomian Indonesia. Mereka hanya menjadi konsumen tetap kapitalis dan jarang menguntungkan Negara. Hal ini diharapkan akan hilang agar Indonesia tidak mengalami kehancuran sebelum menciptakan peradaban besar di dunia global.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemajuan yang didasarkan pada kenaikan pendapatan ekonomi seharusnya bukanlah alat pengukur kemakmuran. Sebagaimana diketahui, era perkembangan kelas mengengah ini telah dialami berbagai Negara yang dinyatakan maju dalam perekonomian. Semakin “maju” tiap Negara tidak menjadikan suatu Negara memiliki masyarakat yang berkwalitas. Ketika tolak ukur perekonomian ini terus menerus diterapkan oleh Indonesia, maka Indonesia yang merupakan bagian dari dunia ketiga akan terus berada dalam bayang-bayang pola konsumsi budaya Barat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-60728682156107415062013-07-15T05:34:00.001-07:002013-07-15T05:34:33.699-07:00Helenisme<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Helenisme:
Periode Panjang Sejak Zaman Aristoteles Menjelang Akhir Abad 4 SEB Hingga Ebad
4 EB</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">oleh, Anita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aristoteles meninggal
pada 322 SEB, ketika itu Athena telah kehilangan peran dominannya. Ini
dikarenakan pemberontakan politik akibat penaklukan Alexander Agung (356-323
SEB). Alexander Agung merupakan Raja Macedonia. Dia seorang yang menaklukan
Mesir dan dunia Timur hingga India serta peradaban Yunani. Inilah awal zaman
baru manusia. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Zaman baru ini
berlangsung kira-kira 300 tahun dengan Yunani memainkan peran utama. Zaman ini
disebut Hellenisme yang mengacu pada periode maupun kebudayaan yang didominasi
Yunani. Yunani berjaya di tiga kerajaan, yaitu Macedonia, Syria, dan Mesir.
Namun pada 50 SEB, Roma lebih kuat dalam bidang militer dan politik. Inilah
zaman Yunani kuno akhir yang ditandai kekuasaan Romawi, padahal Roma merupakan
bagian dari kebudayaan Yunani. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Helenisme ditandai
dengan fakta bahwa perbatasan antara berbagai Negara dan kebudayaan menjadi
terhapus. Kebudayaan ini membentuk sebuah agama nasional. Karena kota ini dipengaruhi
gagasan dari penjuru dunia. Rumusan-rumusan agama yang baru bermunculan
sehingga dapat mengambil alih Dewa-dewa dan keyakinan-keyakinan dari negeri
lama. Inilah yang disebut sinkretisme atau perpaduan keyakinan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Era ini pula ditandai
dengan keraguan banyak orang mengenai filsafat hidup mereka. Zaman Yunani kuno
akhir ditandai dengan keraguan agama, melarutnya kebudayaan, dan pesimisme. Ciri
umum agama baru yang berkembang adalah ajaran mengenai bagaimana umat manusia
dapat terlepas dari kematian. Orang yang percaya mengharapkan keabadian jiwa
dan kehidupan yang kekal. Wawasan mengenai hakekat sejati sama pentingnya
dengan upacara agama untuk memperoleh keselamatan. Selanjutnya filsafat juga
mengalir ke arah keselamatan dan ketenangan. Wawasan filsafat mengarahkan pada
kebebasan dari pesimisme dan rasa takut pada kematian. Kini batasan agama dan
filsafat semakin hilang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tiga filsuf besar
Athena menjadi sumber aliran-aliran filsafat. Ilmu pengetahuan Hellenistik
dipengaruhi campuran pengetahuan berbagai kebudayaan. Kota Alexandria menjadi
tempat pertemuan antara Timur dan Barat. Athena tetap menjadi pusat pengkajian
filsafat. Filsafat Helenistik selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang
dikemukakan Socrates, Plato, dan Aristoteles. Filsafat ini berbicara banyak
mengenai Etika. Aliran-aliran dalam filsafat yang berkembang saat itu adalah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kaum
Sinis<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Konon,
suatu hari Socrates berdiri menatap kedai yang sedang ramai, kemudian dia
menyatakan “Betapa banyak benda yang tak kuperlukan!”. Inilah moto aliran sinis
yang didirikan oleh Antisthenes di Athena sekitar 400 SEB, salah satu murid
Socrates. Kaum sinis menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak terdapat pada
kelebihan lahiriah seperti kemewahan materi, kekuasaan politik, dan kesehatan
yang baik. Kebahagiaan sejati terletak pada ketidaktergantungan pada segala
sesuatu yang acak dan mengambang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kemudian
ini diteruskan oleh Diogenes yang hidup dalam tong dan tidak memiliki apapun
kecuali sebuah mantel, tongkat, dan kantong roti. Suatu hari dia didatangi
Alexander Agung dan Raja itu berdiri disamping tong sehingga menutupi cahaya
matahari untuk masuk. Kemudian Alexander Agung bertanya apa yang dapat
diberikan padanya, Diogenes kemudian menjawab bahwa dia hanya ingin Alexander
bergeser agar cahaya matahari tidak terhalangi. Ini menyisaratkan bahwa dia
telah memiliki semua yang diinginkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kaum
sinis percaya orang tidak perlu memikirkan kesehatan, penderitaan yang dialami
dirinya dan orang lain. Istilah sinisme kini berarti ketidakpercayaan yang mengandung
cemooh pada ketulusan manusia dan ketidakpekaan terhadap penderitaan orang
lain.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kaum
Stoik<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kaum stoik muncul di
Athena sekitar 300 SEB. Pendirinya adalah Zeno yang berasal dari Syprus. Stoik
berasal dari bahasa Yunani yang berarti serambi (stoa). Seperti Heraclitus,
kaum stoik percaya bahwa setiap orang adalah sebuah miniatur, atau mikrokosmos
yang merupakan cerminan makrokosmos. Ada satu kebenaran universal yang
dinamakan hukum alam yang didasarkan pada akal manusia yang abadi dan
universal. Hukum alam mengatur seluruh umat manusia. Ketentuan Undang-undang
dari berbagai Negara hanyalah tiruan tidak sempurna dari hukum yang ada pada
alam itu sendiri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mereka juga menyangkal
adanya pertentangan antara “ruh” dan “materi”. Menurut mereka hanya ada satu
alam. Gagasan ini disebut minisme. Kaum stoik adalah kaum yang kosmopolitan dan
lebih mudah menerima kebudayaan kontemporer, mereka memberi perhatian pada
persahabatan manusia, sibuk dengan politik, dan menjadi negarawan yang aktif
seperti kaisar Romawi Marcus Aurelus (121-180 EB). Selain itu ada Cicero
(106-43 SEB) yang membentuk konsep humanism, yaitu pandangan hidup yang
menempatkan individu sebagai fokus utamanya. Selanjutnya Seneca (4 SEB-65 EB)
mengatakan bahwa “bagi umat manusia, manusia itu suci”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kaum stoik menekankan
bahwa semua proses alam, seperti penyakit dan kematian mengikuti proses alam.
Karena itu manusia harus belajar menerima takdir karena tidak ada sesuatu yang
terjadi secara kebetulan. Segala sesuatu terjadi karena ada sebabnya. Oleh
sebab itu, manusia tidak boleh gelisah. Kaum stoik beranggapan bahwa seseorang tidak
boleh membiarkan perasaan menguasai dirinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kaum
Epicurean<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Salah satu murid
Socrates, Aristippus mengatakan bahwa tujuan hidup adalah untuk meraih
kenikmatan indrawi setinggi mungkin. Kebaikan tertinggi menurutnya adalah
kenikmatan. Sedangkan kejahatan tertinggi adalah penderitaan. Sekitar 300 SEB,
Epicurus (341-270 SEB) mendirikan aliran filsafat ini, dan pengikutnya disebut
Epicurean. Dia mengembangkan etika kenikmatan Aristippus dan menggabungkannya
dengan teori atom Democritus. Konon sehari-hari kaum Epicurean hidup dan tinggal
di sebuah taman.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Epicurus menekankan
bahwa hasil-hasil yang menyenangkan dalam jangka pendek harus ditahan demi
kemungkinan timbulnya kenikmatan yang lebih besar, lebih kekal, dan lebih hebat
dalam jangka panjang. Tidak seperti binatang, manusia dapat merencanakan
hidupnya. Manusia mampu membuat kalkulasi kenikmatan. Nafsu harus ditekan dan
ketentraman hati akan membantu menahan penderitaan. Supaya dapat menjalani
hidup dengan baik, manusia harus mengatasi rasa takut akan kematian. Dalam hal
ini Epicurus memanfaatkan teori Democritus mengenai atom jiwa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Epicurus merangkum
aliran filsafatnya dalam empat ramuan obat, yaitu <i>pertama</i>, Dewa-dewa bukan untuk ditakuti. <i>Kedua</i>, kematian tidak perlu dikhawatirkan. <i>Ketiga</i>, kebaikan itu mungkin dicapai. <i>Keempat</i>, ketakutan itu mudah ditanggulangi. Tidak seperti kaum stoik,
kaum Epicurean tidak berminat sama sekali dengan politik dan masyarakat. Mereka
hidup dalam pengasingan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Neoplatonisme<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tokoh
paling penting dalam Neoplatonisme adalah Plotinus (205-270 EB) yang
mempelajari filsafat di Alexandria tapi kemudian menetap di Roma. Plotinus
membawa ke Roma suatu doktrin keselamatan yang bersaing keras dengan ajaran
Kristen. Menurutnya manusia menjadi makhluk ganda yaitu raga dan jiwa yang
kekal. Plotinus percaya bahwa dunia terentang antara dua kutub. Di ujung kutub yang
satu adalah cahaya ilahi yang dinamakan Yang Esa atau Tuhan. Ujung kutub yang
satunya adalah kegelapan mutlak yang tidak menerima cahaya dari Yang Esa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tapi
maksud kegelapan menurut Plotinus sebenarnya adalah tidak ada. Yang ada
hanyalah Tuhan, atau Yang Esa. Tetapi, sebagaimana suatu cahaya, semakin lama
semakin kecil dan akhirnya lenyap. Di suatu tempat ada suatu titik yang
didalamnya cahaya ilahi tidak dapat sampai. Jiwa disinari oleh cahaya dari Yang
Esa, sementara materi adalah kegelapan yang tidak mempunyai keberadaan yang
nyata. Dia membayangkan realitas api unggun. Suatu yang menyala adalah Tuhan
dan kegelapan diluarnya adalah materi dingin yang darinya manusia dan binatang
tercipta. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Yang
paling dekat dengan Tuhan adalah gagasan-gagasan kekal yang merupakan bentuk
pertama dari semua makhluk. Jiwa manusia sebenarnya adalah sepercik cahaya.
Yang paling jauh dari Tuhan yang hidup adalah tanah dan air serta batu. Maksud
dari semua itu adalah segala sesuatu menyimpan misteri ilahi. Namun manusialah
sebenarnya misteri itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kiasan
Plotinus mirip mitos gua yang dikemukakan Plato; semakin dekat pada gua,
semakin dekatlah pada eksistensi. Doktrin Plotinus dicirikan oleh pengalaman
tentang kesatuan. Segala sesuatu itu satu sebab segala sesuatu berasal dari
Tuhan. Plotinus juga mengalami penyatuan antara jiwa dan Tuhan. Inilah yang
diisebut pengalaman mistik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pengalaman
mistik adalah pengalaman menyatu dengan Tuhan atau jiwa kosmik. Gagasan pokoknya
adalah apa yang biasa disebut “aku” bukanlah “aku” yang sebenarnya. Aku adalah
Tuhan atau ruh kosmik, alam, dan semesta raya. Ketika penyatuan itu terjadi,
ahli mistik merasakan bahwa ia kehilangan dirinya dan lenyap pada diri Tuhan
sebagaimana setitik air kehilangan dirinya ketika menyatu dengan samudra.
Manusia merasa bahwa dirinyalah ruh kosmik itu sendiri yang menjadi Tuhan. “Aku
sehari-hari adalah sesuatu yang suatu hari nanti akan hilang”, inilah moto kaum
ini. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Aku”
sebenarnya hanya dapat dialami jika manusia meniadakan dirinya. Ini yang
menurut ahli mistik sebagai api misterius yang abadi menyala. Pengalaman mistik
itu selalu datang ketika manusia mencari jalan melakukan pembersihan jiwa dan jalan
pencerahan. Jalan ini berupa hidup sederhana dan berbagai teknik meditasi.
Kecenderungan ini ada dalam agama besar dunia yang menembus seluruh batasan
budaya. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam
mistisisme Barat yaitu dalam agama Yahudi, Kristen, dan Islam, pertemuan ini
terjadi dengan Tuhan Pribadi karena Dia berada jauh diatas dan di luar dunia.
Dalam mistisisme Timur yaitu agama Hindu, Budha, dan agama kuno Cina mereka
mengalami penyatuan total dengan Tuhan atau Ruh kosmik. Sebab Tuhan tidak hanya
ada di dunia, dan bisa berada dimana saja. <o:p></o:p></span></div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-57818330326760866592013-07-15T05:33:00.003-07:002013-07-15T05:33:49.139-07:00Pemikiran Aristoteles<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: .5in;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Intisari
Pemikiran Aristoteles<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: .5in;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">oleh,
Anita<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aristoteles (384-322
SEB), adalah murid Plato selama hampir 20 tahun. Dia bukan penduduk asli
Athena, dia dilahirkan di Macedonia dan datang ke <i>Academy</i> Plato saat usia Plato 61 tahun. Ayah Aristoteles adalah
seorang dokter yang cukup disegani. Aristoteles tertarik pada telaah tentang
alam. Oleh karena itu selain sebagai filsuf besar terakhir Yunani, dia juga
merupakan ahli biologi besar Eropa yang pertama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Disaat Plato sangat
sibuk dengan bentuk-bentuk yang kekal, Aristoteles justru menyibukkan diri
dengan perubahan alam. Aristoteles menelaah katak dan ikan, aneka bunga dan
pohon. Sementara Plato menggunakan akalnya, Aristoteles menggunakan perasaannya
juga. Sebagaimana diketahui Plato merupakan penyair dan ahli mitologi, sedangakan
Aristoteles menulis beberapa ensiklopedi. Catatan dunia kuno mengabarkan
tulisan Aristoteles berjumlah 170 judul, dan 47 judul yang dilestarkan.
Buku-buku tersebut sekedar berisi catatan kuliah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aristoteles berjasa
dalam menciptakan <i>terminology</i> yang
masih digunakan ilmuwan hingga saat ini. Dia juga merupakan organisator ulung
yang mendirikan dan mengklasifikasian berbagai ilmu. i Aristoteles juga
tercatat sebagai orang yang mendirikan disiplin Logika sebagai ilmu. Dalam ilmu
pengetahuan banyak hal yang tidak disepakati Aristoteles dengan gurunya.
Aristoteles bahwak menganggap Plato menjungkirbalikkan banyak hal. Dia setuju
dengan Plato bahwa kuda-kuda “berubah” dan bahwa tidak ada kuda yang hidup
selamanya. Dia juga setuju bentuk nyata dari kuda itu kekal dan abadi. Tapi ide
kuda itu adalah konsep yang dibentuk manusia setelah melihat sejumlah kuda
tertentu. Kuda “ide” karenanya tidak mempunyai eksistensi sendiri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bagi Aristoteles kuda
“ide” atau “bentuk” tercipta dari ciri-ciri kuda yang mendefinisikan apa yang
kini kita sebut “spesies” kuda,. Ide-ide mengenai kuda ada di dalam kuda itu
sendiri, inilah yang menjadi ciri khas dari kuda tersebut. Aristoteles juga tidak
setuju bahwa ayam “ide” ada sebelum adanya “ayam nyata”. Yang Aristoteles
maksudkan sebagai ayam ide sebagai ciri khas ayam itu sendiri misalnya
bertelur. Ayam “nyata” dan ayam “ide” karenanya tidak dapat dipisahkan
sebagaimana tubuh dan jiwa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tingkat realitas
tertinggi dalam teori Plato adalah sesuatu yang dipikirkan oleh akal manusia.
Sedangkan menurut Aristoteles, tingkat realitas tertinggi adalah sesuatu yang
dilihat dengan indra. Aristoteles juga berpendapat bahwa benda-benda yang
berada dalam jiwa manusia itu semacam cerminan objek-objek alam. Maka alam
adalah dunia yang nyata. Menurutnya Plato terperangkap dalam gambaran mitologis
dunia yang didalamnya imajinasi manusia disamakan dengan dunia nyata.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aristoteles
mengemukakan bahwa tidak ada sesuatupun di dalam kesadaran yang belum pernah
dialami oleh indra. Menurut Aristoteles, Plato menggandakan benda-benda ketika
mengatakan bahwa tidak ada sesuatu di dunia alam ini yang sebelumnya tidak
lebih dahulu ada di dunia ide. Aristoteles berpendapat bahwa seluruh pemikiran
dan gagasan masuk ke dalam kesadaran melalui apa yang pernah didengar dan
dilihat. Namun manusia menurutnya juga
memiliki akal bawaan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Manusia tidak memiliki
ide bawaan melainkan mempunyai kemampuan untuk mengorganisasikan seluruh kesan
indrawi dalam kategori-kategori dan kelompok. Dengan cara ini, konsep batu, konsep
manusia, dan konsep tanaman timbul. Aristoteles tidak menyangkal bahwa manusia
mampunyai akal bawaan. Sebaliknya justru akal inilah pembeda antara manusia dan
makhluk lainnya. Namun akal manusia tidak sama sekali kosong sampai dirinya
mengalami sesuatu. Oleh karena itu menurutnya manusia tidak memiliki ide
bawaan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Realitas terdiri dari
berbagai benda terpisah yang menciptakan suatu kesatuan antara bentuk dan
substansi. “Substansi” adalah bahan untuk membuat benda-benda, sedangkan
“bentuk” atau “aksiden” adalah ciri khas masing-masing benda. Contohnya bentuk
ayam yang selalu berkotek serta bertelur. Bentuk seekor ayam itu merupakan ciri
khas dari spesies itu atau dapat disebut hakekatnya. Jika ayam mati, maka dia
takkan berkotek lagi, dan bentuknya tak ada lagi. Salah satu yang tinggal
adalah “substansi” ayam itu. Substansi selalu menyimpan potensi untuk
mewujudkan suatu bentuk tertentu. Substansi selalu berusaha untuk mewujudkan
potensi bawaan. Setiap perubahan alam merupakan perubahan substansi dari yang
“potensial” menjadi “aktual”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagai contoh, seorang
pematung yang melihat sebuah marmer untuk dibentuk sebuah kuda. Si pematung
telah mengetahui bahwa marmer berpotensi membentuk seekor kuda. Sama halnya
dengan Aristoteles yang percaya bahwa segala sesuatu di alam ini mempunyai
potensi untuk menjadikannya nyata, atau mencapai satu bentuk tertentu. Demikian
juga sebutir telur ayam memiliki potensi menjadi seekor ayam, namun tidak semua
telur ayam dapat menjadi ayam. Seperti juga telur ayam tadi ketika menetas
tidak dapat menjadi bebek. Karena potensi tersebut tidak ada dalam bentuk ayam.
“Bentuk” dari sesuatu, karenanya menunjukkan batasan dan juga potensinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketika Aristoteles
membicarakan “substansi” dan “bentuk atau aksiden” dari benda-benda, dia tidak
hanya mengacu pada organisme hidup, sebagaimana “bentuk” batu adalah jatuh ke
tanah. Selain itu, Aristoteles memiliki pandangan mengenai hubungan sebab
akibat di alam. Sebab yang dimaksudkan adalah bagaimana hal itu dapat terjadi.
Aristoteles berkeyakinan bahwa ada sebab-sebab yang berbeda di alam.
Sebab-sebab tersebut berjumlah empat, dan ada sebab terakhir dari alam ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Contoh dalam hal ini
adalah proses terjadinya hujan. Sebab pertama dari hal ini adalah “sebab
material”, yaitu uap atau awan ada disana ketika udara mendingin. Sebab kedua
adalah “sebab efisien”, yaitu uap air yang mendingin. Sebab ketiga adalah
“sebab formal” yaitu “bentuk” atau sifat-sifat air adalah jatuh ke bumi.
Menurut Aristoteles “sebab terakhir” hujan adalah karena tanaman dan binatang
membutuhkan air hujan untuk tumbuh dan berkembang. Aristoteles memberikan pada
air hujan itu suatu tugas-kehidupan, atau tujuan. Aristoteles percaya bahwa ada
tujuan di balik segala sesuatu di alam ini. Tuhan menciptakan dunia sebagaimana
adanya agar seluruh makhluknya dapat hidup di dalamnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Perbedaan antara
“bentuk” dan “substansi” memainkan peranan penting dalam penjelasan Aristoteles
tentang cara memandang benda-benda di dunia. Ketika manusia melihat
benda-benda, maka dia akan menggolongkannya dalam berbagai kategori atau
kelompok. Sebagai contoh kuda-kuda tidak percis sama, namun mereka mempunyai
sesuatu yang sama, yaitu “bentuk kuda”. Semua yang membedakan atau bersifat
individual, termasuk di dalamnya “substansi” kuda itu. Selain contoh tersebut,
manusia juga membedakan benda-benda yang terbuat dari batu ataupun dari karet.
Manusia juga membedakan antara makhluk hidup dan benda mati. Selanjutnya dari
makhliuk hidup dibedakan lagi antara tumbuhan, hewan, dan manusia. Aristoteles
ingin membuktikan bahwa segala sesuatu di alam termasuk dalam kategori dan
subkategori yang berbeda-beda.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aristoteles adalah
seorang organisator yang ingin menjernihkan konsep-konsep manusia. Dalam logika
Aristoteles, terdapat premis, “semua makhluk hidup akan mati” (premis pertama),
“Anita adalah makhluk hidup” (premis kedua), maka kesimpulannya “Anita akan
mati”. Namun hubungan antara kelompok-kelompok benda tidak selalu jelas, maka
harus dijelaskan konsep-konsepnya. Misalnya adalah pertanyaan “Apakah bayi
tikus menyusu pada induknya seperti anak domba dan anak kucing?” ini dapat
dikelompokkan karena tikus, domba, dan kucing tidak bertelur melainkan
melahirkan. Binatang yang melahirkan anak hidup disebut mamalia, dan mamalia
adalah binatang yang menyusu pada induknya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa bayi tikus menyusu pada induknya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketika Aristoteles
menjelaskan tentang kehidupan, pertama-tama dia menyatakan bahwa segala sesuatu
di alam ini terbagi menjadi dua kategori utama. Di satu pihak ada benda mati
yang tidak mempunyai potensi untuk berubah selain dari pengaruh luar. Sedangkan
yang kedua adalah benda hidup yang mempunyai potensi untuk berubah dan terbagi
menjadi dua kategori, yaitu tanaman dan makhluk. Makhluk dapat dibagi menjadi
dua subkategori yaitu binatang dan manusia. Dalam kategori ini terdapat dua
perbedaan antara benda mati dan benda hidup sebagaimana perbedaan antara
tanaman dan binatang. Aristoteles membagi fenomena alam ke dalam berbagai kategori,
kriterianya adalah ciri objek itu atau secara lebih khusus apa yang dilakukan
atau apa yang dapat dilakukannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Semua benda hidup;
tanaman, hewan, dan manusia memiliki kemampuan untuk menyerap makanan, tumbuh,
dan berkembang biak. Semua makhluk hidup; hewan dan manusia memiliki kemampuan
mengenali keadaan di sekeliling dan bergerak. Setiap manusia memiliki kemampuan
untuk berpikir atau mengatur persepsi mereka ke dalam kategori dan golongan.
Oleh karena itu tidak ada batasan tegas dalam alam ini. Terdapat transisi
sedikit demi sedikit dari tanaman sederhana ke tanaman yang lebih rumit. Di
puncak tangga ini ada manusia yang menjalani kehidupan alam sepenuhnya. Menurut
Aristoteles, manusia memiliki akal ilahi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tuhan pasti yang memulai
semua gerakan di dunia alam ini. Oleh karena itu, Tuhan berada di puncak tangga
alam. Aristoteles juga mengatakan bahwa benda-benda langit bergerak secara
teratur karena digerakkan oleh tangga tertinggi itu. Aristoteles menyebut Tuhan
juga sebagai penggerak pertama. Penggerak pertama itu tidak bergerak namun ia
merupakan “sebab formal” dari gerakan benda-benda di angkasa dan semua gerakan
pada alam ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aristoteles juga menyebut
“bentuk” manusia terdiri dari jiwa, yang mempunyai bagian yang menyerupai
tanaman, bagian binatang, dan bagian rasional. Dengan demikian manusia dapat
mencapai kebahagiaan dengan memanfaatkan seluruh kemampuan dan kecakapannya.
Aristoteles menyatakan ada tiga bentuk kebahagiaan; yang <i>pertama</i> adalah hidup senang dan nikmat. Yang <i>kedua</i> menjadi warga Negara yang bebas dan bertanggung jawab. Yang <i>ketiga </i>adalah ahli pikir atau filsuf.
Ketiga kriteria itu menurutnya harus hadir dalam waktu bersamaan dan dalam
bentuk yang seimbang. Aristoteles juga mendukung jalan tengah, yaitu manusia
tidak boleh bersifat gegabah maupun pengecut melainkan tetap berani dalam
mengambil keputusan. Aristoteles banyak terpengaruh pengobatan Yunani; hanya
dengan menjaga kesehatan dan kesederhanaan sajalah manusia dapat mencapai hidup
bahagia atau “selaras”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Manusia menurut
Aristoteles adalah hewan yang berpolitik. Tanpa masyarakat sekeliling, manusia
bukanlah manusia yang sejati. Bentuk tertinggi persahabatan manusia terdapat
dalam Negara. Aristoteles mengemukakan tiga konstitusi yang baik. <i>Pertama</i>, monarki atau kerajaan dengan
satu kepala Negara. Agar bentuk konstitusi ini dapat berjalan dengan baik, ia
tidak boleh melenceng dari tirani.
Bentuk konstitusi yang baik lainnya adalah <i>aristokrasi</i>,
yang didalamnaya ada sekelompok besar atau kecil, pemimpin. Bentuk konstitusi
ini tidak boleh melenceng dari oligarki. Yang <i>ketiga</i> adalah <i>polity</i> atau
demokrasi yang memiliki keburukan dapat dengan cepat menjadi pemerintahan oleh
kawanan (mob rule).<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Terhadap wanita, Aristoteles
memandang secara negatif, dia menyebut wanita memiliki kelemahan dalam beberapa
hal. Dalam reproduksi, wanita bersikap pasif dan represif, sementara pria aktif
dan produktif. Dia percaya bahwa seluruh sifat anak terkumpul lengkap dengan
sperma pria. Wanita adalah ladang yang menerima atau menumbukan benih sementara
pria yang menanam. Dalam bahasanya, pria menyediakan “bentuk” dan wanita
menyumbangkan “substansi”. Pandangan Aristoteles mengenai wanita ini yang
kemudian diadopsi bangsa Eropa pada abad pertengahan.<o:p></o:p></span></div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-7645901252060924832013-07-15T02:03:00.005-07:002013-07-15T02:03:38.805-07:00Intisari pemikiran Plato<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kota
Athena Kuno dan Intisari Pemikiran Plato<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">oleh,
Anita<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Gambaran
Tentang Athena<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kota tersebut bernama
Acropolis yang berarti Benteng atau Kota di atas bukit. Manusia diperkirakan
telah ada di kota ini sejak zaman batu. Acropolis digunakan sebagai kubu dan
kuil suci. Pada tahun 480 SEB, Raja Persia Xerxes merampas Athena dan membakar
seluruh bangunan batu di Acropolis. Satu tahun kemudian Persia berhasil
dikalahkan dan setelah itu masa keemasan Athena bermula karena kota Acropolis
dibangun kembali dengan lebih megah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Disinilah tempat
Socrates berkelana dan berdiskusi dengan penduduk kota. Disitu terdapat kuil
terbesar yang bernama Parthenon, yang berarti “Tempat sang Perawan”. Kuil ini
dibangun sebagai penghormatan terhadap Athene, Dewi Pelindung Athena. Di kota
ini juga terdapat teater Dionysos kuno, disinilah tragedi-tragedi besar
Aeschylus, Sophocles, dan Europidos ditampilkan pada zaman Socrates.
Ditampilkan juga tragedi mengenai Raja Oedipus. Kesemua tragedi ini dimainkan
dalam bentuk komedi. Penulis komedi terbaik adalah Aristophanes, yang juga
menulis komedi balas dendam mengenai Socrates sebagai badut Athena.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dibelakang semua ini
terdapat tembok batu yang digunakan para aktor sebagai latar belakang yang
bernama <i>skene</i> atau <i>scene</i> dalam bahasa Inggris. Kata <i>theater</i> juga berasal dari kata kuno
Yunani yang berarti melihat. Terdapat pula bukit kecil yang dinamakan
Aeropagos, tempat pengadilan Tinggi memberikan putusan terhadap sidang
pembunuhan. Didekatnya terdapat lapangan kota tua yang bernama Agora.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Latar
Belakang Plato dan Pemikirannya<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Plato (428-347 SEB)
berusia 29 tahun ketika Socrates meminum racun cemara. Bagi Plato, kematian
Socrates merupakan contoh mencolok dari konflik yang dapat timbul antara
masyarakat dan individu. Tindakan pertama Plato sebagai filsuf setelah kejadian
ini adalah menerbitkan karya Socrates, Apologi yang merupakan suatu gagasan
tentang pembelaannya dihadapan para juri. Selain itu Plato juga menulis
kumpulan Epistles dan kira-kira 25 Dialog filsafat. Karya ini didapat karena
Plato mendirikan sekolah filsafat yang disebut <i>Academus </i>atau <i>Academy</i>.
Subjek pertama yang diajarkan dalam <i>Academy</i>
adalah filsafat, matematika, dan olahraga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Plato memikirkan
hubungan yang kekal dan abadi, disatu pihak dan “berubah” di pihak lain. Secara
ringkas para sophis beranggapan bahwa persepsi mengenai apa yang benar atau
salah beragam dari satu Negara kota ke Negara kota lain, dan dari satu generasi
ke generasi selanjutnya. Jadi kebenaran dan kesalahan adalah sesuatu yang
mengalir. Menurut Socrates dengan menggunakan akal sehat, kita semua dapat
sampai pada norma-norma abadi, karena akal manusia sesungguhnya kekal dan
abadi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kemudian Plato
memikirkan apa yang kekal dan abadi di alam dan apa yang kekal dan abadi dalam
kaitannya dengan moral dan masyarakat. Plato berusaha menangkap suatu realitas
yang kekal dan abadi. Pada dasarnya para filsuf akan berusaha untuk mengabaikan
masalah-masalah yang menjadi buah bibir dan justru mencoba untuk menarik
perhatian orang-orang pada apa yang selalu “benar”, selalu “indah” dan selalu “baik”.
Plato percaya bahwa segala sesuatu yang nyata di alam ini mengalir. Maka tidak
ada zat yang tidak hancur. Segala sesuatu yang terkait materi dapat terkikis
oleh waktu, namun segala sesuatu yang dibuat sesuai cetakan atau bentuk yang
tak kenal waktu, yang kekal dan abadi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagai contohnya
seekor “kuda” tertentu berubah dengan sendirinya. Ia mungkin akan tua dan
lumpuh, bahkan pada waktunya akan mati. Namun “bentuk” kuda itu tetap kekal dan
abadi. Sesuatu yang kekal dan abadi menurut Plato bukanlah “bahan dasar”
benda-benda fisik, melainkan spiritual dan abstrak yang darinya segala sesuatu
diciptakan. Pada dasarnya atom-atom Democritus tidak pernah membentuk diri mereka
menjadi sesuatu karena berasal dari asal usul yang sama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dia heran bagaimana
fenomena alam dapat begitu serupa. Dia menyimpulkan bahwa itu pasti karena ada
sejumlah terbatas bentuk-bentuk dibalik segala sesuatu yang dilihat disekeliling.
Plato menyebut bentuk-bentuk ini adalah “ide”. Plato menyatakan bahwa pasti ada
realitas dibalik dunia materi. Dia menyebut realitas ini di dunia ide, disitu
tersimpan pola-pola yang kekal dan abadi dibalik berbagai fenomena yang ditemui
di alam. Plato menyamakan segala sesuatu di alam ini seperti busa sabun yang
cepat menghilang. Cepat atau lambat setiap manusia dan binatang akan mati dan
membusuk.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Manusia tidak pernah
dapat memiliki pengetahun sejati tentang sesuatu yang terus berubah. Manusia
hanya mempunyai pendapat tentang benda-benda yang ada di dunia indrawi,
benda-benda nyata. Manusia hanya dapat mempunyai pengetahuan sejati tentang
segala sesuatu yang dapat dipahami akal. Manusia tak selalu dapat mempercayai
bukti dari indra. Akal merupakan lawan dari “perkiraan” atau “perasaan”. Akal
itu kekal dan universal karena ia hanya mengungkapkan keadaan-keadaan yang
kekal dan universal. Manusia hanya memiliki konsepsi-konsepsi yang tidak tepat
mengenai benda-benda yang kita lihat dengan indra kita. Tapi kita dapat
memiliki pengetahuan sejati tentang benda-benda yang kita pahami melalui akal
kita.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Plato percaya bahwa realitas
itu terbagi menjadi dua wilayah. Yang <i>pertama</i>
adalah dunia indra yang mempunyai pengetahuan yang tidak tepat atau tidak
sempurna dengan lima indra. Di dunia indra segala sesuatu berubah dan tidak ada
yang permanen. Di dunia ini segala sesuatu tidak selalu ada dan selalu datang
dan pergi. Wilayah yang <i>kedua</i> adalah
dunia ide yang memiliki pengetahuan sejati dengan menggunakan akal. Dunia ide tidak
dapat ditangkap oleh indra, karena ide itu kekal dan abadi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menurut Plato, manusia
adalah makhluk ganda yang memiliki tubuh yang berubah yang tidak dapat dipindahkan
dari dunia indra yang tunduk pada takdir. Namun manusia memiliki jiwa yang
abadi dan jiwa inilah “dunia akal”. Karena tidak bersifat fisik, jiwa dapat
menyelidiki dunia ide. Plato juga percaya bahwa jiwa telah ada sebelum ia
mendiami tubuh. Tapi setelah jiwa bangkit dalam tubuh manusia, dia telah
melupakan semua ide yang sempurna. Ketika manusia menemukan berbagai berntuk di
dunia alamiah ini, suatu ingatan yang samar-samar menggerakkan jiwanya. Jiwa
mengalami kerinduan untuk kembali pada wujud yang sempurna sebagai tempatnya
yang sejati. Plato menyebut kerinduan ini sebagai “eros” yang berarti cinta.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jiwa mengalami
kerinduan untuk kembali pada asal usulnya yang sejati. Sejak itu tubuh dan
seluruh dunia indra dianggap tidak sempurna dan tidak penting. Jiwa rindu untuk
terbang pulang dengan sayap ide. Ia ingin dibebaskan dari belenggu tubuh. Namun
kebanyakan mannusia bergantung pada “bayangan” ide di dunia indra. Jika melihat
bayang-bayang, maka dia akan mengira terdapat hal yang menyebabkan bayang-bayang
tersebut. Menurut Plato, fenomena alam hanyalah bayang-bayang dari bentuk ide
yang kekal. Tapi kebanyakan manusia telah puas dengan kehidupan di tengah bayang-bayang.
Mereka tidak menyadari bahwa sesungguhnya bayang-bayang itu hanyalah bayang-bayang
yang tidak mengindahkan keabadian jiwa mereka sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Plato mengemukakan hal
ini dalam Mitos Gua. Ada beberapa orang tinggal di dalam sebuah gua bawah
tanah. Mereka duduk membelakangi mulut gua dengan tangan dan kaki terikat
sehingga tak dapat melihat dinding belakang gua. Di belakang mereka ada dinding
tinggi, dan di belakang dinding itu lewat makhluk-makhluk yang menyerupai
manusia, memegang berbagai benda di atas puncak dinding. Karena ada api di
belakang benda-benda ini, timbul bayangan yang berkejab-kejab di dinding
belakang gua. Maka satu-satunya yang dapat dilihat para penghuni gua adalah
permainan bayang-bayang ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketika ada seseorang
yang berusaha membebaskan diri dari ikatan-ikatannya, hal yang pertama kali
ingin dilihatnya adalah asal bayangan ini. Ketika dia berbalik, dia akan merasa
silau dengan api. Dia kemudian terpesona melihat benda-benda yang menghantarkan
bayangan itu secara jelas. Ketika dia memanjat dinding, dia akan merasa lebih
takjub lagi. Untuk pertama kalinya dia melihat bentuk-bentuk dan warna secara
jelas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penghuni gua yang
kegirangan ini dapat pergi keluar dengan kebebasan yang telah diraihnya. Namun
dia memikirkan rekan-rekannya yang masih tertinggal dalam gua. Begitu tiba
disana, dia berusaha memberi tahu keadaan yang disaksikannya. Dia menyatakan
bahwa yang dilihat mereka selama ini hanyalah refleksi dari benda-benda yang
sebenarnya. Tapi penghuni gua tidak mempercayai dan akhirnya mereka
membunuhnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Yang diceritakan Plato
dalam mitos gua adalah jalan yang ditempuh filsuf untuk keluar dari bayang-bayang
menuju gagasan sejati di balik semua fenomena alam. Mitos gua digambarkannya
seperti Socrates yang berani mendidik sesama dengan tanggung jawabnya. Yang
dimaksudkan Plato adalah hubungan antara kegelapan gua dan dunia di luar
berkaitan dengan bentuk-bentuk di dunia alamiah dan dunia ide. Menurut Plato
dunia indra lebih gelap dan suram jika dibandingkan dunia ide yang terang
benderang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mitos gua Plato
terdapat dalam buku Republic. Dalam Dialog ini Plato juga memberi gambaran
mengenai Negara ideal yang dinamakan Negara utopis. Plato mengatakan bahwa
Negara hendaknya diperintah oleh seorang filsuf. Menurut Plato tubuh manusia
terdiri atas tiga bagian: kepala, dada, dan perut. Akal terletak di kepala,
kehendak terletak di dada, dan nafsu terletak di perut. Masing-masing dari
bagian jiwa ini juga memiliki cita-cita atau kebajikan. Akal mencita-citakan
kebijaksanaan, kehendak mencita-citakan keberanian, dan nafsu harus dikekang
sehingga kesopanan dapat ditegakkan. Hanya ketika tiga hal tersebut dijalankan
bersamaan, manusia dapat dikatakan berbudi luhur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Plato membayangkan
Negara yang dibangun dengan cara persis seperti tubuh manusia. Negara mempunyai
pemimpin, pembantu, dan pekerja. Plato menggunakan ilmu pengobatan Yunani
sebagai model. Sebagaimana manusia yang sehat dan selaras mempertahankan
keseimbangan dan kesederhanaan, begitu pula Negara yang baik ditandai dengan
adanya kesadaran setiap orang akan tempat mereka dalam keseluruhan gambar itu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Plato seorang
rasionalis, diapun menyatakan bahwa Negara yang baik diperintah oleh akal
sebagaimana kepala mengatur tubuh, maka filsuflah yang harus mengatur
masyarakat. Negara Plato adalah Negara yang totaliter. Plato juga percaya bahwa
wanita bisa memerintah sama baiknya dengan laki-laki karena sama-sama memiliki
akal. Wanita dapat memiliki penalaran yang sama dengan laki-laki asalkan
memperoleh pelatihan yang sama dan dibebaskan dari kewajiban membesarkan anak
dan mengurusi rumah tangga. Dalam Negara ideal Plato, seorang pemimpin kesatria
juga tidak boleh menjalankan kehidupan keluarga dan memiliki kekayaan pribadi. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam kitab hukum,
Plato menulis bahwa Negara konstutional adalah Negara terbaik kedua di dunia.
Dalam hal ini, kebebasan wanita lebih dibatasi. Sebuah Negara yang tidak
mendidik dan melatih kaum wanita seperti orang yang hanya melatih tangan
kanannya. Dalam dialog Simposium, dia menceritakan seorang pendeta wanita yang legendaries.
Wanita ini bernama Diotima, seorang wanita yang telah memberi wawasan filsafat
kepada Socrates.</span></div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-6551056077037508852013-07-15T01:32:00.002-07:002013-07-15T01:32:19.783-07:00Kaum Sophis dan Socrates<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">FILSAFAT
ATHENA: SEPAK TERJANG KAUM SOPHIS DAN SOCRATES<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">oleh,
Anita<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam mitologi Yunani, “Hermes”
disebut sebagai utusan para Dewa. Kata Hermes kemudian meluas menjadi “Hermetic”
yang berarti tersembunyi atau tak terjangkau. Tindakan para filsuf alam menjauhkan
mereka dari mitologis dunia. Para filsuf alam itu disebut Pra-Socrates, sebab
mereka hidup sebelum Socrates. Socrates mewakili era baru, karena dia merupakan
filsuf besar pertama yang dilahirkan di Athena. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah 450 SEB,
filsafat mengambil jalan baru. Sebelumnya para filsuf alam memusatkan perhatian
pada hakekat dunia fisik beleka. Namun saat itu di Athena minat dipusatkan pada
individu dan kedudukannya dalam masyarakat. Secara lambat laun demokrasi-pun
berkembang, dan hanya orang-orang yang berpendidikan yang dapat berpartisipasi
didalamnya. Menguasai seni berpidato adalah sebuah cara yang dianggap dapat
meyakinkan penduduk Yunani. Pada saat itu sekelompok guru dan filsuf
berkeliling dari koloni-koloni di Yunani dan berkumpul di Athena. Mereka
menamakan diri kaum Sophis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Kata Sophis berarti seseorang yang
berpengetahuan dan bijaksana. Kaum Sophis mencari nafkah dengan mengajar
penduduk dengan imbalan uang. Persamaan kaum Sophis dan filsuf adalah mereka
sama-sama mengkritisi mitologi tradisional. Namun kaum sophis menolak spekulasi
filsafat yang dianggap tidak berguna. Mereka berpendapat bahwa meskipun ada
jawaban untuk pertanyaan filosofis, namun manusia tidak dapat mengetahui
kebenaran mengenai alam dan jagad raya. Dalam filsafat, pandangan seperti ini
disebut skeptisisme. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kaum sophis menyibukkan
diri mereka dengan masalah manusia dan kedudukannya dalam masyarakat. Menurut
salah seorang dari kaum sophis, Protagoras (485-410 SEB), manusia adalah ukuran
segala sesuatu. Masalah benar atau salahnya suatu hal tergantung pada kebutuhan-kebutuhan
seseorang. Kaum sophis tidak mempercayai Dewa Yunani dan mengatakan bahwa
pertanyaan mengenai Dewa terlalu kompleks sedangkan hidup di dunia ini bergitu
singkat. Orang yang tidak mampu mengatakan secara tegas apakah Dewa atau
Tuhan itu ada dinamakan seorang agnostik.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kaum sophis juga
mengemukakan bahwa kesopanan alamiah tidak dapat dipertahankan sebab kesopanan
alamiah bukanlah sifat bawaan lahir manusia. Kesopanan atau tidak merupakan
masalah aturan sosial. Kaum sophis kemudian menciptakan pergulatan sengit di
Athena dengan mengatakan bahwa tidak ada norma mutlak untuk menentukan apa yang
benar dan yang salah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kelahiran
dan Kematian Socrates<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Socrates (470-399 SEB)
merupakan seorang filsuf yang tidak pernah menuliskan ajaran filsafatnya.
Pengetahuan tentang Socrates diperoleh dari Plato yang merupakan salah satu
muridnya. Plato menulis sejumlah Dialog, atau diskusi-diskusi yang
didramatisasi mengenai filsafat. Dia menempatkan Socrates sebagai tokoh utama
dan sebagai juru bicaranya. Socrates menghabiskan hidupnya di alun-alun dan di
pasar untuk berbicara dengan orang-orang yang ditemuinya. Dia mengatakan kepada
masyarakat bahwa “Pohon-pohon di Pedesaan tidak mengajarkan apa-apa
padaku”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Socrates digambarkan
segagai seorang yang memuliki rupa yang tidak menarik. Meskipun begitu,
dikatakan bahwa batinnya sangat merasakan bahagia. Dia mengatakan, “Anda dapat
menemukan pada masa sekarang, Anda dapat menemukannya pada masa lampau, namun
Anda tidak akan menemukan padanannya”. Kata-kata ini bernilai misteri seperti
kehidupannya yang dipenuhi misteri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hakekat seni Socrates
terletak pada sifatnya yang tidak ingin menggurui orang lain. Dia selalu ingin
belajar dari orang-orang yang ditemui olehnya untuk diajak berdiskusi. Socrates
melakukan hal ini dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti tidak
mengetahui apapun. Dalam diskusi ini dia berhasil membuat penentangnya
menyadari kelemahan argumen mereka. Dan karena tersudut mereka menyadari apa
yang benar dan apa yang salah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Socrates memiliki latar
belakang yang sedikit unik, ibunya merupakan seorang bidan. Latar belakang ini
berpengaruh pada aliran filsafatnya. Seperti seorang bidan, dia mengatakan
bahwa kedudukannya hanya sebagai pembantu dalam kelahiran, bukan sebagai yang
melahirkan. Menurutnya dia hanya membantu orang-orang “melahirkan” wawasan yang
benar, sebab pemahaman sejati menurutnya harus timbul dari dalam diri sendiri.
Setiap orang dapat menangkap kebenaran-kebenaran filosofis jika mereka mau
menggunakan akal mereka sendiri. Dengan berlagak bodoh, Socrates memaksa orang-orang
yang ditemui menggunakan akal sehat mereka. Inilah ironi Socrates yang memungkinkannya untuk
mengungkap kelemahan pikiran orang-orang yang diajaknya berdiskusi. Karena
perlakuannya tersebut, orang-orang menganggapnya sangat menjengkelkan, apalagi
di kalangan orang-orang yang memiliki kekuasaan. Socrates selanjutnya
mengatakan bahwa “Athena seperti kuda lembam dan akulah pengganggu yang
menyengatnya agar beringas”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Socrates selalu mengatakan
bahwa dirinya selalu menyimpan “suara ilahi”. Dia melakukan protes terhadap
hukuman mati yang diterapkan pada orang-orang yang dianggap bersalah. Pada 399 SEB,
dia didakwa memperkenalkan Dewa-dewa baru dan merusak kaum muda serta tidak mempercayai
Dewa-dewa yang telah diterima dalam mitologi Yunani. Socrates kemudian didakwa
bersalah oleh lima ratus orang juri. Socrates menghargai hati nuraninya dan menyatakan
bahwa kebenaran lebih tinggi daripada nyawanya sendiri. Socrates tewas setelah
dipaksa meminum racun cemara.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Socrates hidup di masa
yang sama dengan kaum sophis. Bahkan generasi setelahnya yaitu Cicero mengatakan
bahwa “Socrates menurunkan filsafat dari langit, mengantarkan ke kota-kota,
memperkenalan ke rumah-rumah dan memaksanya untuk menelaah kehidupan etika,
kebaikan, dan kejahatan”. Namun Socrates berbeda dengan kaum sophis yaitu dia
tidak menganggap dirinya bijaksana dan pandai. Socrates menyebut dirinya
sebagai filsuf yang sesungguhnya berarti “orang yang mencintai kebijaksanaan”.
Seorang filsuf mengetahui bahwa dalam kenyataannya hanya sedikit yang
diketahuinya. Itulah sebabnya dia selalu berusaha untuk mengetahui kebenaran
yang sejati. Filsuf juga merupakan seseorang yang mengetahui bahwa ada banyak
hal yang tidak dipahaminya, dan dia merasa terganggu olehnya. Socrates
menyatakan bahwa “orang yang paling bijaksana adalah yang mengetahui bahwa dia
tidak tahu” dan “hanya satu yang aku tahu yaitu aku tidak tahu apa-apa”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Socrates menuai
kontroversi karena dia seringkali mengajukan pertanyaan daripada sebuah
jawaban. Menurutnya pada dasarnya manusia sering dihadapkan pada sejumlah
pertanyaan sulit yang tidak dapat ditemukan jawabannya. Dalam hal ini terdapat
dua golongan manusia, yang pertama adalah golongan yang memperdaya diri bahwa
dia telah mengetahui jawaban atau yang kedua memilih diam atau menutup kepala
terhadap hal itu. Oleh karena itulah seorang filsuf merupakan seseorang yang
tidak mau menyerah dan terus berusaha tanpa kenal lelah mencari kebenaran.
Socrates merasa sangat penting untuk membuat landasan yang kuat dalam
pengetahuan. Dia percaya landasan ini terletak pada akal manusia. Oleh karena
itulah dia termasuk kedalam golongan rasionalis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Socrates menyatakan
bahwa dia dituntun oleh suara batin ilahi dan bahwa “hati nurani” mengatakan
kepadanya apa yang benar. Dia mengatakan “orang yang telah mengetahui apa yang
baik akan berbuat baik”. Wawasan yang benar menurutnya akan menuntun pada
tindakan yang benar. Orang yang bertindak benar dapat menjadi seseorang yang
berbudi luhur. Seseorang melakukan kesalahan karena hal yang tidak
diketahuinya. Itulah sebabnya sangat penting untuk belajar.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Socrates juga mencari
definisi yang sesuai secara universal mengenai hakekat benar dan salah. Tidak
seperti kaum sophis, dia percaya kemampuan untuk membedakan benar dan salah terletak
pada akal manusia, bukan pada masyarakat seperti yang dikemukakan kaum sophis. Kemudian
Socrates juga menganggap bahwa tidak mungkin seseorang dapat bahagia jika
mereka menentang penilaian hati nurani mereka mengenai hal yang lebih baik.
Orang yang tahu apa yang benar akan bertindak benar karena mengikuti apa yang
dikatakan hatinya untuk bahagia. <o:p></o:p></span></div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-17504172120094527322013-07-15T00:51:00.004-07:002013-07-15T00:51:41.356-07:00Filsuf Alam<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">FILSUF
ALAM DAN PERSEPSI TENTANG TAKDIR PRA SOCRATES<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">oleh, Anita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Filsuf
Alam dari Yunani<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Thales beranggapan
sumber segala sesuatu adalah air. Anaximander mengatakan zat yang merupakan
sumber segala benda pastilah benda yang berbeda dari yang diciptakannya. Zat
tersebut tak mungkin biasa seperti air. Anaximenes mengatakan sumber dari
segala sesuatu pastilah udara atau uap. Parmenides beranggapan segala sesuatu
yang ada pasti telah selalu ada. Segala sesuatu bukan berasal dari sesuatu yang
lain. Dia tidak mempercayai sesuatu meskipun telah melihatnya. Menurutnya indra
tak dapat memberi gambaran seperti akal. Dia adalah seorang rasionalis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Heraclitus beranggapan
bahwa perubahan terus menerus atau aliran sesungguhnya merupakan ciri alam yang
paling mendasar. Segala sesuatu terus mengalir dan mengalami perubahan.
Persepsi indera mengenai kesaksian perubahan tersebut juga dapat dipercaya.
Dunia menurutnya dicirikan dengan kebalikan. Seseorang tidak pernah merasa
kenyang ketika tidak pernah merasa kelaparan. Dia mengatakan Tuhan atau Dewa
dibalik itu semua. Ada semacam akal universal yang menuntun segala sesuatu
terjadi di alam. Heraclitus melihat satu entitas atau kesatuan. Sesuatu ini
yang menjadi sumber segala sesuatu yang disebut <i>logos</i>. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Empedocles
mengetengahkan perdebatan Parmenides dan Heraclitus. Empedocles menyetujui
pendapat Parmenides dan Heraclitus dalam satu hal, namun menyalahkan penegasan
mereka dalam hal lain. Empedocles menyimpulkan bahwa gagasan mengenai satu zat
dasar itulah yang harus ditolak. Sumber alam tidak mungkin satu unsur saja.
Empedocles mengatakan bahwa alam terdiri dari empat unsur yaitu tanah, udara,
api, dan air. Semua benda merupakan campuran dari keempat unsur ini dengan
beragam komposisi. Dia meyakinkan bahwa tidak ada yang berubah. Yang ada unsur-unsur
tersebut tergabung maupun terpisah. Empedocles juga meyakini bahwa penggerak bersatunya
atau terpisahnya unsur tersebut adalah “cinta” dan “perselisihan”. Dia
selanjutnya membedakan zat dan kekuatan yang mengiringinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Anaxagoras berpendapat
bahwa alam diciptakan dari partikel-partikel yang sangat kecil yang tidak dapat
dilihat mata dan jumlahnya tak terhingga. Dia menyatakan bahwa ada sesuatu dari
segala sesuatu. Dia menyebut kekuatan sebagai pikiran (nous) yang menciptakan
segala sesuatu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Democritus (460-370
SEB) setuju dengan filsuf sebelumnya bahwa perubahan alam tidak mungkin
disebabkan kenyataan bahwa segala sesuatu sungguh-sungguh berubah. Segala
sesuatu menurutnya berasal dari balok-balok yang tak terlihat yang sangat
kecil, yang masing-masing kekal dan abadi. Inilah yang disebut sebagai <i>atom</i>. <i>Atom</i> berarti tak dapat dipotong atau dibagi lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Democritus percaya
bahwa alam terdiri dari <i>atom-atom</i>
yang jumlahnya tak terhingga dan beragam. Dengan berbagai bentuk yang berbeda,
mereka dapat menyatu menjadi berbagai bentuk yang berlainan. <i>Atom</i> juga berbentuk padat dan kedap.
Mereka mempunyai kait dan matakait sehingga dapat disambung-sambungkan untuk
menyusun bentuk apa saja. Sambungan-sambungan itu nanti dapat dilepas lagi
sehingga bentuk-bentuk baru dapat disusun dari balok-balok yang sama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menurutnya sesuatu
tidak mungkin berasal dari ketiadaan. Dia juga tidak mempercayai adanya
kekuatan atau “jiwa” yang dapat ikut campur dalam proses alam. Dia seorang
materialis yang tidak mempercayai apapun kecuali benda material. Menurutnya
tidak ada “desain” yang disengaja dalam gerakan <i>atom</i>. Sesuatu terjadi secara “mekanis”. Segala sesuatu yang terjadi
mempunyai penyebab alamiah, yaitu penyebab yang menyatu dengan benda itu
sendiri. Menurut dia, jiwa tersusun dari atom-atom jiwa yang sangat halus dan
bulat. Jika seseorang meninggal, atom-atom jiwa terbang ke segenap penjuru, dan
selanjutnya dapat menjadi bagian dari formasi jiwa yang baru.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jiwa manusia menurutnya
tidaklah kekal. Dia setuju dengan Heraclitus bahwa segala sesuatu di alam ini
mengalir sebab bentuk-bentuk itu datang dan pergi. Namun dibalik semua itu ada
benda yang kekal dan abadi yang tidak mengalir, inilah yang disebut atom. Dia
juga tidak mau menerima bahwa ada kekuatan spiritual dalam kehidupan seperti
Empedocles dan Anaxagoras.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Orang
Yunani Mengenai Takdir<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Orang Yunani kuno
adalah seorang fatalisme. Fatalisme adalah kepercayaan bahwa apapun yang
terjadi telah ditentukan. Oleh karena itu orang Yunani ingin mengetahui sesuatu
yang belum terjadi pada dirinya melalui peramal. Selama berabad-abad orang
Yunani percaya bahwa bintang dapat menceritakan sesuatu tentang bumi. Orang
Yunani percaya Pythia menjadi juru bicara Dewa Peramal yaitu Apollo. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Takdir dipercaya bukan
hanya terkait kehidupan individu, melainkan sejarah juga. Mereka percaya bahwa
keberuntungan dalam perang dapat diubah oleh campur tangan para Dewa. Namun
tokoh sejarah Yunani, Herodotus (482-424 SEB) dan Thucydides (460-400 SEB)
mencari penjelasan ilmiah tentang ini. Mereka meragukan bahwa balas dendam para
Dewa dapat menyebabkan kekalahan perang. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Orang Yunani juga
percaya penyakit juga merupakan campur tangan ilahi. Sebaliknya para Dewa dapat
membuat orang kembali sehat jika memberi persembahan yang layak. Ilmu
pengobatan Yunani kemudian berkembang dan bangkit mencari penjelasan ilmiah
mengenai penyakit. Tokoh yang terkenal dalam hal ini adalah Hippocrates (460
SEB). Menurutnya pelindung penting dalam melawan penyakit adalah sikap tidak
berlebihan dan gaya hidup sehat. Kesehatan adalah kondisi alamiah. Jika
penyakit datang, itu merupakan tanda bahwa alam telah melenceng dari jalurnya
dikarenakan ketidakseimbangan fisik dan mental. Jalan menuju kesehatan tiap
orang adalah melalui sikap moderat, keselarasan, dan “jiwa yang sehat didalam
badan yang sehat”. Hippocrates juga merumuskan etika medis, yaitu segala
sesuatu yang tidak boleh dilakukan ahli medis misalnya memberikan racun kepada
seorang yang sakit.<o:p></o:p></span></div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-7780316239886104242013-03-13T20:22:00.000-07:002013-03-13T20:22:12.382-07:00Slipping Away<br />
I said I wouldn't cry<br />
The day you say goodbye<br />
It's not like I'll never see you again<br />
<br />
I guess the things you need<br />
You just can't get from me<br />
But you still can reach out to me now and then<br />
<br />
My head is spinning round<br />
All my defenses down<br />
I have held the world in my hands<br />
But I can't keep you from slipping away,<br />
<br />
If time will show me grace<br />
And you to a better place<br />
Then I can live knowing it wasn't in vain<br />
It hurts so much to know when love means letting go<br />
And no one can tell me that they've felt my pain<br />
<br />
No strength can stop you now<br />
Will someone show me how<br />
How to live it over again<br />
'cause I can't keep you from slipping away<br />
<br />
I will never break your power over me<br />
I could never shake the thought of you burning in my mind<br />
You're all I see<br />
Repeat Chorus<br />
Oh, I can't keep you from slipping away<br />
Oh, Slipping away,<br />
<div>
<br /></div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-75674787834495013552013-02-16T17:06:00.002-08:002013-02-16T17:06:48.525-08:00Lanjutan Sarana Tazkiyatun-Nafs Imam Ghazali oleh Sa'id Hawwa (ringkas)<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b>DZIKIR</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berbagai dzikir yang bisa memperdalam iman dan
tauhid di dalam hati, <i>"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tenteram." </i>(ar-Ra'd: 28) Dengan demikian jiwa bisa mencapai
derajat <i>tazkiyah </i>yang tertinggi, <i>"Hai jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas</i> <i>lagi diridhai-Nya."
</i>(al-Fajr: 27-28) Dzikir dan fikir adalah dua sejoli yang dapat membukakan
hati manusia untuk menerima ayat-ayat Allah, oleh karena itu tafakkur termasuk
sarana <i>tazkiyah. <o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Al-Ghazali rahimahullah berkata:<i> </i>Ketahuilah
bahwa orang-orang yang memandang dengan cahaya bashirah<i> </i>mengetahui bahwa
tidak ada keselamatan kecuali dalam pertemuan dengan<i> </i>Allah ta'ala, dan
tidak ada jalan untuk bertemu Allah kecuali dengan kematian<i> </i>hamba dalam
keadaan mencintai Allah dan mengenal Allah. Sesungguhnya<i> </i>cinta dan
keakraban tidak akan tercapai kecuali dengan selalu mengingat<i> </i>yang
dicintai. Sesungguhnya pengenalan kepada-Nya tidak akan tercapai<i> </i>kecuali
dengan senantiasa berfikir tentang berbagai penciptaan, sifat-sifat<i> </i>dan
perbuatan-perbuatan-Nya. Di alam wujud ini yang ada hanyalah Allah,<i> </i>dan
perbuatan-perbuatan-Nya. Sementara itu, tidak akan bisa senantiasa dzikir<i> </i>dan
fikir kecuali dengan berpisah dari dunia berikut syahwat-syahwatnya dan<i> </i>mencukupkan
diri dengannya sesuai keperluan. Tetapi itu semua tidak akan<i> </i>tercapai
kecuali dengan mengoptimalkan waktu-waktu malam dan siang dalam<i> </i>tugas-tugas
dzikir dan fikir.<i><o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Karena tabi'at nafsu mudah jemu dan pesimis maka ia
tidak bisa bertahan lama dalam satu "seni" aktivitas yang dapat
membantu melakukan dzikir dan fikir, sehingga manusia dituntut agar memberikan
"kesegaran" dengan berganti-ganti dari satu "seni" ke
"seni" yang lain, dari satu bentuk ke bentuk yang lain, sesuai dengan
setiap waktu agar dengan pergantian tersebut dapat merasakan kelezatannya dan
dengan kelazatan itu bisa mempertahankan semangat dan kelangsungannya. Oleh
sebab itu, wirid-wirid dibagi kepada beberapa bagian yang beraneka ragam. Jadi,
fikir dan dzikir harus meliputi semua waktu atau sebagaian besarnya, karena
tabi'at jiwa cenderung kepada kesenangan dunia. Jika seorang hamba
mengalokasikan separuh waktunya jntuk mengatur urusan dunia dan syahwatnya yang
dibolehkan misalnya sedangkan separuh lainnya untuk berbagai ibadah, niscaya
kecenderungan kepada dunia akan lebih berat karena hal ini sesuai dengan
tabi'atnya. Dalam "pertarungan" antar kedua kecenderungan itu,
tabi'at berpihak kepada kecenderungan dunia, karena zhahir dan batin manusia
saling membantu pada perkara-perkara dunia sehingga hati menjadi terarahkan
untuk mencarinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sedangkan kembali kepada ibadah merupakan hal yang
berat dan hati tidak dapat berkonsentrasi penuh kepadanya kecuali pada
waktu-waktu tertentu. Karena itu, barangsiapa yang ingin masuk sorga tanpa
hisab maka hendaklah ia mengoptimalkan waktunya untuk keta'atan, dan
barangsiapa ingin daun limbangan kebaikan dan kebajikannya lebih berat maka
hendaklah ia menggunakan sebagian besar waktunya untuk keta'atan. Jika ia
mencampuraduk amal shalih dengan amal keburukan maka ia berada dalam bahaya, cetapi
harapan tak pernah terputus dan ampunan dari kedermawanan Allah senantiasa
dinantikan; semoga Allah berkenan mengampuninya dengan kedermawanan-Nya. Itulah
yang dapat terungkap oleh orang-orang yang memandang (kehidupan dan
permasalahan) dengan cahaya <i>bashirah. <o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jika Anda tidak termasuk di antara mereka maka
perhatikanlah <i>khithab </i>Allah kepada Rasul-Nya dan seraplah dengan cahaya
iman. Allah berfirman kepada hamba-N'ya yang paling dekat dan paling tinggi
derajatnya di sisi-Nya: <i>"Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai
urusan yang panjang</i> <i>(panyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah
kepada-Nya dengan</i> <i>penuh ketekunan." </i>(al-Muzzammil: 7-8) <i>"Dan sebutlah nama Tuhanmu pada
(waktu) pagi dan petang. Dan pada</i> <i>sebagian malam, maka sujudlah
kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam
hari." </i>(al-Insan: 25-26)
<i>"Dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan</i>
<i>sebelum terbenam." </i>(Qaaf: 39-40)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kemudian perhatikanlah bagaimana dan dengan apa
Allah menyebutkan sifat-sifat para hamba-Nya yang sukses: <i>"(Apakah kamu
hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang</i> <i>yang beribadah di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang</i> <i>ia takut kepada
(siksa) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?</i> <i>Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang</i> <i>yang
tidak mengetahui?." </i>(az-Zumar: 9) <i>"Lambung mereka itu jauh
dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo 'a</i> <i>kepada Tuhannya dengan rasa
takut dan harap." </i>(as-Sajadah: 16) <i>"Dan orang yang melalui
malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk</i> <i>Tuhan mereka." </i>(al-Furqan:
64)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ini semua menjelaskan kepada Anda bahwa jalan kepada
Allah ialah dengan memenej waktu dan menyemarakkannya dengan wirid-wirid secara
<i>ajeg. </i>Oleh sebab itu Rasulullah saw bersabda: <i>"Hamba yang paling
dicintai Allah ialah orang-orang yang menjaga</i> <i>matahari, bulan dan
bayang-bayang untuk mengingat Allah"</i> <i>(Diriwayatkan oleh Thabrani
dan al-Hakim, ia berkata: </i>Shahih sanad<i>nya)</i> Allah berfirman: <i>"Matahari
dan bulan (beredar) menurut perhitungan." </i>(ar-Rahman: 5) <i>"Dan
Dialah yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang</i> <i>yang
ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur." </i>(al-Furqan:
62)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Yakni keduanya saling silih berganti untuk menyusuli
ketinggalan yang pada yang lain, dan dijelaskan bahwa hal ini adalah dzikir dan
syukur. Allah berfirman: <i>"Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua
tanda, lalu Kami</i> <i>hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu
terang, agar</i> <i>kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu
mengetahui</i> <i>bilangan tahun-tahun dan perhitungan." </i>(al-Isra':
12) Karunia yang diharapkan itu adalah pahala dan ampunan. Semoga Allah memberikan
taufiq kepada apa yang diridhai-Nya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(Sa'id Hawwa) berkata: Orang yang menghendaki
akhirat harus membuat program rutin untuk dirinya berupa bacaan <i>istighfar,
tahlil, shalawat</i> atas Rasulullah saw dan dzikir-dzikir ma'tsur lainnya,
sebagaimana ia harus membiasakan lisannya untuk dzikir terus menerus seperti <i>tasbih,
istighfar,</i> <i>tahlil, takbir, </i>atau <i>hauqalah (laa haula walaa auwwata
illaa billah), </i>untuk menambah program rutin tersebut dengan berbagai
shalat, ibadah dan amalan-amalan yang telah kami paparkan. Kesucian dan
ketinggian jiwanya akan sangat ditentukan oleh sejauh mana ia telah
melaksanakan sarana-sarana <i>tazkiyah, </i>baik ia merasakannya ataupun tidak<o:p></o:p></span></div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-25670207276539318792013-02-16T00:09:00.001-08:002013-02-16T17:11:20.165-08:00Lanjutan Sarana Tazkiyatun-Nafs Imam Ghazali oleh Sa'id Hawwa (ringkas)<div style="text-align: center;">
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b> HAJI</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Haji adalah pembiasaan jiwa untuk melakukan sejumlah
nilai, seperti <i>istislam, taslim, </i>mengerahkan jerih payah dan harta
dijalan Allah, <i>ta'awun,</i> <i>ta'aruf, </i>dan melaksanakan syi'ar-syi'ar <i>'ubudiyah
</i>kepada Allah. Semua itu memiliki pengaruh dalam <i>tazkiyatun-nafs</i>,
sebagaimana merupakan bukti telah merealisasikan kesucian jiwa. <i>1) Rincian
Adab</i> (a) Finansialnya hendaknya halal, dan membebaskan tangan dari perniagaan
yang menyibukkan hati dan mengacaukan perhatian sehingga perhatiannya hanyalah
Allah semata, sedangkan hatinya merasa tenang dan terarah kepada dzikrullah dan
mengagungkan syi'ar-syi'ar-Nya. (b) Memperbanyak bekal dan ridha mengeluarkan
(bekal) dan berinfaq tanpa pelit dan pemborosan, tetapi ekonomis. Ibnu Umar ra
berkata: Termasuk kedermawanan seseorang ialah kebaikan bekalnya dalam
perjalanan. Ia juga pernah berkata: Haji yang paling utama ialah yang paling
ikhlas niatnya, paling bersih nafkahnya dan paling baik keyakinannya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(c) Meninggalkan <i>rafats, fusuq </i>dan <i>jidal, </i>sebagaimana
diungkapkan al-Qur'an. <i>Rafats </i>ialah sebutan bagi setiap kesia-siaan dan
kemesuman dan perkataan yang jorok. <i>Fusuq </i>ialah sebutan bagi setiap
pelanggaran akan ketaatan kepada Allah. Sedangkan <i>jidal </i>ialah berlebih-lebihan
dalam bertengkar dan berbantahan sehingga dapat menimbulkan antipati dan
mengacaukan perhatian (d) Hendaknya berhaji dengan berjalan kaki, jika mampu,
karena hal ini lebih utama, terutama perjalanan dari Mekkah ke Arafah dan Mina.
(e) Hendaknya berpenampilan lusuh, berdebu dan dekil; tidak banyak memakai
perhiasan dan tidak cenderung kepada berbagai sarana kemewahan dan kemegahan
sehingga dicatat dalam catatan orang-orang yang sombong dan bermegah-megahan
dan keluar dari partai orang-orang yang lemah, miskin dan <i>khusushush-shalihin.</i>
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(f) Hendaknya ber<i>-taqarrub </i>dengan menyembelih
binatang qurban sekalipun ia tidak berkewajiban melakukannya dan berusaha agar
binatang qurbannya termasuk yang mahal dan berharga, kemudian memakan sebagian dagingnya
jika qurban itu sebagai <i>tathawwu</i>'; dan tidak memakan dagingnya jika
qurban itu sebagai kewajiban [kecuali dengan fatwa Imam]. (g) Hendaknya merasa
senang dan ridha dalam mengeluarkan semua biaya baik nafkah ataupun pembelian
binatang qurban, juga terhadap kerugian dan musibah yang mungkin menimpa harta
atau badannya, karena yang demikian itu termasuk tanda-tanda diterimanya haji.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">2<i>. Amal-amal Batin, Mengikhlaskan Niat, Mengambil
Pelajaran dari</i> <i>Berbagai Tempat yang Mulia, dan Cara Merenungkan Berbagai</i>
<i>Rahasia dan Nilai-nilai Haji dari Awal Hingga Akhir</i> ketahuilah bahwa
permulaan haji adalah kefahaman —yakni tentang kedudukan haji dalam agama—
kemudian kerinduan terhadapnya, kemudian terazam untuk melakukannya, kemudian
memutuskan berbagai keterkaitan <i>yang </i>menghalanginya, kemudian membeli
pakaian ihram, kemudian membeli unta, kemudian
mempersiapkan kendaraan, kemudian keluar, kemudian katan, kemudian ihram dari
miaat dengan <i>talbivah, </i>kemudian memasuki Mekkah, kemudian menyempurnakan
berbagai amalan. Dalam setiap perjalanan tersebut di atas terdapat peringatan
bagi orang yang mencari peringatan pelaiaran. Juga terdapat pengenalan dan isyarat
bagi orang yang "cerdas."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Adapun
kefahaman</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">: Maka ketahuilah bahwa tidak ada <i>wushul </i>keterencapaian)
kepada Allah subhanahu wata'ala kecuali dengan membersihkan<i> diri </i>dari
berbagai syahwat, menahan berbagai kelezatan, membatasi diri pada<i> </i>hal-hal
yang bersifat primer (dharurat), dan <i>tajarrud </i>(hanya memandang)<i> </i>kepada
Allah dalam semua gerak dan diam.<i> </i>Allah telah memberikan ni'mat-Nya
kepada ummat ini dengan<i> </i>menjadikan haji sebagai "kerahiban"
bagi mereka. Allah memuliakan al-Bait al-Atiq dengan menisbatkannya kepada
diri-Nya, menetapkannya sebagai<i> </i>tujuan para hamba-Nya, menjadikan apa
yang ada di sekitarnya sebagai<i> </i>kesucian bagi rumah-Nya dan pengagungan
urusan-Nya, menjadikan Arafah<i> </i>seperti kanal pada halaman telaga-Nya, dan
menegaskan kesucian tempat<i> </i>dengan mengharamkan binatang buruan dan
pepohonannya, yang dijadikan<i> </i>sebagai tujuan para penziarah dari segenap
penjuru nun jauh, dalam keadaan<i> </i>dekil dan berdebu seraya merendahkan
diri kepada Pemilik "rumah," berserah<i> </i>diri kepada-Nya, karena
tunduk kepada keagungan-Nya dan pasrah kepada<i> </i>keperkasaan-Nya. Disertai
pengakuan bahwa Dia terbebaskan dari bertempat<i> </i>di sebuah rumah atau
negeri, agar hal tersebut lebih dapat menyempurnakan<i> </i>kehambaan dan
ketundukan mereka. Oleh sebab itu. Dia mewajibkan kepada<i> </i>mereka di dalam
haji ini berbagai amal perbuatan yang tidak akrab bagi jiwa<i> </i>dan tidak
bisa difahami makna-maknanya oleh akal, seperti melontar dengan<i> </i>batu
kerikil, dan berjalan pulang balik antara Shafa dan Marwah beberapa kali<i> </i>putaran.
Dengan berbagai amal perbuatan seperti ini nampaklah kesempurnaan<i> </i>kehambaan
dan <i>'ubudiyah.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Adapun
kerinduan</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">: Ia akan muncul setelah kefahaman dan kesadaran
jiwa. Jiwa rumah itu adalah Baitullah, sehingga orang yang berangkat menuju kepadanya
sama dengan orang yang berangkat menuju Allah dan berziarah kepada-Nya. <i>Adapun
'azam</i>: Maka hendaknya
diketahui bahwa dengan 'azamnya ia bertekad meninggalkan keluarga dan negeri,
menjauhi berbagai syahwat dan kelezatan dengan bertujuan menziarahi rumah
Allah. Hendaknya ia mengagungkan dalam dirinya keagungan "rumah" dan
keagungan Pemilik rumah. <i>Adapun memutuskan berbagai keterkaitan</i>: Maksudnya ialah menyelesaikan
berbagai "perkara" atau "sangkutan" yang berkaitan dengan manusia
dan bertaubat secara ikhlas kepada Allah dari semua kemaksiatan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Adapun bekal</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">: </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Maka
carilah dari tempat yang halal. Jika merasakan adanya ketamakan untuk
memperbanyak dan tuntutan untuk selalu ada sepanjang perjalanan, tanpa berubah
dan rusak sebelum tercapainya tujuan, maka hendaklah ia mengingat bahwa
perjalanan akhirat lebih panjang dari perjalanan ini. Bekal yang sesungguhnya
adalah taqwa sedangkan bekal selainnya, yang dikira sebagai bekalnya, akan
tertinggal saat kematiannya dan tidak menyertainya. <i>Adapun kendaraan:</i>
Maka hendaklah ia bersyukur kepada Allah dengan hatinya atas berbagai kendaraan
yang telah ditundukkan Allah untuk manusia, dan hendaklah mengingat pada saat
itu akan kendaraan yang akan dinaikinya ke kampung akhirat yaitu jenazah yang
diusung di atas kendaraan itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Adapun membeli dua pakaian ihram</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">: </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Maka pada saat itu hendaklah ia mengingat
kain kafan yang akan membungkusnya. <i>Adapun keluar dari negeri</i>: Maka
pada saat itu hendaklah ia mengetahui bahwa ia pasti berpisah dengan keluarga
dan kampung halaman menuju Allah dalam suatu perjalanan yang tidak sama dengan
berbagai perjalanan dunia. <i>Adapun memasuki perkampungan menuju miqat dan
menyaksikan tanjakan-tanjakan
terjal tersebut</i>: Maka
pada saat itu hendaklah ia mengingat suasana antara keluar dari dunia dengan
kematian menuju <i>miqat</i> hari kiamat dan berbagai peristiwanya yang
mengerikan. <i>Adapun ihram dan talbiyah dari miqat</i>: Maka pada saat itu
hendaklah ia mengetahui bahwa maknanya ialah menyambut seruan Allah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Adapun memasuki Mekkah</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">:
Maka pada saat itu hendaklah ia mengingat bahwa ia telah sampai ke tanah suci
Allah dengan aman, dan hendaklah ia berharap dengan hal tersebut akan aman dari
siksa Allah. <i>Adapun pandangan mata pada Baitullah</i>: Maka hendaklah pada saat itu ia menghadirkan keagungan Ka'bah di
dalam hati dan merasakan seolah-olah ia menyaksikan Pemilik rumah karena saking
besarnya pengagungan terhadapnya. <i>Adapun thawaf di Baitullah</i>: Maka ketahuilah bahwa ia adalah
shalat. Karena itu, hadirkanlah <i>ta'zhim, </i>rasa cemas, harap dan cinta
(yang telah kami jelaskan dalam bab shalat) di dalam hatimu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Adapun istilam (mencium atau menyentuh Hajar Aswad</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">): </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Maka yakinilah rida saat itu bahwa
engkau tengah berbai'at kepada Allah untuk menta'ati-Nya. Kuatkanlah tekadmu
untuk menepati bai'atmu. <i>Adapun bergelantungan dengan kelambu Ka'bah
dan menempel di Multazam</i>: Maka berniatlah dalam menempel
tersebut untuk meningkatkan kecintaan dan kerinduan kepada Ka'bah dan Pemilik
Ka'bah dan berharap rerlindungan kepada-Nya dari api neraka dalam setiap bagian
dari badanmu. Adapun sa'i antara Shafa
dan Marwah di pelataran Baitullah: Maka sesungguhnya ia sama dengan
mondar-mandirnya hamba di lapangan rumah Raja demi memperlihatkan keikhlasan
dalam berkhidmah dan mengharapkan rerhatian dengan mata kasih sayang, seperti
orang yang masuk kepada raja kemudian keluar dalam keadaan tidak menyadari apa
yang telah diputuskan sang raja berkenaan dengan dirinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Adapun wuquf di Arafah</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">: </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Maka ingatlah dari pemandangan
tentang berjubelnya manusia, alunan suara, perbedaan bahasa, dan
kelompokkelompok yang mengikuti para pemimpinnya dalam berbagai pelaksanaan <i>manasik
</i>akan lapangan hari kiamat, pertemuan semua ummat berserta para Nabi dan
pemimpin mereka, ambisi mereka untuk mendapatkan syafa'at para pemimpin mereka,
kebingungan mereka di sebuah lapangan, antara diterima dan ditolak. <i>Adapun melempar jumrah</i>: Maka niatkanlah
untuk mematuhi perintah, demi membuktikan kehambaan dan <i>'ubudiyah. </i>dan
bergegas semata-mata melaksanakan perintah tanpa berfikir panjang, di samping
meneladani Nabi Ibrahim ketika dihadang Iblis <i>la'anahullah </i>di tempat tersebut
lalu Allah memerintahkannya agar melemparinya dengan batu dalam rangka mengusir
dan menggagalkan harapannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Adapun menyembelih binatang qurban </span></i><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">{hadyu):
</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Maka
ketahuilah bahwa ia merupakan <i>taqarrub </i>kepada Allah dengan melaksanakan
perintah. <i>Adapun ziarah ke Madinah</i>: Apabila penglihatan Anda telah menyaksikan tembok-tembok Madinah
maka ingatlah bahwa ia adalah negeri yang telah dipilih Allah untuk Nabi-Nya
saw, tempat hijrahnya, kampung yang menjadi tempat menerima berbagai ajaran
Allah, wilayah yang menjadi tempat melakukan jihad melawan musuhnya dan
memenangkan agamanya hingga Allah memanggilnya, dan tempat kuburannya bersama
dua orang pendukung setianya, Abu Bakar dan Umar ra. Kemudian bayangkanlah
jejak-jejak langkah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di saat menjalani
kehidupannya, bayangkanlah langkahnya di lorong-lorongnya, bayangkanlah
kekhusyu'an dan ketenangannya dalam berjalan, hatinya yang penuh ma'rifat
kepada Allah, selamanya yang telah diagungkan Aliah hingga disebut bersama-Nya
dan latarnya amal orang yang melecehkan kehormatannya sekalipun hanya berupa meninggikan
suara di atas suaranya. Sedangkan ziarah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
Maka hendaklah engkau berdiri di hadapannya dan menziarahinya seolah-olah
engkau menziarahinya ketika masih hidup<o:p></o:p></span></div>
</div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-13883165643184461092013-02-15T23:53:00.001-08:002013-02-16T17:14:41.981-08:00Lanjutan Sarana Tazkiyatun-Nafs Imam Ghazali oleh Sa'id Hawwa (ringkas)<div style="text-align: center;">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b>PUASA</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Puasa merupakan pembiasaan jiwa untuk mengendalikan
syahwat perut dan kemaluan, sehingga dengan demikian ia termasuk sarana <i>tazkiyah,</i>
<i>"Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang</i>
<i>sebelum kamu agar kamu bertaawa." </i>(al-Baqarah: 183) Taqwa adalah
tuntutan Allah kepada para hamba. Taqwa sama dengan <i>tazkiyatun-nafs. </i>Firman
Allah: <i>"Dan jiwa serta penyempurnaannya</i> <i>(ciptaannya), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan</i> <i>ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,</i> <i>dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya." </i>(asy-Syams: 7-10)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketahuilah bahwa puasa ada tiga tingkatan: Puasa
orang awam, puasa orang khusus dan puasa orang super khusus. Puasa orang awam
ialah, menahan perut dan kemaluan dari memperturutkan syahwat. Puasa orang
khusus ialah, menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan semua
anggota badan dari berbagai dosa. Sedangkan puasa orang super khusus ialah,
puasa hati dari berbagai keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran yang tidak berharga;
juga menahan hati dari selain Allah secara total, dan puasa ini menjadi
"batal" karena fikiran tentang selain Allah dan hari akhir; karena fikiran
tentang dunia kecuali dunia yang dimaksudkan untuk agama karena dunia yang
dimaksudkan untuk agama tersebut sudah termasuk bekal akhirat dan tidak lagi
dikatakan sebagai dunia. Ini merupakan tingkatan para Nabi, Rasul, <i>Shiddiqin
</i>dan <i>Muqarrabin.</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Adapun puasa orang khusus ialah puasa orang-orang
shalih yaitu menahan anggota badan dari berbagai dosa. Sedangkan kesempurnaannya
ialah dengan enam perkara: <i>Pertama</i>:
Menundukkan pandangan dan menahannya dari berkeliaran memandang ke setiap hal
yang dicela dan dibenci, ke setiap hal yang bias menyibukkan hati dan
melalaikan dari mengingat Allah 'azza wajalla. <i>Kedua</i>: Menjaga lisan dari bualan, dusta, ghibah, gunjingan,
kekejian, perkataan kasar, pertengkaran, dan perdebatan; mengendalikannya
dengan diam; menyibukkannya dengan dzikrullah dan tilawah al-Qur'an. Itulah
puasa lisan. <i>Ketiga</i>: Menahan
pendengaran dari mendengarkan setiap hal yang dibenci (makruh) karena setiap
yang diharamkan perkataannya diharamkan pula mendengarkannya. <i>Keempat</i>: Menahan berbagai anggota badan
lainnya dari berbagai dosa, seperti menahan tangan dan kaki dari hal-hal yang
dibenci, menahan perut dari berbagai syubhat pada waktu tidak puasa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kelima</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">:
Tidak memperbanyak makanan yang halal pada saat berbuka puasa sampai penuh
perutnya. Seperti diketahui bahwa tujuan puasa ialah pengosongan dan menundukkan
hawa nafsu untuk memperkuat jiwa mencapai taqwa. Bila perut didorong dari pagi
hingga sore sampai syahwatnya bangkit dan seleranya menjadi kuat kemudian (di
saat berbuka) dipenuhi dengan berbagai makanan yang lezat hingga kenyang maka
bertambahlah kelezatan dan kekuatannya hingga bangkitlah syahwatnya yang
seharusnya terredam seandainya dibiarkan apa adanya. Esensi dan rahasia puasa
ialah melemahkan berbagai kekuatan yang menjadi sarana syetan untuk kembali
kepada keburukan. Tetapi hal itu tidak akan tercapai kecuali dengan pengurangan
makanan yakni memakan makanannya yang biasa dimakan setiap malam waktu tidak
puasa, bahkan di antara adabnya ialah tidak memperbanyak tidur siang agar
merasakan lapar dan dahaga dan merasakan lemahnya kekuatan sehingga hatinya
menjadi jernih, kemudian berusaha agar setiap malam bisa melakukan tahajjud dan
membaca wiridnya, karena bisa jadi syetan tidak mengitari hatinya sehingga bisa
melihat berbagai kegaiban langit. <i>Keenam</i>:
Hendaknya setelah <i>ifthar</i>hatinya "tergantung" dan
"terguncang" antara cemas dan harap, sebab ia tidak tahu apakah
puasanya diterima sehingga termasuk golongan <i>Muqarrabin </i>atau ditolak
sehingga termasuk orang-orang yang dimurkai.<o:p></o:p></span></div>
</div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-74799106256339145172013-02-15T23:41:00.003-08:002013-02-15T23:41:52.178-08:00Tazkiyatun-Nafs Imam Ghazali Karya Sa'id Hawwa<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><b>ZAKAT DAN INFAQ</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kemudian setelah itu kami sebutkan apa yang kami anggap lebih masuk kedalam sarana, yaitu zakat dan infaq. Zakat dan infaq bisa membersihkan jiwa dari sifat bakhil dan kikir, dan menyadarkan manusia bahwa pemilik harta yang sebenarnya adalah Allah. Oleh karena itu, kedua ibadah ini termasuk bagian dari sarana tazkiyah, "Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya." (al-Lail: 18)</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;">Ketahuilah bahwa ada lima perkara yang harus diperhatikan oleh pembayar zakat. Pertama: Niat, yaitu berniat dengan hatinya menunaikan zakat wajib dan disunnahkan menentukan hartanya secara tegas. Kedua: Bersegera setelah mencapai haul. Ketiga: Tidak mengeluarkan pengganti dengan nilai tetapi harus mengeluarkan apa yang ditegaskan di dalam nash. Keempat: Tidak memindahkan zakat ke kampung lain. karena mata orang-orang miskin di setiap kampung memperhatikan hartanya. Kelima: Membagikan hartanya kepada semua ashnaf (golongan yang berhak menerima zakat) yang ada di kampungnya, sebagaimana ditegaskan firman Allah: "Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir dan orang-orang miskin..." (at-Taubah: 60).</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;">Ketahuilah bahwa orang yang menginginkan jalan akhirat dengan penunaian zakatnya ada beberapa tugas (wazhifah) yang harus diperhatikan: Wazhifah pertama: Memahami kewajiban zakat, makna dan muatan ujian yang terdapat di dalamnya; mengapa ia dijadikan sebagai salah satu bangunan Islam padahal ia merupakan perbuatan yang berkaitan dengan harta tasharruf mali) dan tidak termasuk ibadah fisik. Dalam hal ini ada tiga makna: Pertama. Bahwa mengucapkan dua kalimat syahadat merupakan komitmen kepada tauhid, kesaksian akan keesaan Dzat yang diibadahi. Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan sorga...." (at-Taubah: 111), Yakni dengan jihad yang berarti mengorbankan hal yang terbaik demi kerinduan untuk bertemu Allah 'azza wa jalla; sedangkan mengorbankan harta jauh lebih mudah. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;">Jika makna pengorbanan harta ini telah difahami maka manusia terbagi menjadi tiga kategori: Pertama, orang-orang yang benar-benar bertauhid, memenuhi janji mereka, dan melepaskan semua harta mereka sehingga tidak menyimpan satu dinar atau satu dirham sekalipun. Kedua, orang-orang yang di bawah derajat mereka, yaitu orang-orang yang memegang harta mereka seraya menantikan waktu-waktu kebutuhan dan musim-musim kebaikan. Ketiga, orang-orang yang membatasi diri menunaikan zakat -wajib, tidak lebih dan tidak kurang. Derajat ini merupakan derajat yang paling rendah.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kedua, membersihkan diri dari sifat kikir, karena sifat ini termasuk hal yang membinasakan. Sifat kikir ini bisa hilang dengan membiasakan diri menginfaqkan harta; karena kecintaan kepada sesuatu tidak bisa diputuskan kecuali dengan memaksa diri dengan meninggalkannya sampai menjadi hal yang biasa. Zakat, dalam pengertian ini, merupakan penyucian yakni menyucikan pemiliknya dari kotoran kekikiran yang membinasakan. Ketiga, syukur nikmat, karena semua yang ada pada hamba ini, baik pada diri ataupun hartanya, merupakan nikmat Allah kepadanya. Semua 'ibadah badaniyah adalah merupakan ungkapan rasa syukur kepada nikmat badan, dan 'ibadah maliyah adalah merupakan ungkapan rasa syukur kepada nikmat harta.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;">Wazhifah kedua: Berkenaan dengan Waktu Penunaian. Di antara adab orang yang beragama ialah menyegerakan kewajiban sebagai ungkapan kepeduliannya untuk melakasanakan dengan menyampaikan kegembiraan kepada kaum faqir, di samping sebagai kesigapan menghindari berbagai hambatan zaman yang akan menghambat berbagai kebaikan. Mengingat dalam penundaan terdapat banyak cacat di samping akan mengakibatkan kemaksiatan jika terjadi keterlambatan dari waktu yang semestinya. Wazhifah ketiga: Merahasiakan, karena hal ini lebih bisa menjauhkan dari riya' dan pamrih. Sebagian ulama berkata: Tiga hal termasuk khazanah kebaikan, salah satunya adalah merahasiakan shadaqah. Di dalam hadits yang masyhur disebutkan: "Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya ... orang yang bershadaqah (secara rahasia) sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;">Wazhifah keempat: Menampakkan, apabila diketahui bahwa penampakan tersebut akan mendorong orang untuk mengikutinya dengan tetap menjaga batinnya dari dorongan riya'. Allah berfirman: "Jika kamu menampakkan shadaqah maka itu adalah baik sekali." (al-Baqarah: 271). Hal ini jika kondisi menuntut penampakan, untuk keteladanan atau karena peminta meminta shadaqah di hadapan khalayak sehingga tidak baik meninggalkan shadaqah karena takut riya', bahkan ia seharusnya bershadaqah dengan tetap menjaga batinnya dari riya' sedapat mungkin. Wazhifah kelima: Tidak merusak shadaqahnya dengan membangkit-bangkit dan menyakiti. Allah berfirman: "Dan janganlah kamu membatalkan shadagah kamu dengan membangkit-bangkit dan menyakiti" (al-Baqarah: 264). Para ulama berselisih pendapat tentang hakikat membangkit-bangkit dan menyakiti. Dikatakan: Membangkit-bangkit ialah menyebutkannya. Sedangkan menyakiti adalah menampakkannya. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;">Wazhifah keenam: Menganggap kecil pemberian kepada orang karena jika dianggap besar maka ia akan kagum kepadanya, padahal 'ujub termasuk hal-hal yang membinasakan dan membatalkan amal. Firman Allah: "Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi 'ujub karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak member manfaat kepadamu sedikitpun." (at-Taubah: 25) 'Ujub dan menganggap besar bisa terjadi pada semua bentuk ibadah sedangkan obatnya adalah ilmu dan amal. Ilmu yang dimaksudkan ialah mengetahui bahwa sepersepuluh atau kurang dari itu adalah bagian kecil dari yang banyak; sementara itu ia telah menganggapnya sebagai pengorbanan yang paling baik padahal seharusnya ia merasa malu terhadapnya, Sedangkan amal yang dimaksudkan ialah hendaknya ia memberikannya dengan disertai rasa malu karena kekikiran yaitu masih menahan sisa hartanya untuk diberikan kepada Allah sehingga keadaannya penuh penyesalan dan rasa malu seperti keadaan orang yang menuntut pengembalian barang titipan lalu ia menahan sebagiannya atau hanya mengembalikan sebagiannya, karena harta ini seluruhnya adalah milik Allah sedangkan memberikan semuanya lebih dicinta di sisi Allah.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;">Wazhifah ketujuh: Memilih harta yang terbaik, yang paling dicintai dan paling halal, karena Allah Maha Baik tidak menerima kecuali yang baik. Bila harta yang dikeluarkan berasal dari barang syubhat yang bisa jadi bukan miliknya maka tidak mengena sasaran. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abban dari Anas bin Malik disebutkan: "Berbahagialah hamba yang berinfak dari harta yang diperolehnya bukan dari maksiat." (Diriwayatkan oleh Ibnu 'Addi dan al-Bazzar) Jika harta yang dikeluarkan tidak dari harta yang baik maka ia merupakan adab yang buruk, karena dia menahan yang baik untuk dirinya atau untuk keluarganya sehingga dengan demikian dia lebih mengutamakan dirinya atau orang lain ketimbang Allah.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;">Wazhifah kedelapan: Mencari agar zakatnya diterima oleh orang yang akan memanfaatkan zakat itu dengan baik dan benar. Ia tidak merasa cukup dengan delapan golongan penerima zakat secara umum karena di antara mereka ada sifat-sifat khusus yang harus diperhatikan, yaitu: Pertama, mencari orang-orang yang bertaqwa yang berpaling dari dunia dan mengkonsentrasikan diri untuk perniagaan akhirat. Kedua, termasuk di antara ahli ilmu khususnya karena hal itu akan menjadi penopangnya terhadap ilmu, sedangkan ilmu pengetahuan merupakan ibadah yang paling mulia jika disertai niat yang benar. Ketiga, hendaknya termasuk orang yang benar-benar bertaqwa dan mengamalkan tauhid. Keempat, hendaknya termasuk orang yang menyembunyikan keperluannya; tidak banyak mengeluh; termasuk orang yang menjaga harga diri (muru'ah). Kelima, hendaknya orang yang terbelenggu oleh suatu penyakit atau hal lain yang termasuk dalam kategori makna firman Allah: "Untuk orang-orang faqir yang terikat dijalan Allah" (al-Baqarah: 273), yakni tertahan di jalan akhirat karena suatu sebab atau sempitnya penghidupan. Keenam, hendaknya termasuk kerabat dan orang yang memiliki hubungan keluarga, sehingga zakat itu menjadi penghubung tali kekerabatan.</span></span></div>
<div style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<br />
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-9837358111724686292013-02-14T17:39:00.002-08:002013-02-14T17:39:31.759-08:00Makna Tazkiyatun-Nafs Imam Ghazali karya Sa'id Hawwa<div style="text-align: center;">
<b>SARANA TAZKIYAH</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Yang dimaksud sarana tazkiyah ialah berbagai amal perbuatan yang mempengaruhi jiwa secara langsung dengan menyembuhkannya dari penyakit, membebaskannya dari "tawanan," atau merealisasikan akhlaq padanya. Semua hal ini bisa jadi terhimpun dalam suatu amal perbuatan. Penunaian shalat, misalnya, dapat membebaskan manusia dari sikap sombong kepada Allah Tuhan alam semesta, dan pada saat yang sama bisa menerangi hati lalu memantul pada jiwa dengan memberikan dorongan untuk meninggalkan perbuatan keji dan munkar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fitrah manusia bisa terkontaminasi oleh najis ma'nawi seperti kemusyrikan, Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis" (at-Taubah: 28), terkontaminasi lumpur hawa nafsu yang salah, "Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu" (Maryam: 59), atau terkontaminasi oleh berbagai perangai binatang yang tidak cocok untuk manusia, "Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)" (al-Furqan: 44). Sebagaimana di dalam jiwa juga terdapat kecenderungan untuk menentang rububiyah, seperti sikap sombong dan angkuh. Jiwa juga bisa tertutup oleh berbagai kegelapan sehingga tidak bisa melihat berbagai hakikat sebagaimana mestinya. Karena itu, jika dikatakan tazkiyatun nafs maka yang dimaksudkan ialah pembebasan jiwa dari berbagai najis yang mengotorinya, berbagai hawa nafsu yang keliru, berbagai perangai kebinatangannya yang nista, penentangannya terhadap rububiyah, dan berbagai macam kegelapan. Para Rasul diutus tidak lain adalah untuk melaksanakan missi seperti ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Titik awal dan akhir dalam taklif Ilahi adalah tauhid yang membersihkan jiwa dari berbagai karat kemusyrikan dan berbagai akibatnya seperti 'ujub, ghurur, dengki dan lain sebagainya. Sesuai dengan sejauh mana tauhid itu tertanam dalam jiwa sejauh itu pula jiwa akan tersucikan dan memetik berbagai buah tauhid seperti sabar, syukur, 'ubudiyah, tawakal, ridha, takut, harap, ikhlas, jujur dan lain sebagainya. sarana pertama dalam tazkiyah adalah shalat. Shalat berikut sujud, ruku' dan dzikirnya membersihkan jiwa dari kesombongan kepada Allah, dan mengingatkan jiwa agar istiqamah di atas perintah-Nya, "Sesungguhnya shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar" (al-'Ankabut: 25). Jadi, shalat merupakan salah satu sarana tazkiyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya khusyu' merupakan manifestasi tertinggi dari sehatnya hati. Jika ilmu khusyu' telah sirna maka berarti hati telah rusak. Bila khusyu' tidak ada berarti hati telah didominasi berbagai penyakit yang berbahaya dan keadaan yang buruk, seperti cinta dunia dan persaingan untuk mendapatkannya. Bila hati telah didominasi berbagai penyakit maka telah kehilangan kecenderungan kepada akhirat. Bila hati telah sampai kepada keadaan ini maka tidak ada lagi kebaikan bagi kaum Muslimin. Karena, cinta dunia menimbulkan persaingan untuk mendapatkannya, sedangkan persaingan terhadap dunia tidak layak menjadi landasan tegaknya urusan dunia dan agama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Marilah kita mengkaji kaitan shalat dengan kekhusyu'an dan kehadiran hati, kemudian makna-makna batiniyah berikut batas-batas, sebab-sebab dan terapinya. Selanjutnya marilah pula kita kaji rincian tentang hal yang harus ada dalam setiap rukun shalat agar layak menjadi bekal akhirat." Kesimpulannya, bahwa kehadiran hati adalah ruh shalat. Batas minimal keberadaan ruh ini ialah kehadiran hati pada saat takbiratul ihram. Bila kurang dari batas minimal ini berarti kebinasaan. Semakin bertambah kehadiran hati semakin bertambah pula ruh tersebut dalam bagian-bagian shalat. Berapa banyak orang hidup yang tidak punya daya gerak sehingga mirip dengan mayit. Demikian pula shalat orang yang lalai dalam seluruh pelaksanaan shalatnya kecuali pada waktu takbiratul ihram, seperti orang hidup yang tidak punya daya gerak sama sekali. Kita memohon pertolongan yang sebaik-baiknya dari Allah. Kehadiran hati yang kami maksudkan ialah mengosongkan hati dari halhal yang tidak boleh mencampuri dan mengajaknya berbicara, sehingga pengetahuan tentang perbuatan senantiasa menyertainya dan pikiran tidak berkeliaran kepada selainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tafahhum (kefahaman) terhadap makna pembicaraan merupakan sesuatu di luar kehadiran hati. Bisa jadi hati hadir bersama lafazh atau bias jadi juga tidak. Peliputan hati terhadap pengetahuan tentang makna lafazh itulah yang kami maksudkan dengan kefahaman. Ta'zhim (rasa hormat) juga merupakan perkara di luar kehadiran hati dan kefahaman; sebab bisa jadi seseorang berbicara kepada budaknya dengan hati yang penuh konsentrasi dan faham akan makna perkataannya tetapi ia tidak menaruh rasa hormat kepadanya. Sedangkan haibah (rasa takut yang bersumber dari rasa hormat) merupakan tambahan bagi ta 'zhim bahkan ia adalah ungkapan tentang rasa takut yang bersumber dari ta'zhim, karena orang yang tidak takut tidak bias disebut ha'ib, raja' (harap), serta haya' (rasa malu). Oleh karena itu, tidak ada kiat dan terapi untuk menghadirkan hati kecuali dengan memalingkan himmah (perhatian utama) kepada shalat. Sementara itu. himmah tidak akan terarahkan kepada shalat selagi belum jelas bahwa tujuan yang dicari tergantung kepadanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan faktor penyebab timbulnya tafahhum (kefahaman), setelah kehadiran hati, ialah senantiasa berfikir dan mengarahkan pikiran untuk mengetahui makna. Terapinya terletak pada menghadirkan hati disertai konsentrasi berfikir dan kesiagaan untuk menolak berbagai lintasan pikiran (yang liar). Sedangkan ta'zhim (rasa hormat) merupakan keadaan hati yang lahir dari dua ma'rifat. Pertama, ma'rifat akan kemuliaan dan keagungan Allah, yang merupakan salah satu dasar iman. Siapa yang tidak diyakini keagungannya maka jiwa tidak akan mau mengagungkannya. Kedua, ma'rifat akan kehinaan diri dan statusnya sebagai hamba yang tidak memiliki kuasa apa-apa. Dari kedua ma'rifat ini lahir rasa pasrah (istikanah), tidak berdaya (inkisar) dan tunduk (khusyu') kepada Allah yang diungkapkannya dengan ta'zhim.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan haibah (rasa takut yang bersumber dari rasa hormat) dan takut merupakan keadaan jiwa yang lahir dari ma'rifat akan kekuasaan Allah, hukuman-Nya, pengaruh kehendak-Nya padanya, dan bahwa seandainya Dia membinasakan orang-orang terdahulu dan orang-orang terkemudian maka semua itu tidak mengurangi kerajaan-Nya sedikitpun. Sedangkan faktor penyebab timbulnya raja' (harap) ialah kelembutan Allah, kedermawanan-Nya, keluasan ni'mat-Nya, keindahan ciptaan-Nya, dan pengetahuan akan kebenaran janji-Nya. Sedangkan haya' (rasa malu) akan'muncul melalui perasaan serba kurang sempurna dalam beribadah dan pengetahuannya akan ketidakmampuannya dalam menunaikan hak-hak Allah. Rasa malu ini akan semakin kuat dengan mengetahui cacat-cacat dirinya, kekurang-ikhlasannya, keburukan batinnya, dan kecenderungannya kepada perolehan segera (duniawi) dalam semua amal perbuatannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itu, obat untuk menghadirkan hati ialah mengusir lintasan-lintasan pikiran tersebut. Sementara itu, sesuatu tidak dapat diusir kecuali dengan mengusir sebab-sebabnya. Hendaklah Anda mengetahui sebabnya dan sebab timbulnya lintasan tersebut. Bisa jadi sebab tersebut berupa perkara eksternal atau perkara batin yang bersifat internal. Sebab eksternal yang tertangkap oleh pendengaran atau nampak oleh penglihatan kadang menarik perhatian utama hingga terbawa dan hanyut kepadanya kemudian pikiran pun terseret kepada hal-hal lainnya secara berantai. Terapinya ialah memutuskan sebab-sebab tersebut; dengan menundukkan pandangannya, atau shalat di ruangan yang gelap, atau tidak meletakkan sesuatu di hadapannya agar tidak mengganggu konsentrasinya, mendekat ke dinding pada waktu shalat agar jangkauan pandangannya tidak terlalu luas, menghindari shalat di jalanan umum, atau di tempat-tempat yang penuh dekorasi, atau di atas hamparan yang penuh gambar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan sebab-sebab batiniah lebih berat. Siapa yang memiliki berbagai obsesi duniawi maka pikirannya tidak terbatas pada satu aspek saja, tetapi senantiasa berkeliaran dari satu aspek ke aspek yang lain, sehingga menundukkan pandangan tak lagi berguna baginya. Karena apa yang telah bersemayam di hati sebelumnya telah cukup menyibukkannya. Terapi orang ini ialah dengan menarik jiwanya dengan "paksa" untuk memahami apa yang dibacanya dalam shalat dan membuatnya sibuk dengannya dan melupakan yang lainnya. Hal lain yang akan membantunya melakukan hal tersebut ialah mempersiapkan diri sebelum takbiratul ihram dengan menyegarkan jiwa melalui ingatan akan akhirat, posisi munajat, dan urgensi beridiri di hadapan Allah yang Maha Melihat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah dari atas mimbar membuang cincin yang melekat di tangannya seraya bersabda: "Cincin ini menyibukkan aku, sekali memandangnya dan sekali memandang kalian." (Diriwayatkan oleh Nasa'i dan hadits Ibnu Abbas dengan sanad shahih.) Diriwayatkan bahwa Abu Thalhah pernah shalat di dalam kebun kemudian ia tertarik kepada seekor binatang yang terbang di atas pohon yang mencari jalan keluar kemudian Abu Thalhah memperhatikannya sejenak hingga tidak tahu berapa raka'at ia shalat? Kemudian ia menyebutkan kepada Rasulullah saw fitnah yang menimpanya tersebut seraya berkata: "Wahai Rasulullah, kebun itu aku shadaqahkan, maka aturlah sesuai kehendakmu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka berbuat demikian untuk memutuskan hal yang menjadi bahan pikiran di samping sebagai kafarat bagi kekurang-sempurnaan shalat yang dialaminya. Itulah obat mujarab bagi penyakit tersebut dan tidak ada obat lainnya yang bermanfaat. Adapun upaya penenangan dan ajakan untuk memahami dzikir (bacaan) yang kami sebutkan di atas maka tindakan tersebut hanya bermanfaat bagi syahwat yang lemah dan fokus perhatian yang tidak menyibukkan kecuali pinggiran hati. Sedangkan bagi syahwat yang kuat dan bergejolak, upaya penenangan itu tidak akan bermanfaat sehingga akan senantiasa menariknya dan menarik Anda kemudian mengalahkan Anda dan akhirnya semua shalat Anda hanyut dalam daya tariknya. Sekalipun demikian, tetap harus dilakukan mujahadah, mengembalikan bati kepada shalat, dan mengurangi sebab-sebab yang dapat menyibukkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kewajiban Anda, jika engkau termasuk orang-orang yang menginginkan akhirat, ialah hendaknya engkau pertama-tama tidak melalaikan berbagai peringatan yang terdapat di dalam syarat-syarat dan rukun-rukun shalat. Syaratsyarat yang mendahului shalat ialah: Adzan, bersuci, menutup aurat, menghadap kiblat, berdiri tegak lurus dan niat. Apabila engkau mendengar seruan mu'adzdzin maka hadirkanlah di dalam hatimu (gambaran tentang) dahsyatnya seruan hari kiamat dan bersegeralah dengan lahir dan batinmu untuk segera memenuhinya; karena orang-orang yang bersegera memenuhi seruan ini adalah orang-orang yang dipanggil dengan penuh lemah lembut pada hari "pagelaran akbar." Arahkanlah hatimu kepada seruan ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun bersuci, jika engkau mewujudkannya di tempatmu yang merupakan penutupmu yang paling jauh, di dalam pakaianmu yang merupakan bungkusmu yang paling dekat, dan di dalam permukaan kulitmu yang merupakan kulitmu yang paling dekat, maka janganlah engkau melalaikan hatimu yang merupakan dirimu. Adapun menutup aurat, maka ketahuilah bahwa maknanya ialah menutupi keburukan-keburukan badanmu dari pandangan makhluk, karena lahiriah badanmu merupakan tempat penilaian makhluk. Hadirkanlah keburukankeburukan batin itu di dalam benakmu dan tuntutlah dirimu agar menutupinya, dan pastikan bahwa tidak ada sesuatu atau siapa pun yang dapat menutupi mata Allah. Tetapi keburukan-keburukan itu dapat ditutupi dengan penyesalan, rasa malu dan takut (kepada Allah).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menghadap kiblat ialah memalingkan lahiriah wajahmu dari seluruh arah ke arah Baitullah. Hal-hal yang lahirriah ini tidak lain adalah cermin gerakan batin, pengendalian anggota badan, dan pemantapannya pada satu arah agar tidak merusak hati; karena apabila halhal lahiriah itu telah rusak dan zhalim dengan berpaling ke berbagai arahnya maka hati akan mengikutinya dan terpalingkan dari Allah. Hendaklah wajah hatimu bersama wajah badanmu. Adapun berdiri tegak lurus, tidak lain adalah cermin diri dan hati di hadapan Allah. Hendaklah kepalamu yang merupakan bagian teratas dari badanmu tertunduk khusyu', dan hendaklah amalan meletakkan kepala (di tanah) dari tempatnya yang tinggi menjadi peringatan atas kewajiban hati untuk tawadhu', merendahkan diri dan menghindari kesombongan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan niat, maka hendaklah engkau bertekad memenuhi perintah Allah untuk menunaikan shalat, menyempurnakannya, menghindari segala hal yang dapat membatalkannya, dan mengikhlaskan semua itu semata-mata karena mencari ridha Allah; berharap pahala dari-Nya dan takut siksa-Nya; demi mendekatkan diri kepada-Nya, dan mengakui karunia-Nya dengan mengizinkan bermunajat kepada-Nya; sekalipun engkau kurang beradab kepada-Nya dan banyak berbuat maksiat terhadap-Nya. Sedangkan takbir, apabila lisanmu mengucapkannya maka hendaklah hatimu tidak mendustakannya. Jika di dalam hatimu ada sesuatu yang lebih besar dari Allah maka Allah menyaksikan bahwa engkau pendusta, sekalipun perkataan itu benar sebagaimana orang-orang munafiq bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan do'a istiftah, maka ucapanmu yang pertama kali ialah: "Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan semua langit dan bumi."Wajah yang dimaksudkan bukan wajah lahir, karena wajah lahirmu hanya engkau hadapkan ke arah kiblat, tetapi wajah hati yang dengannnya engkau menghadap kepada Pencipta semua langit dan bumi. Adapun berkenaan dengan tiap bacaan shalat lainnya, maka manusia terbagi menjadi tiga golongan: Pertama, orang yang lidahnya bergerak tetapi hatinya lalai. Kedua, orang yang lidahnya bergerak dan hatinya mengikuti lidah sehingga dapat memahami dan mendengarnya, seolah-olah ia mendengarnya dari orang lain. Bacaan seperti ini merupakan derajat ashhabul yamin. Ketiga, orang hatinya telah terlebih dahulu menyerap nilai-nilai kemudian lidah melayani hati untuk menerjemahkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seandainya shalatmu tidak mendapatkan apa-apa selain bahwa engkau disebut Allah di dalam-kemuliaan dan keagungan-Nya maka hal itu sudah merupakan perolehan yang sangat besar, maka bagaimana pula dengan pahala dan keutamaan-Nya yang engkau harapkan? Demikian pula engkau harus memahami surat-surat lain yang engkau baca. Janganlah engkau melalaikan perintah, larangan, janji, ancaman, nasehat, berita-berita-Nya tentang para Nabi-Nya dan berbagai karunia dan kebaikan-Nya. Masing-masing darinya memiliki hak. Optimisme adalah hak janji, takut adalah hak ancaman, 'azam adalah hak perintah dan larangan, mengambil pelajaran adalah hak nasehat, syukur adalah hak penyebutan karunia, dan mengambil 'ibrah adalah hak berita-berita tentang para Nabi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Abdullah bin Waqid berkata, "Aku pernah melihat Ibnu Umar shalat dalam keadaan tidak berdaya. Hatinya pantas terbakar oleh janji dan ancaman Tuhannya, karena ia seorang hamba yang penuh dosa lagi hina di hadapan Tuhan yang Maha Perkasa." Makna-makna ini muncul sesuai dengan tingkat kefahaman, sedangkan kefahaman sangat ditentukan oleh kecukupan ilmu dan kejernihan hati. Tingkatan-tingkatan tersebut tidak ada batasnya. Shalat adalah kunci hati. Di dalam shalat terungkap berbagai rahasia kalimat. Ini adalah hak bacaan, hak dzikir dan tasbih. Kemudian hendaknya dijaga suasana haibah dalam bacaan dengan membaca secara tartil dan tidak terlalu cepat, karena cara baca seperti ini memudahkan untuk perenungan. Hendaknya dibedakan antara intonasi dalam ayat rahmat, adzab, janji, ancaman, pujian, ta'zhim dan sanjungan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagaimana kepala dan mata harus dijaga agar tidak berpaling ke berbagai arah demikian pula batin (hati) harus dijaga agar tidak berpaling kepada selain shalat. Apabila berpaling kepada selain-Nya maka ingatkanlah kepada pengawasan Allah kepadanya dan betapa buruk sikap mengabaikan Dzat yang dimunajati pada saat orang yang bermunajat itu lalai; agar ia kembali. Usahakanlah kekhusyu'an hati karena keterhindaran dari berpaling secara batin dan zhahir merupakan buah kekhusyu'an. Bila batin khusyu' maka zhahir pun akan khusyu'.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun ketika ruku' dan sujud maka hendaknya engkau memperbarui ingatan akan kesombongan Allah, dan engkau angkat kedua tanganmu seraya memohon perlindungan melalui ampunan Allah dari siksa-Nya, dengan memperbarui niat dan mengikuti sunnah Nabi saw. Kemudianengkau memulai merendahkan dan menundukkan diri dengan melakukan ruku', berusaha keras dalam memperhalus hati dan memperbarui kekhusyu'an, merasakan kehinaanmu dan kemuliaan Rabbmu, meminta bantuan kepada lisanmu untuk mengukuhkan hal itu ke dalam hati, kemudian engkau memuji Allah dan mengakui keagungan-Nya; bahwa Dia lebih Agung dari setiap keagungan, dan engkau ulangi hal itu di dalam hatimu untuk menegaskannya berkali-kali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian engkau bangkit dari ruku' seraya mengharap agar Dia melimpahkan rahmat kepadamu, dan engkau tegaskan harapan itu pada dirimu. Kemudian engkau handuk bersujud yang merupakan derajat ketundukan yang paling tinggi, lalu anggota badanmu yang paling berharga -yaitu wajah engkau tempelkan kepada sesuatu yang paling rendah yaitu tanah. Jika memungkinkan, sujudlah langsung ke tanah tanpa alas karena hal ini lebih bisa khusyu' dan bukti yang paling baik atas kerendahan. Jika engkau telah meletakkan dirimu berada pada tempat kerendahan maka ketahuilah bahwa engkau telah meletakkannya di tempat yang tepat dan engkau kembalikan cabang kepada asalnya, karena sesungguhnya engkau diciptakan dari tanah dan akan kembali kepadanya. Kemudian angkatlah kepalamu seraya bertakbir dan memohon keperluanmu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun tasyahhud, apabila engkau telah duduk tasyahhud. Maka duduklah dengan penuh adab dan nyatakanlah bahwa semua shalawat dan kebaikan yakni berupa akhlaq yang suci adalah semata-mata milik Allah; demikian pula kerajaan adalah milik Allah. Kemudian berdo'alah di akhir shalatmu dengan do'a yang ma'tsur disertai sikap tawadhu', khusyu', merendahkan diri, dan berharap ijabah kepada-Nya. Sertakanlah kedua orang tuamu dan seluruh kaum Muslimin di dalam do'amu. Pada saat mengucapkan salam tujukanlah kepada para malaikat dan hadirin, dan akhirilah shalat dengannya. Bersyukurlah kepada Allah atas perkenan-Nya untuk menyempurnakan keta'atan ini. Anggaplah bahwa shalatmu ini merupakan shalat terakhir yang bisa jadi engkau tidak mendapatkan kesempatan untuk melakukannya lagi. Kemudian tanamkan rasa malu dan sungkan di dalam hatimu karena berbagai kekurangan dalam menunaikan shalat. Takutlah bahwa shalatmu tidak diterima dan bahwa engkau dimurkai karena dosa yang nyata atau tersembunyi sehingga membuat shalatmu tertolak. Sekalipun demikian berharaplah bahwa Allah akan menerimanya dengan kemurahan dan keutaman-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah rincian shalat orang-orang yang khusyu', yaitu orang-orang yang khusyu' dalam shalat mereka; orang-orang yang senantiasa menjaga shalat mereka; orang-orang yang berkomitmen kepada shalat mereka; orang- orang yang bermunajat kepada Allah seoptimal mungkin dalam 'ubudiyah. Hendaklah seseorang berusaha melakukan shalat yang khusyu' ini. Bila mampu melakukannya seoptimal mungkin maka hendaklah ia bergembira dan bila tidak dapat melakukannya hendaklah ia bersedih hati dan berusaha keras untuk bisa melakukannya. Adapun shalat orang-orang yang lalai maka shalat mereka terancam bahaya kecuali mendapatkan limpahan rahmat Allah yang Mahaluas dan kemurahan-Nya yang melimpah.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-68388871688403055262013-02-14T17:23:00.001-08:002013-02-14T20:40:09.061-08:00Bukan sekedar hal yang harus direnungkan<div style="text-align: justify;">
Astagfirullah, saya benar-benar merasa malu, Mengapa di usia ini baru membaca buku ini? Sejak lama saya mengetahui berbagai kekosongan makna dalam diri. Beberapa tahun mulai mencoba memahami diin dengan baik, tapi tetap saja ada yang kurang. Kekosongan batin dalam melaksanakan berbagai ibadah. Ya, ibadah memang bukan hanya ibadah maghdhah saja, tapi bagaimana mungkin kita dapat melaksanakan ibadah lainnya jika dalam melaksanakan ibadah maghdhah saja kita masih keteteran? Ibadah ini merupakan wujud penyembahan langsung kepada Yang Maha Agung, Sang Raja diRaja, Penguasa Alam Raya, Pencipta Segala yang terindra maupun tidak. Bagaimana mungkin saya dapat meremehkan jenis ibadah ini? Seraya mengangkat kepala dan berusaha membenahi orang lain, padahal diri ini tiada selamat sebelumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dua tahun berada dalam harakah benar-benar sangat saya syukuri. Saya dapat belajar Islam mulai dari nol, tapi sesungguhnya bukan dari nol saya harus belajar mengenai Diin ini, tetapi dari taraf minus. Saya memahami ada kekosongan jiwa karena beberapa langkah telah melompati tahapan yang seharusnya didahulukan. Saya melompat terlalu jauh, menyombongkan diri dengan berbagai perkara dakwah. Niat untuk berdakwah memang perkara yang mulia. Bahkan dakwah merupakan ibadah yang sangat agung. Tapi bagaimana mungkin saya dapat berdakwah, sedangkan batin ini tiada tersentuh dakwah?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selama hampir dua puluh satu tahun saya hadir di dunia. Beberapa kali saya merasa lahir kembali. Merangkak keluar dari jurang kenistaan. Tapi tak ada guna lahirnya diri ini kembali. Diri ini begitu bodoh, layaknya keledai yang tergelincir ke dalam lubang yang sama. Setidaknya keledai adalah haiwan seperti haiwan lainnya. Berbeda dengan manusia yang memiliki kesempurnaan akal. Manusialah yang diamanahkan untuk menjadi Pemimpin di Bumi (Khalifah fiil Ard). Sebagai khalifah di bumi yang mendayagunakan potensi bumi, sebelumnya dia harus mampu bertindak sebagai pemimpin dalam dirinya. Setiap manusia harus dapat menundukkan jiwa haiwani, dan meneguhkan kedudukan jiwa natiqah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
=) Tak ada maksud dari diri yang bodoh ini untuk mengecilkan karya agung Imam Muhammad Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin ke dalam berbagai ringkasan. Seperti yang telah dikemukakan Sa'id Hawwa dalam BAB Pengantar Tazkiyatun-Nafs, tulisan beliaupun juga tidak bermaksud demikian. Beliau hanya berupaya meringkas kitab ini dan menyesuaikannya dengan problem umat saat itu.<br />
<br />
Sesungguhnya amat jahil saya tidak mendahulukan kitab ini dalam perjalanan mencari makna. Bagaimana mungkin ilmu pengenalan dapat diperoleh jika saya sendiripun tiada mengetahui maqam yang harus dilalui untuk mencapainya. Sebagai manusia yang lemah sangat sombong jika saya mendahulukan kitab lain dibandingkan kitab ini. Sekali lagi tak ada maksud dari saya untuk meninggalkan khabbar shaddiq karna itu pastinya perkara utama. Tapi kitab ini memang salah satu kitab utama yang berkedudukan sebagai pembimbing menuju ilmu pengenalan.<br />
<br />
Dalam catatan ini, saya tidak mengganti tulisan sama sekali, hanya meringkas dan menyusunnya ke dalam beberapa bahasan. Sebenarnya yang terbaik adalah saya tidak meringkasnya lagi, karna Sa'id Hawwa telah melakukannya dengan sangat hati-hati. Tapi anggap saja tulisan dalam catatan ini sebagai pengantar bagi yang kurang waktu untuk membaca kitab secara keseluruhan. Meski saya sangat menganjurkan setidaknya kita dapat mencicil dan membagi waktu dari kesibukan untuk benar-benar memaknai isi kitab ini. Oya, perlu ditekankan pula, sebagai seorang yang tiada mampu berbahasa Arab dengan baik, saya tidak melakukan penerjemahan atau penukilan dari kitab aslinya. Saya hanya mencoba memulai belajar dari kitab terjemahan terbitan tahun 1997 oleh Rabbani Press. Sedih juga menyatakan ini, tetapi sekali lagi jangan menyerah atau mundur dari pertarungan disebabkan segala keterbatasan. Semoga dengan mulai difahaminya kitab ini dari bahasa Indonesia menjadikan saya semakin semangat lagi belajar dan mendalami bahasa Arab. Aamiin Allahumma aamiin<br />
</div>
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-67016266679094853022013-02-14T05:13:00.001-08:002013-02-14T05:13:37.129-08:00TUGAS PEMBIMBING DAN PENGAJAR (Tazkiyatun-Nafs Imam Ghazali) Sa'id Hawwa<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Pertama, belas kasih kepada murid dan memperlakukannya sebagai anak. Dengan tujuan menyelamatkan mereka dari api akhirat, bahkan ini lebih penting ketimbang penyelamatan kedua orang tua terhadap anaknya dari api dunia. Oleh karena itu, hak guru lebih besar dari hak kedua orang tua. Karena orang tua adalah sebab keberadaan sekarang dan kehidupan yang fana sedangkan guru adalah sebab kehidupan yang abadi.</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Kedua, meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tidak meminta upah mengajar, tidak bertujuan mencari imbalan ataupun ucapan terima kasih, tetapi mengajar semata-mata karena Allah dan tagarrub kepada-Nya. Juga tidak merasa berjasa atas para murid, sekalipun jasa itu mereka rasakan, tetapi memandang mereka juga memiliki jasa karena mereka telah mengkondisikan hati mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan menanamkan ilmu ke dalamnya.</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Ketiga, tidak meninggalkan nasehat kepada murid sama sekali, seperti melarangnya dari usaha untuk beralih kepada suatu tingkatan sebelum berhak menerimanya, dan mendalami ilmu tersembunyi sebelum menguasai ilmu yang jelas. Kemudian mengingatkan murid bahwa tujuan mencari ilmu adalah taqarrub kepada Allah ta 'ala bukan untuk meraih kekuasaan, kedudukan dan persaingan.</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Keempat, ini termasuk pelik-pelik tugas mengajar, yaitu mencegah murid dari akhlaq tercela, dengan cara tidak langsung dan terang-terangan sedapat mungkin, dan dengan kasih sayang bukan dengan celaan.</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Kelima, guru yang menekuni sebagian ilmu hendaknya tidak mencela ilmu-ilmu yang tidak ditekuninya, Seorang guru yang hanya menekuni satu ilmu harus memperluas wawasan murid pada orang lain, dan jika ia menekuni beberapa ilmu maka harus menjaga pentahapan dalam meningkatkan murid dari satu tingkatan ke tingkatan yang lain.</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Keenam, membatasi sesuai kemampuan pemahaman murid; tidak menyampaikan kepadanya apa yang tidak bisa dijangkau oleh kemampuan akalnya agar tidak membuatnya enggan atau memberatkan akalnya, karena meneladani Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam. Hendaknya menyampaikan hal yang sebenarnya apabila diketahui bahwa kemampuan pemahamannya terbatas. Ali ra berkata seraya menunjuk ke dadanya, "Sungguh di sini terdapat banyak ilmu jika ada yang siap membawanya." Ali ra benar, karena hati orang-orang yang sangat baik {al-abrar) adalah kuburan berbagai rahasia. Seorang yang berilmu tidak sepatutnya menyampaikan setiap ilmu yang diketahuinya kepada setiap orang. Hal ini jika masalah itu bisa difahami oleh murid tetapi tidak layak untuk memanfaatkannya, maka apatah lagi menyangkut hal yang tidak bisa difahaminya? Oleh sebab itu dikatakan, "Takarlah setiap orang dengan takaran akalnya, dan timbanglah dia dengan timbangan pemahamannya, agar engkau selamat darinya dan dia bisa mengambil manfaat darimu. Jika tidak, maka akan terjadi penolakan karena perbedaan ukuran. Kezhaliman dalam memberi orang yang tidak berhak bukanlah lebih ringan ketimbang kezhaliman karena tidak memberi orang yang berhak."</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Ketujuh, murid yang terbatas kemampuannya sebaiknya disampaikan kepadanya hal-hal yang jelas dan cocok dengannya, dan tidak disebutkan kepadanya bahwa di balik itu ada pendalaman yang tidak bisa disampaikan kepadanya, karena tindakan ini akan mengurangi minatnya terhadap hal-hal yang jelas tersebut, membuat hatinya guncang, dan mengesankan kebakhilan penyampaian ilmu terhadap dirinya; sebab setiap orang meyakini bahwa dirinya layak menerima ilmu yang mendalam.</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Kedelapan, hendaknya guru melaksanakan ilmunya; yakni perbuatannya tidak mendustakan perkataannya, karena ilmu diketahui dengan mata hati (bashirah) dan amal diketahui dengan mata, sedangkan orang yang memiliki mata jauh lebih banyak. Ali ra berkata: "Dua orang yang membuat punggungku patah: Orang berilmu yang bermaksiat dan orang bodoh yang banyak beribadah. Orang bodoh ini menipu orang dengan-ibadahnya sedangkan orang yang berilmu tersebut memperdaya mereka dengan maksiatnya."</i></span></span></div>
<div style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<br />
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4496941576316515920.post-52819840064860254162013-02-14T04:23:00.001-08:002013-02-14T04:23:17.838-08:00Adab Murid Terhadap Guru dikutip dari Tazkiyatun-Nafs Imam Ghazali Karya Sa'id Hawwa<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Pertama, mendahulukan kesucian jiwa daripada kejelekan akhlaq dan keburukan sifat, karena ilmu adalah ibadahnya hati, shalatnya jiwa, dan peribadatannya batin kepada Allah.</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Kedua, mengurangi keterikatannya dengan kesibukan dunia, karena ikatan-ikatan itu menyibukkan dan memalingkan. "Ilmu tidak akan memberikan kepadamu sebagiannya sebelum kamu menyerahkan kepadanya seluruh jiwamu. Jika kamu telah memberikan seluruh jiwamu kepadanya tetapi ia baru memberikan sebagiannya kepadamu maka kamu berarti dalam bahaya." Pikiran yang terpencar pada berbagai hal yang berserakan adalah seperti sungai kecil yang airnya berpencar kemudian sebagiannya diserap tanah dan sebagian lagi dihisap udara sehingga tidak ada yang terkumpul dan sampai ke ladang tanaman.</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Ketiga, tidak bersikap sombong kepada orang yang berilmu dan tidak bertindak sewenang-wenang terhadap guru, bahkan ia harus menyerahkan seluruh urusannya kepadanya dan mematuhi nasehatnya seperti orang sakit yang bodoh mematuhi nasehat dokter yang penuh kasih sayang dan mahir. "Ilmu enggan terhadap pemuda yang congkak. Seperti banjir enggan terhadap tempat yang tinggi." Ali ra berkata, "Di antara hak seorang guru ialah kamu tidak banyak bertanya kepadanya, tidak merepotkannya dalam member jawaban, tidak mendesaknya apabila ia malas, tidak memegangi kainnya apabila ia bangkit, tidak menyebarkan rahasianya, tidak menggunjing seseorang di hadapannya, dan tidak mencari-cari kesalahannya; jika ia tergelincir maka kamu terima alasannya. Kamu juga harus menghormatinya dan memuliakannya karena Allah ta'ala selama ia tetap menjaga perintah Allah, dan tidak duduk di hadapannya sekalipun kamu ingin mendahului orang dalam berkhidmat memenuhi keperluannya."</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Keempat, orang yang menekuni ilmu pada tahap awal harus menjaga diri dari mendengarkan perselisihan di antara manusia, baik apa yang ditekuninya itu termasuk ilmu dunia ataupun ilmu akhirat.</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Kelima, seorang penuntut ilmu tidak boleh meninggalkan suatu cabang ilmu yang terpuji, atau salah satu jenis ilmu, kecuali ia harus mempertimbangkan matang-matang dan memperhatikan tujuan dan maksudnya. Kemudian jika usianya mendukung maka ia berusaha mendalaminya, tetapi jika tidak maka ia harus menekuni yang paling penting di antaranya dan mencukupkan diri dengannya.</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Keenam, tidak menekuni semua bidang ilmu secara sekaligus tetapi menjaga urutan dan dimulai dengan yang paling penting. Karena apabila usia. pada ghalibnya, tidak memadai untuk mendapatkan semua ilmu maka seyogyanya ia mengambil yang terbaik dari segala sesuatu dan mencurahkan segenap kekuatannya pada ilmu yang mudah dipelajari sampai menyempurnakan ilmu yang paling mulia yaitu ilmu akhirat.</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Ketujuh, hendaklah tidak memasuki suatu cabang ilmu sebelum menguasai cabang ilmu yang sebelumnya; karena ilmu tersusun secara berurut, sebagiannya merupakan jalan bagi sebagian yang lain. Ali ra berkata, "Janganlah kamu mengenali kebenaran melalui orang tetapi kenalilah kebenaran pasti kamu akan mengetahui orangnya."</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Kedelapan, hendaklah mengetahui faktor penyebab yang dengannya ia bisa mengetahui ilmu yang paling mulia. Apa yang dimaksudkannya adalah dua hal; pertama kemuliaan hasil; dan kedua kekokohan dan kekuatan dalil.</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Kesembilan, hendaklah tujuan murid di dunia adalah untuk menghias dan mempercantik batinnya dengan keutamaan, dan di akhirat adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan diri untuk bisa berdekatan dengan makhluk tertinggi dari kalangan malaikat dan orang-orang yang didekatkan (muqarrabiri).</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 24px;"><i>Kesepuluh, hendaklah mengetahui kaitan ilmu dengan tujuan agar supaya mengutamakan yang tinggi lagi dekat darpada yang jauh, dan yang penting daripada yang lainnya.</i></span></span></div>
<div style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<br />
Anita Rachmat Putrihttp://www.blogger.com/profile/07661922149193621819noreply@blogger.com0