Minggu, 01 Juli 2012

Memasak untuk keluarga bagi wanita

Memasak, dan masakan kita dimakan oleh keluarga serta dipuji atas kelezatannya,. Luar biasa kebahagiaan yang kita rasakan saat itu. Meskipun memasak bukanlah sebuah kewajiban wanita dan merupakan budaya Indonesia. tetapi budaya ini merupakan hal yang positif dan dapat dibiasakan oleh para wanita. Bagaimana kebahagiaan itu terungkap, jika kita sendiri pernah mengalaminya.

Sedihnya melihat para perempuan yang tidak bisa masak dan tidak mau belajar untuk dapat memasak. Padahal belajar memasak adalah salah satu bekal untuk kehidupannya nanti. Emang mau liat suami sendiri makan di warung sebelah rumah? Hehehe,.

Jadi terbayang dengan ungkapan bunda Elin saat suami dan anak-anaknya pulang dari kerja dan sekolah. Mereka langsung mencari sesuatu di meja makan dan bertanya, "Bunda, hari ini masak apa?" dengan penuh kebanggaan bunda menjawab "hari ini bunda masak ikan gurame saus tiram".. hehe,..

Pesan bunda yang sangat mengena dalam diri saya adalah "menjadi ibu rumah tangga harus berusaha menghilangkan ego dalam diri." Seorang ibu kenyangnya bila anaknya tidak kelaparan, laparnya bila sang ibu kenyang sendirian. Menjadi seorang ibu rumah tangga bukanlah sebuah pekerjaan populer yang menghasilkan pundi-pundi materi apalagi ketenaran. Menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak dapat dinilai dengan materi.

Meski belum sempat belajar banyak dari almh. Mama, tapi saya masih dapat belajar dari kakak perempuan dan bapak di keluarga inti. Sedangkan di keluarga besar, saya dapat belajar dari Bunda Elin Sugiharti, Ummi Hana,, dan beberapa orang bibi,. Istri dari buya Hamka pernah diwawancarai oleh seorang pembawa acara dalam suatu acara. Dia bertanya, "Bagaimana ibu bisa menemani seorang seperti buya Hamka, Apa yang ibu lakukan?" Istri dari buya Hamka yang tidak terkenal seperti Ibu Ani Yudhoyono. Beliau terdiam sejenak sembari memandang suaminya. Akhirnya beliaupun menjawab sambil bergetar, "Saya hanya menjadi juru masaknya saja!"... Subhanallah,,

Sangat aneh yang dilakukan para feminis. Mereka menukar pahala jihad dalam mengurus rumah tangga dengan sebuah kegiatan yang aneh-aneh dan tidak karuan di luar rumah.
Menurut saya, Biarlah budayanya menuntun perjalanan seorang perempuan menjadi pelayan dirumah. mengurus anak-anak dan suami. Toh dalam Islam-pun tidak ada larangan perempuan untuk bekerja, asal tidak meninggalkan peran utamanya. dan dalam hal ini salah satu jenis pekerjaan yang tepat adalah menjadi seorang guru. :D Ingatlah bahwa "baiti janati" bertumpu pada peran utama seorang wanita. Dan kita juga harus selalu ingat bahwa media sosialisasi utama bagi seorang anak adalah keluarganya. Apa yang terjadi jika para wanita meninggalkan keluarganya?? Tak ayal adab seorang anak akan dapat dengan mudah dipertanyakan,.. 

Allahu 'alam,.... 

sekarang,, ayo belajar masakk,.. Ilmu itu kan bukan hanya dalam hal pemikiran.. Kalau bisa, ada mata kuliah wajib di setiap Universitas yang khusus membahas peran wanita dalam keluarga....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar