Bismillah ar rahman ar rahiim..
Beberapa waktu lalu saya sangat segan untuk menuliskan hal ini. Khawatir dengan sebuah dalil mengenai orang-orang yang tidak mengerjakan apa yang telah diucapkannya. Naudzubillah, semoga kita tidak termasuk golongan orang-orang yang fasik.
Dr. Ugi Suharto, seorang pakar ekonomi Islam memberikan clossing statement sebelum kepulangannya ke Bahrain. Pesan beliau cukup singkat, hanya beberapa menit, namun mampu membius saya selama beberapa hari. Bagaimana tidak, beliau berhasil menggetarkan kefahaman saya selama 2 tahun ini. Kefahaman yang dimaksud adalah mengenai konsep keadilan, ilmu, harokah, dan keikhlasan dalam melaksanakan suatu amalan.
Cukup 15 menit beliau mengucapkan apa yang seharusnya seorang guru ucapkan kepada muridnya. Beliau kembali menegaskan apa yang sebaiknya ditegaskan, mengulangi apa yang seharusnya diulang-ulang. Alhamdulillah, Syukran wa Ugi (terima kasih telah membiarkan saya memanggil antum dengan sebutan uwa). Barakallah, teruslah berjaya untuk ummat. Allah menyertai perjuangan antum dalam meneruskan pembinaan peradaban Islam.
Sederhana apa yang dikatakan oleh wa Ugi, beliau memaparkan mengenai konsep keadilan dalam Islam. Keadilan dalam makna yang sebenarnya, yaitu menempatkan sesuatu sesuai tempatnya. Beliau juga menjelaskan mengenai perhitungan keadilan yang tidak disamakan dengan kesetaraan. Yaa,, sekali lagi beliau menjelaskan kembali apa yang telah saya ketahui.
Cukup simpel namun terlalu berat untuk dituliskan..
"Ketika manusia tidak mampu memberikan keadilan, maka dia telah melakukan sesuatu kezaliman. Pada saat dia telah melakukan kezaliman pada orang lain, maka dia telah melakukan kezaliman pada dirinya sendiri dan Allah Ta'ala.." Keadilan bukanlah sebuah kesetaraan (50:50), melainkan meletakkan sesuatu sesuai tempatnya. Beliau menambahkan penjelasan dengan sebuah perumpamaan sederhana.
"Adil dapat digambarkan dengan sebuah hukuman. Misalnya ketika korban ingin membalas tindakan pelaku pemukulan. Jika pelaku memukul wajahnya, dia akan memukul wajah pelakunya kembali. Ketika pelaku mematahkan kakinya, dia akan mematahkan kakinya kembali. Begitu seterusnya,..."
"Namun ketika dia memaafkan pelaku pemukulan tersebut, dia adalah seorang yang ihsan. Tidak mengambil apa yang telah menjadi haknya untuk memukul kembali. Tetapi ketika dia membalas tindakan pemukulan lebih dari satu kali, bahkan berulang-ulang, dia telah melakukan sebuah kezaliman."
Ihsan, adil, dan zalim. Ketiga konsep yang berkaitan erat. Untuk melaksanakan sebuah keadilan saja begitu beratnya, apalagi untuk berlaku hasan. Allahu 'alam, semua memerlukan proses.
______________________________________
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami yang menggunung ini. Hindarkanlah dari kami untuk berlaku zalim pada diri maupun orang lain.. Mudahkanlah kami dalam memenuhi berbagai haq yang wajib kami berikan. Lindungilah kami dari godaan syaithan yang terkutuk, yang selalu melalaikan dari apa-apa yang harus kami kerjakan..
Allahumma aamiin,...
terima kasih, jazakiLLAH atas tulisannya Anita..
BalasHapus