DZIKIR
Berbagai dzikir yang bisa memperdalam iman dan
tauhid di dalam hati, "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tenteram." (ar-Ra'd: 28) Dengan demikian jiwa bisa mencapai
derajat tazkiyah yang tertinggi, "Hai jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya."
(al-Fajr: 27-28) Dzikir dan fikir adalah dua sejoli yang dapat membukakan
hati manusia untuk menerima ayat-ayat Allah, oleh karena itu tafakkur termasuk
sarana tazkiyah.
Al-Ghazali rahimahullah berkata: Ketahuilah
bahwa orang-orang yang memandang dengan cahaya bashirah mengetahui bahwa
tidak ada keselamatan kecuali dalam pertemuan dengan Allah ta'ala, dan
tidak ada jalan untuk bertemu Allah kecuali dengan kematian hamba dalam
keadaan mencintai Allah dan mengenal Allah. Sesungguhnya cinta dan
keakraban tidak akan tercapai kecuali dengan selalu mengingat yang
dicintai. Sesungguhnya pengenalan kepada-Nya tidak akan tercapai kecuali
dengan senantiasa berfikir tentang berbagai penciptaan, sifat-sifat dan
perbuatan-perbuatan-Nya. Di alam wujud ini yang ada hanyalah Allah, dan
perbuatan-perbuatan-Nya. Sementara itu, tidak akan bisa senantiasa dzikir dan
fikir kecuali dengan berpisah dari dunia berikut syahwat-syahwatnya dan mencukupkan
diri dengannya sesuai keperluan. Tetapi itu semua tidak akan tercapai
kecuali dengan mengoptimalkan waktu-waktu malam dan siang dalam tugas-tugas
dzikir dan fikir.
Karena tabi'at nafsu mudah jemu dan pesimis maka ia
tidak bisa bertahan lama dalam satu "seni" aktivitas yang dapat
membantu melakukan dzikir dan fikir, sehingga manusia dituntut agar memberikan
"kesegaran" dengan berganti-ganti dari satu "seni" ke
"seni" yang lain, dari satu bentuk ke bentuk yang lain, sesuai dengan
setiap waktu agar dengan pergantian tersebut dapat merasakan kelezatannya dan
dengan kelazatan itu bisa mempertahankan semangat dan kelangsungannya. Oleh
sebab itu, wirid-wirid dibagi kepada beberapa bagian yang beraneka ragam. Jadi,
fikir dan dzikir harus meliputi semua waktu atau sebagaian besarnya, karena
tabi'at jiwa cenderung kepada kesenangan dunia. Jika seorang hamba
mengalokasikan separuh waktunya jntuk mengatur urusan dunia dan syahwatnya yang
dibolehkan misalnya sedangkan separuh lainnya untuk berbagai ibadah, niscaya
kecenderungan kepada dunia akan lebih berat karena hal ini sesuai dengan
tabi'atnya. Dalam "pertarungan" antar kedua kecenderungan itu,
tabi'at berpihak kepada kecenderungan dunia, karena zhahir dan batin manusia
saling membantu pada perkara-perkara dunia sehingga hati menjadi terarahkan
untuk mencarinya.
Sedangkan kembali kepada ibadah merupakan hal yang
berat dan hati tidak dapat berkonsentrasi penuh kepadanya kecuali pada
waktu-waktu tertentu. Karena itu, barangsiapa yang ingin masuk sorga tanpa
hisab maka hendaklah ia mengoptimalkan waktunya untuk keta'atan, dan
barangsiapa ingin daun limbangan kebaikan dan kebajikannya lebih berat maka
hendaklah ia menggunakan sebagian besar waktunya untuk keta'atan. Jika ia
mencampuraduk amal shalih dengan amal keburukan maka ia berada dalam bahaya, cetapi
harapan tak pernah terputus dan ampunan dari kedermawanan Allah senantiasa
dinantikan; semoga Allah berkenan mengampuninya dengan kedermawanan-Nya. Itulah
yang dapat terungkap oleh orang-orang yang memandang (kehidupan dan
permasalahan) dengan cahaya bashirah.
Jika Anda tidak termasuk di antara mereka maka
perhatikanlah khithab Allah kepada Rasul-Nya dan seraplah dengan cahaya
iman. Allah berfirman kepada hamba-N'ya yang paling dekat dan paling tinggi
derajatnya di sisi-Nya: "Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai
urusan yang panjang (panyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah
kepada-Nya dengan penuh ketekunan." (al-Muzzammil: 7-8) "Dan sebutlah nama Tuhanmu pada
(waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian malam, maka sujudlah
kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam
hari." (al-Insan: 25-26)
"Dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan
sebelum terbenam." (Qaaf: 39-40)
Kemudian perhatikanlah bagaimana dan dengan apa
Allah menyebutkan sifat-sifat para hamba-Nya yang sukses: "(Apakah kamu
hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(siksa) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang yang
tidak mengetahui?." (az-Zumar: 9) "Lambung mereka itu jauh
dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo 'a kepada Tuhannya dengan rasa
takut dan harap." (as-Sajadah: 16) "Dan orang yang melalui
malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka." (al-Furqan:
64)
Ini semua menjelaskan kepada Anda bahwa jalan kepada
Allah ialah dengan memenej waktu dan menyemarakkannya dengan wirid-wirid secara
ajeg. Oleh sebab itu Rasulullah saw bersabda: "Hamba yang paling
dicintai Allah ialah orang-orang yang menjaga matahari, bulan dan
bayang-bayang untuk mengingat Allah" (Diriwayatkan oleh Thabrani
dan al-Hakim, ia berkata: Shahih sanadnya) Allah berfirman: "Matahari
dan bulan (beredar) menurut perhitungan." (ar-Rahman: 5) "Dan
Dialah yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang
ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur." (al-Furqan:
62)
Yakni keduanya saling silih berganti untuk menyusuli
ketinggalan yang pada yang lain, dan dijelaskan bahwa hal ini adalah dzikir dan
syukur. Allah berfirman: "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua
tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu
terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu
mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan." (al-Isra':
12) Karunia yang diharapkan itu adalah pahala dan ampunan. Semoga Allah memberikan
taufiq kepada apa yang diridhai-Nya.
(Sa'id Hawwa) berkata: Orang yang menghendaki
akhirat harus membuat program rutin untuk dirinya berupa bacaan istighfar,
tahlil, shalawat atas Rasulullah saw dan dzikir-dzikir ma'tsur lainnya,
sebagaimana ia harus membiasakan lisannya untuk dzikir terus menerus seperti tasbih,
istighfar, tahlil, takbir, atau hauqalah (laa haula walaa auwwata
illaa billah), untuk menambah program rutin tersebut dengan berbagai
shalat, ibadah dan amalan-amalan yang telah kami paparkan. Kesucian dan
ketinggian jiwanya akan sangat ditentukan oleh sejauh mana ia telah
melaksanakan sarana-sarana tazkiyah, baik ia merasakannya ataupun tidak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar