Rabu, 26 September 2012


STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF[1]

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didukung untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari–hari. Akibatnya, ketika peserta didik kita lulus dari sekolah mereka pintar secara teoritis akan tetapi miskin pada aplikasi.
Oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan dan pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan yang lain, misalnya pemahaman tentang psikologi perkembangan manusia, pemahaman tentang teori–teori perubahan tingkah laku, kemampuan merancang berbagai media dan sumber belajar, dan kemampuan mendesain strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan serta bisa mengaplikasikan dalam kehidupannya.[2]
A.           Pengertian Pembelajaran Kooperatif[3]
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan–aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran ini adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.
Elemen – elemen pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1.             Saling ketergantungan positif
2.             Interaksi tatap muka
3.             Akuntabilitas individual
4.             Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi[4]
Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) secara etimologi mempunyai arti belajar bersama antara dua orang atau lebih, sedangkan CL dalam artian yang lebih luas memiliki definisi yang antara lain adalah belajar bersama yang melibatkan antara 4-5 orang, yang bekerja bersama menuju kelompok kerja dimana tiap anggota bertanggung jawab secara individu sebagai bagian dari hasil yang tak akan bisa dicapai tanpa adanya kerjasama antar kelompok. Dengan kata, anggota kelompok saling tergantung secara positif.
Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) mengandubg arti keterlibatan secara proaktif antara kelompok yang melibatkan pada proses kognisi, afeksi dan konasi. Pendekatan CL ini bila diterapkan dalam dunia pendidikan maka akan lebih efektif apabila dilakukan dalam kerangka pemikiran sosial studi. Sosial mengacu terhadap kebutuhan untuk terlibat dalam kegiatan yang mendukung interpersonal environment yaitu suatu lingkungan yang memungkinkan terjadinya hubungan saling mengenal antara pribadi secara mendalam. Dalam interpersonal environment individu – individu harus menjadi bagian yang efektif memberikan sumbangan dan menjadikan bagian integral dari komunitas sosial yang bermanfaat atas partisipasinya.
Kerjasama yang dilandasi dengan pemikiran studi sosial yang diwujudkan dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan CL merupakan pemikiran yang sangat penting dalam pendidikan khususnya pada materi ilmu pengetahuan sosial (IPS). Dengan demikian maka mata pelajaran IPS yang memiliki kaitan erat dengan berbagai disiplin ilmu tentunya memiliki peranan yang cukup penting dalam membentuk individu yang mampu berpartisipasi dan memberikan sumbangan pada komunitasnya, masyarakatnya dan bangsa di mana peningkatan kelangsungan hidup, kemajuan dan peningkatan pribadi terbentuk.
Tanpa adanya kerjasama yang efektif dengan orang lain, maka hal tersebut akan eksis berlangsung lama kecuali apabila individu – individu tidak memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya orang kehilangan pekerjaan dan gagal dalam bekerjasama dengan orang lain. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya orang kehilangan pekerjaan dan gagal berkarya kerena kurang kemampuan interpersonal skill atau kemampuan kerjasama.
Oleh karena itu maka para guru memiliki tanggung jawab dalam membantu siswa untuk memperoleh kemampuan berpartisipasi dan bekerjasama secara efektif di dalam setting sosial dan masyarakat. Tanggung jawab tersebut akan dapat terlaksana secara efektif apabila para guru khususnya guru yang memegang materi IPS menerapkan proses pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran kooperatif (cooperatif learning).

B.            Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif[5]
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan strategi pembelajaran lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses yang pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok atau dalam mencapai tujuan peserta didik secara harmoni bekerjasama dengan teman sekelasnya.
Sesuai dengan sifatnya pembelajaran kooperatif yang lebih mengedepankan aspek kerjasama memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.             Pembelajaran secara Tim
Pembelajaran dilakukan secara tim, dengan tim inilah secara bersama – sama mencapai tujuan yang telah ditentukan, oleh karenanya tim harus mampu membuat setiap peserta didik dalam tim belajar, sesama anggota tim saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Atau dengan kata lain keberhasilan pembelajaran bukan ditentukan oleh individu akan tetapi oleh tim.
Anggota dalam tim bersifat heterogen yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin dan latar belakang yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota kelompok dapat memberikan konstribusi terhadap keberhasilan kelompok.
2.             Pembelajaran dengan manajemen kooperatif
Manajemen memiliki empat pilar yang menjadi fungsi manajemen, yaitu; fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Fungsi perencanaan memiliki makna bahwa pembelajaran dilakukan secara terencana baik tujuannya, cara mencapainya dan lain – lain. Fungsi perencanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui dengan langkah – langkah pembelajaran yang sudah ditentukan dan disepakati bersama. Fungsi organisasi dimaksudkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota dalam kelompok, oleh karenanya perlu diatur mekanisme tugas dan karenanya harus ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.
3.             Kemauan untuk bekerja sama
Kerja sama dalam kelompok tidak akan efektif manakala setiap anggota tidak memiliki kemauan untuk bekerja sama atau secara terpaksa, karena dalam tim bukan hanya ada pengaturan tugas dan tanggung jawab setiap anggota tim, melainkan juga harus ditanamkan dan ditumbuhkan kebersamaan dalam kelompok yang bisa diwujudkan dalam bentuk saling membantu, saling mengingatkan dan sebagainya.
4.             Keterampilan bekerja sama
Tujuan bekerja dalam kelompok adalah keberhasilan kelompok bukan hanya individu – individu dalam kelompok secara terpisah, untuk itu kemampuan dan keterampilan bekerja sama dalam kelompok sangat dibutuhkan agar setiap anggota kelompok dapat menyumbangkan ide, mengemukakan pendapat dan dapat memberikan konstribusi kepada keberhasilan kelompok.

C.           Prinsip–prinsip Pembelajaran kooperatif[6]
Menurut Wina Sanjaya (2007) pembelajaran kooperatif memiliki empat prinsip dasar sebagai berikut :
1.             Prinsip ketergantungan positif (positive interdepence)
Kerja kelompok adalah kerja tim, artinya keberhasilan kelompok sangat tergantung dari keberhasilan semua individu dalam kelompok, sehingga setiap anggota dalam anggota dalam kelompok sangat tergantung dengan anggota–anggota yang lain.
Ketergantungan antar anggota dalam kelompok akan efektif apabila setiap anggota dalam kelompok mengetahui dengan baik tugas masing–masing sesuai dengan kemampuannya berdasarkan pada job description. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa dianggap sukses manakala ada anggota lain yang tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, sehingga semua anggota dalam kelompok saling ketergantungan.  
2.             Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountability)
Keberhasilan dalam kerja kelompok merupakan keberhasilan setiap individu, untuk itu keberhasilan kerja kelompok sangat tergantung dari keberhasilan individu, jadi setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya masing-masing. Setiap anggota harus memberikan kontribusi yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Implikasinya dalam evaluasi guru harus memberikan penilaian terhadap individu disamping penilaian terhadap kelompok.
3.             Interaksi tatap muka (Face to face Promotion Interaction)
Implementasi pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang berbeda, sehingga proses memperkaya antara kelompok akan terwujud.
4.             Partisipasi dan komunikasi (Participation Communication)
Diantara tujuan pembelajaran kooperatif adalah melatih peserta didik untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, peserta didik perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya dalam mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, cara menyatakan setuju dan cara menyanggah pendapat temannya harus dengan cara santun dan tidak memojokkan teman yang lain. Keterampilan berkomunikasi butuh waktu lama dalam melatih peserta didik, maka seharusnya guru disamping selalu melatih juga harus menjadi tauladan dalam komunikasi yang baik.

D.           Prosedur Strategi Pembelajaran Kooperatif[7]
Peter G. Dan Lorna K. (1990) membagi PSPK ke dalam 8 langkah sebagai berikut.
1.             Menetapkan tujuan pembelajaran, aktifitas, dan penghargaan
Yaitu membuat keputusan sejak awal tentang tujuan pembelajaran dan jenis aktifitas yang sesuai dengan mereka. Keputusan harus dibuat tentang apakah tujuan pembelajaran diambil dari domain kognitif (dalam area keahlian akademis), afektif (dalam area sikap dan nilai), atau domain psikomotor (keahlian fisik). Tugas lain adalah menanyakan keahlian yang diperlukan untuk bekerja sama untuk tujuan bersama kelompok (Johnson 1988). Penghargaan itu sendiri perlu untuk dipilih. Kebanyakan guru lebih suka memilih penghargaan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan ekspektasi kelompok.
2.             Komposisi kelompok
Yaitu merupakan bentuk praktek yang baik untuk mebentuk kelompok yang terdiri dari seorang siswa yang punya kemapuan diatas rata-rata, dua sampai empat siswa dengan kemampuan rata-rata dan seorang siswa dengan kemampuan dibawah rata-rata atau anak-anak dengan kebutuhan khusus.
3.             Kerja sama yang efektif
Yaitu dengan cara menjelaskan kepada siswa bagaimana cara anggota kelompok harus bekerja sama antara satu dengan yang lainnya. Prosedur untuk kerjasama yang efektif harus dibuat secara eksplisit. Kolaborasi diantara siswa vitasl untuk kesuksesan prosedur ini.
4.             Perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima
Guru harus memberikan penjelasan secara tegas tentang apa yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima dalam kelompok dan menetapkan peraturan untuk pemfungsian kelompok dengan tepat sebelum kelompok mulai mengerjakan tugasnya.
5.             Periode percobaan dan umpan balik
Guru harus memberikan umpan balik kepada kelompok tentang kualitas kelompok dan kinerja individu. Penting bagi individu untuk menerima umpan balik sejak awal.
6.             Bantuan dari guru kepada siswa
Guru atau pengajar khusus harus dipersiapkan untuk memberikan bantuan ekstra atau bantuan tambahan kepada siswa yang mempunyai masalah belajar ketika hal itu diperlukan. Siswa harus diberitahukan bagaimana dan kapan mereka harus mencari bantuan tersebut.
7.             Melakukan evaluasi
Guru harus melakukan evaluasi tentang prosedur pembelajaran cooperative learning. Kebanyakan guru ingin memberikan pertanyaan yang lebih tepat/teliti tentang evaluasi. Kualitas hasil dan jumlah waktu yang diperlukan untuk pembetukan kelompok perlu dipertimbangkan. Penelitian dan pengalaman praktis cenderung menunjukkan bahwa guru pada umumnya mendukung metode ini dan bahwa hasil pembelajaran akan menjustifikasi penggunaan mereka. (Slavin, 1988b).
Hampir senada dengan prosedur atau langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning (CL) di atas, yaitu pendapatnya Roy. 1994 (Badeni, 2002). Menurut Roy ada 10 langkah dalam pembelajaran Cooperative Learning.
Sepuluh langkah tersebut diuraikan di bawah ini.
1.             Penyusunan secara jelas tentang tujuan belajar siswa
Di dalam CL guru harus merumuskan tujuan belajar siswa. Agar dapat memenuhi persyaratan tersebut seorang guru harus melakukan perencanaan dengan menyadari apa yang diharapkan siswa untuk diketahui dan mereka melakukan sendiri tanpa menghiraukan apakah hasil ini menekankan isi akademik, kemampuan proses kognitif, atau keterampilan. Para guru harus menerangkan dengan bahasa yang jelas tentang pengetahuan dan kemampuan tertentu yang harus diperoleh oleh para siswa dan menjalankannya pada hari-hari atau minggu-minggu setelah pertemuan kelompok.
2.             Penerimaan siswa tentang tujuan hasil pembelajaran
Guru tidak cukup hanya merumuskan tujuan hasil belajar siswa, tetapi harus mengusahakan siswa sampai melihat tujuan belajar yang ingin dicapai dalam kelompok itu sebagai miliknya sendiri. Untuk memenuhi persyaratan ini para siswa sampai pada taraf mengetahui dan menerima fakta bahwa setiap orang di dalam suatu kelompok itu memahami tujuan belajar yang ingin di capai dalam kelompok dan berbagai keterampilan.
3.             Positif interdependensi
Positif interdependensi merupakan suatu persepsi bahwa dalam suatu kegiatan bersama (kelompok) apa yang dilakukan akan dicapai seorang anggota kelompok berhubungan dan memiliki saling keterkaitan dengan apa yang dilakukan dan dicapai oleh seorang anggota kelompok yang lain, sehingga masing-masing tidak akan berhasil kecuali jika semua anggota melakukan begian tugasnya masing-masing. Positif interdependensi merupakan jatung CL untuk memenuhi persyaratan ini para guru harus menstrukturkan tugas-tugas belajar, sampai para siswa merasakan bahwa mereka tenggelam bersama atau berenang bersama.
4.             Interaksi promotif tatap muka
Sekali guru menegakkan positif interdependensi, maka ia perlu memaksimalkan pemberian kesempatan kepada semua siswa untuk saling mempromosikan keberhasilan antara satu dengan yang lain dengan cara memberi bantuan, dukungan, semangat dan saling menghargai usaha masing-masing untuk belajar. Terdapat aktifitas kognitif dan dinamika interpersonal ketika para siswa aktif terlibat dalam saling mempromosikan keberhasilan antara satu dengan yang lain. Kegiatan ini termasuk menerangkan secara verbal bagaimana seharusnya memecahkan masalah, mendiskusikan hakekat konsep yang dipelajari, mengajarkan pengetahuan yang dimiliki kepada teman sekelasnya dan menghubungkan pelajaran yang diperoleh sekarang dengan pelajaran yang telah lalu.
5.              Tanggung jawab individual
CL ini di terapkan agar para siswa belajar lebih  berhasil daripada belajar sendiri atau dalam non CL. Sebagai konsekuensinya, untuk menjamin bahwa tiap siswa berhasil dan benar-benar bertanggung jawab terhadap pelajarannya sendiri, maka para siswa harus di bebani tanggung jawab secara untuk mengerjakan bagian tugasnya sendiri dan mengetahui apa yang telah di targetkan dan harus di pelajari.
6.             Pengakuan umum dan hadiah-hadiah bagi keberhasilan akademik kelompok
Para guru harus memperhatikan  tingkat keberhasilan masing-masing kelompok. Tiap tingkatan skor kelompok perlu di perhatikan untuk memperoleh tingkatan pengakuan atau hadiah.
7.             Kelompok yang heterogen
Para guru perlu mengordinir siswa menjadi lebih banyak kelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat tercampur secara heterogen atas dasar kemammpuan akademik status sosial  ekonomi, suku, agama, gender, dll.
8.             Keterampilan Sosial
Dalam menyeleseikan tugas-tugas kelompok para siswa harus bekerja sama dalam kelompok sebagai kelompok. Oleh karena itu, para siswa perlu memiliki keterampilan sosial. Untuk menunjang keterampilan sosial ini, maka para guru perlu menerangkan tingkah laku-tingkah laku dan sikap-sikap interaksi sosial yang diharapkan untuk di lakukan. Tingkah laku ini mencakup kepemimpinan, pembangunan kepercayaan, komunikasi, menejemen konflik, dan pemberian  semangat atau motivasi.
9.             Refleksi kelompok terhadap proses kerja kelompok
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka mencapai tujuan dan memelihara kerja sama yang efektif. Para siswa mengetahui seberapa  mereka telah mencapai tujuan dan efektifitas  kerja sama yang telah mereka lakukan. Untuk membantu para siswa mencapai persyaratan tersebut, guru memberikan tugas refleksi yang terstruktur dan waktu yang cukup setelah mereka bersama-sama memberikan responnya, sehingga refleksi dan asesmen tingkah laku interaksi kelompok mencapai target tingkah laku pemrosesan kelompok yang penting.
10.         Cukup waktu untuk belajar
Tiap siswa dan tiap kelompok harus memiliki waktu yang mereka butuhkan didalam mempelajari informasi dan kemampuan-kemampuan yang di targetkan sampai pada sesuatu taraf yang di harapkan.

E.            Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelaran Kooperatif[8]
1.             Keunggulan
Banyak pikhak mengklaim bahwa kerja sama memiliki keuntungan atas persaingan dalam situasi pembelajaran atau belajar. Deutch (1949), Shaw (1986), serta Johnson (1985;1988) telah mengidentifikasikan beberapa keuntungan ketika pembelajaran cooperative learning diterapkan dengan baik.
a.              Peserta didik dalam kelompok koorperatif mampu bekerja sama untuk kebaikan kelompok secara keseluruhan  ketimbang hanya untuk kebutuhan lindividu saja.
b.             Peserta didik dalam kelompok pembelajaran koorperatif dapat di dorong untuk membantusiswa yang mempunyai masalah dalam belajar atau membantu siswa yang cacat.
c.              Prosedur pembelajaran kooperatif memudahkan integrasi sosial dari kebutuhan khusus siswa. Akibat yang di hasilkan adalah sikap yang lebih toleran terhadap mereka yang memiliki perbedaan dalam hal kemammpuan, latar belakang sosial, kelas sosial, ras, dan latar belakang akademik.
d.             Metode pembelajaran kooperatif dapat di gunakan untuk menyediakan penghargaan kepada siswa berprestasi tinggi maupun yang berprestasi rendah.
e.              Pembelajaran koorperatif memudahkan pembagian usaha dan tugas yang dapat di sesuaikan dengan kebutuhan individu. Siswa dapat diminta untuk menjalankan tugas diarea yang paling mereka ketahui atau yang paling sesuai kemampuannya.
f.              Pembelajaran kooperatif mendorong komunikasi antar siswa dan hasilnya adalah pembelajaran yang lebih baikdan hubungan antar personal yang semakin membaik. (Peter G.and Lorna K)
2.             Kelemahan
a.              Butuh waktu yang lama untuk memahami filosofi belajar secara kooperatif.
b.             Sulit untuk mewujudkan peer teaching  yang efektif. Padahal ciri utama pembelajaran kooperatif adalah adanya peserta didik yang saling membelajarkan.
c.              Dalam evaluasi sulit untuk memberikan penilaian yang objektif secara individual, karena lebih menonjolkan kerjasama atau kebersamaan.
d.             Butuh waktu yang lama untuk mengembangkan kesadaran berkelompok
e.              Kurang memperhatikan aspek motivasi diri untuk menanamkan kepercayaan diri karena tertutup dengan kepentingan bersama.

LEMBAR PENILAIAN[9]

A.           Tes Tulis
Tes tulis dilakukan pada saat final tes dan middle, untuk mengungkap pemahaman mahasiswa yang terkait dengan konten atau isi materi pelajaran khususnya yang berhubungan dengan mata pelajaran strategi pembelajaran cooperative learning (CL).
1.             Bedakan strategi pembelajaran cooperative learning (CL) dan pembelajaran kelompok lainnya.
2.             Apa saja yang harus dipersiapkan dalam mengaplikasikan strategi pembelajaran cooperative learning.
3.             Identifikasikan prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif pada pembelajaran MI.
4.             Bagaimana langkah-langkah dalam mengaplikasikan strategi pembelajaran kooperatif.
5.             Identifikasi keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran kooperatif.

B.            Penilaian Kinerja ( Performance )
Asesmen diarahkan pada: 1). Partisipasi dalam diskusi, dan 2). Kemampuan menanggapi masalah di kelas.

C.           Petunjuk Pensekoran
No
Komponen Penilaian
                                   Nilai Akhir

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
1
Kemampuan masing-masing individu dalam menjawab pertanyaan yang telah dipersiapkan




2
Kemampuan bekerjasama dalam melaksanakan diskusi kelompok




3
Partisipasi dalam diskusi




4
Kemampuan dalam menanggapi masalah.




Rubrik Penilaian
Skor terentang antara : 10-100
Tingkat Pencapaian
Kualifikasi
90-100
Sangat Baik
80-89
Baik
65-79
Cukup
55-64
Kurang
10-54
Sangat Kurang












                                                    PAKEM[10]

A.           Konsep Dasar PAKEM[11]
PAKEM adalah singkatan dari pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari peserta didik dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah dari guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari peserta didik sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga peserta didik memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatian (“time on task“) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Secara garis besar PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut :
1.             Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2.             Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi peserta didik.
3.             Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan ajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’.
4.             Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5.             Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

B.            Karakteristik Pakem[12]
Pakem merupakan elaborasi dari pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Berikut merupakan definisi tentang belajar aktif.
1.             Menurut Mayers dan Jones, (1993) belajar aktif meliputi pemberian kesempatan kepada pembelajar untuk melakukan diskusi yang penuh makna, mendengar, menulis, membaca dan merefleksikan materi, gagasan, isu dan konsern pada materi akademik.
2.             Menurut Paulson dan Faust, belajar aktif merupakan segala sesuatu yang dilakukan pembelajar selain hanya sebagai pendengar pasif ceramah dari pengajar.
3.             Joint Report, American Association for Higher Education (1998) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses pencarian makna secara aktif oleh pembelajar atau peserta didik.
Berdasarkan definisi diatas, pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk aktif membangun sendiri konsep dan makna melalui berbagai macam kegiatan.
Karakteristik belajar aktif adalah sebagai berikut.
1.             Pembelajaran tidak ditekankan pada pemberian informasi oleh pengajar melainkan pada eksplorasi informasi dan pembangunan konsep oleh peserta didik.
2.             Atmosfer pembelajaran mendukung / kondusif proses pembelajaran.
3.             Peserta didik juga merasa nyaman mengemukakan pendapat atau menanggapi pendapat orang lain.
4.             Peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah secara pasif, melainkan mengerjakan berbagai hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
5.             Peserta didik dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang kooperatif.
6.             Peserta didik dirangsang untuk menggunakan kemampuan berfikir kritis, analisa, dan evaluasi.
7.             Peserta didik terlibat dengan pemanfaatan berbagai sumber belajar.
Istilah kreatif merupakan asal kata kreasi yang bermakna mengubah atau membentuk untuk menjadi. Dalam berbagai masalah pendidikan dewasa ini, guru sebagai pendidik seyogyanya memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk menghasilkan karya baik kelompok maupun individual. Kreasi-kreasi yang diciptakan peserta didik ini diharapkan mampu menciptakan karakter yang kreatif. Dalam pembelajaran kreatif, guru-guru berperan sebagai berikut.
1.             Membuat alat bantu belajar
2.             Memanfaatkan lingkungan
3.             Mengelola kelas dan sumber kelas
4.             Merencanakan proses pembelajaran
5.             Menulis atau mengarang
Istilah efektif berarti mempunyai pengaruh, berpengaruh-berakibat, mempunyai akibat, tampak akibatnya. Dengan demikian karakteristik efektif adalah sebagai berikut.
1.             Produktifitas, dimensi ini berkenaan dengan mana peserta didik, guru secara individual dan kelompok, dan sekolah mampu mencapai hasil ataupun intensitas layanan yang lebih.
2.             Efisiensi, ketepatan pencapaian hasil maupun tujuan.
3.             Kualitas pencapaian hasil, kinerja, layanan, oleh individual.
4.             Pertumbuhan dan perkembangan kelas yang menyangkut kualitas pembaharuan kegiatan.
5.             Kepuasan guru dan peserta didik terhadap produk belajar.
Berkaitan dengan ini pembelajaran perlu dikondisikan sedemikian rupa sehingga peserta didik belajar dengan asyik atau menyenangkan.

C.           Penerapan PAKEM[13]
1.             Menciptakan Pembelajaran Aktif
a.              Guru berahabat dengan bersikap terbuka.
b.             Guru mengundang pertanyaan yang mengundang jawaban peserta didik.
c.              Guru merespon dan menghargai semua jawaban peserta didik.
d.             Guru membantu peserta didik menyelesaikan tugas.
2.             Menciptakan Pembelajaran Kreatif
a.              Guru memberikan tugas dengan jelas
Sikap dan tindakan dapat didorong dengan lingkungan sekitar yang kreatif pula. Guru dapat mendorong kreativitas peserta didik dengan cara membangun kelas yang kreatif. Pemanfaatan bahan-bahan bekas sebagai piranti kelas, pemajangan hasil karya peserta, majalah dinding merupakan berbagai teknik merangsang kreativitas peserta didik. Mencari sisi positif dari setiap karya peserta didik akan memotivasi mereka menjadi lebih kreatif.
b.             Guru memberikan kesempatan peserta didik menghasilkan karya atau menuangkan kreativitas
Tugas mandiri dapat diberikan kepada peserta didik untuk menuangkan ide-ide kreatif utamannya dalam bentuk hasil karya peserta didik. Kualitas dan kreativitas ini akan muncul manakala guru juga mampu memberikan tugas yang sifatnya terbuka, tugas yang hasilnya antara peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya yang tidak seragam. Maksudnya topik dan tema biasa namun penuangan dibatasi sehingga hasil karya peserta didik beragam penampilannya. Contoh: peserta menempelkan gambar hewan yang di gunting dari majalah dan memberikan komentar terhadap bagian tertentu.
c.              Guru menghargai dan memajangkan hasil karya peserta didik
Ketika peserta didik dapat menghasilkan karya tertentu, guru dapat memberikan umpan balik yang meningkatkan harga diri positif mereka. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan memberikan komentar positif “mengapa kamu pilih warna itu”ini menarik sekali,  menanyakan dan memajangkan hasil karya siswa merupakan salah satu bentuk penghargaan terhadap hasil karya peserta didik.
3.             Menciptakan Pembelajaran Efektif
a.              Guru memberikan tugas dengan jelas
Memberikan tugas dengan jelas merupakan salah satu faktor penting agar pembelajaran berjalan dengan efektif. Seringkali kita tidak menyadari bahwa tugas-tugas yang diberikan belum dipahami sepenuhnya oleh peserta didik. Hal ini akan berakibat tugas kita tidak terselesaikan dengan baik, peserta didik salah mengerjakan tugas ataupun peserta didik perlu penjelasan lanjutan. Semuanya ini akan berakibat skenario yang direncanakan terganggu. Khusus mengenai kegiatan-kegiatan yang berurutan atau bertahap. Sebaiknya guru mempersiapkan LKS yang dapat membantu peserta didik menyelesaikan tugasnya dengan baik.
b.             Guru memperhatikan waktu
Setiap kali guru memberikan tugas misalnya untuk eksplorasi atau persiapan diskusi, guru perlu menentukan batas waktu, penentuan batas waktu ini maksudnya agar peserta didik menyelesaikan kerja tepat pada waktunya. Penting juga untuk mengingatkan peserta didik tinggal beberapa waktu yang masih tersedia. Bagaimana jika peserta didik belum selesai ketika waktu sudah abis atau peserta didik selesai sebelum waktunya habis? Guru dapat mendeteksi hal ini dan berprilaku sedikit luwes asalkan pada batas-batas yang tidak mengganggu efektivitas pembelajaran pembelajaran.
c.              Guru memanfaatkan sumber belajar dan media belajar yang tepat
Sebagaimana telah diketahui, peserta didik lebih mudah memahami konsep jika guru melibatkan peserta didik pada pengalaman nyata, oleh karena itu, guru haruslah cermat dan kreatif dalam memanfaatkan sumber belajar dan media belajar khususnya yang terdapat disekitar sekolah. Perlu pula digaris bawahi bahwa media pembelajaran tidak harus peralatan laboratorium yang standar. Banyak peralatan rumah tangga yang dapat dimanfaatkan sebagai media belajar peserta didik.
d.             Guru mengakomodasi gaya belajar peserta didik ketika persentasi
Ketika guru mengarahkan atau menjelaskan sesuatu kepada peserta didik, guru hendaknya mengingatkan bahwa peserta didik memiliki kecenderungan gaya belajar yang berbeda-beda yakni tipe visual, auditif, dan kinestesis, karena penting bagi guru untuk memberikan pengalaman belajar yang berimbang dan melibatkan gaya belajar semua tipe. Penggunaan metode ceramah saja misalkan akan merugikan peserta didik yang memiliki gaya belajar visual dan kinestesis.
e.              Guru mengelola kelas dengan baik
Pengelolaan kelas juga menjadi unsur yang berpengaruh dalam mencapai efektivitas pembelajaran. Dalam kelas yang dikelola dengan baik, perilaku peserta didik terkendali karena kesadaran peserta mengikuti kesepakatan atau aturan internal yang telah disepakati bersama. Jadi peserta didik tertib mengikuti jalannya proses pembelajaran karena kesadaran bukan karena takut terhadap guru.
4.             Menciptakan Pembelajaran yang Menyenangkan
a.              Guru tampil semangat, antusias, dan gembira
Penampilan guru merupakan faktor utama terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan. Guru yang murah senyum, antusias, dan gembira akan membangkitkan suasana aman bagi peserta didik.
b.             Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
Salah satu indicator suasana pembelajaran yang kondusif adalah jaminan rasa aman secara psikologis.
c.              Guru memanfaatkan energizer dan humor
Bagaimanapun baik nya pembelajaran dilaksanakan kadang kala peserta didik juga mengalami kejenuhan. Pada saat ini guru dapat menampilkan game atau energizer sehingga kelas menjadi segar kembali


DAFTAR PUSTAKA

Sumber Utama
Hardini Isriani dan Dewi Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta, Familia.
Junaedi. dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Surabaya: PGMI PIS.

Sumber Sekunder
Abu Ahmadi, 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Dave Meier. 2002. The Acceleated Learning (Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan). Bandung: PT. Kaifa.
Elaine B. Jonhson. 2007. Contextual Teaching and Learning. Bandung: PT. Mizan Learning Center (MLC).
Gordon Dryden dkk. 2002. Revolusi Cara Belajar (The learning Resolution). Bandung: PT. Kaifa.
Ornstein. 1990. Strategies For Effective Teaching. Newyork: Harper Collins Publisher, Inc.
Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. ALFABETA.
Saifuddin Azwar. 2000. Tes Prestasi. Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar.
Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: kencana Prenada media Group.



[1] Makalah ini dipresentasikan tanggal 8 Oktober 2012 oleh Anita (1110015000015).
[2] Junaedi. DKK, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: PGMI PIS, 2008), Hlm. 9.
[3] Junaedi. DKK, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: PGMI PIS, 2008), Hlm. 9-10.
[4] Hardini,isriani dan dewi puspitasari, Strategi pembelajaran terpadu, (yogyakarta : familia, 2012) hal -144
[5] Junaedi. DKK, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: PGMI PIS, 2008), Hlm. 10-11.
[6] Junaedi. DKK, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: PGMI PIS, 2008), Hlm.11-12.
[7] Junaedi. DKK, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: PGMI PIS, 2008), Hlm. 12-15.
[8] Junaedi. DKK, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: PGMI PIS, 2008), Hlm. 15-16.
[9] Berikut contoh tabel lembar penilaian pembelajaran kooperatif. Dikutip dari buku Junaedi. DKK, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: PGMI PIS, 2008), Hlm. 24.
[10] Makalah ini dipresentasikan tanggal 8 Oktober 2012 oleh Anita (1110015000015), Amaliah (1110015000025),  Rima Setiawati (1110015000068), Yustia Umamah (1110015000007), Nadia Annisa (1110015000128), dan Sofwatu Khairil Anam (1110015000124).s
[11] Junaedi. DKK, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: PGMI PIS, 2008), Hlm. 7-8.
[12] Junaedi. DKK, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: PGMI PIS, 2008), Hlm. 8-10.
[13] Junaedi. DKK, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: PGMI PIS, 2008), Hlm. 10-13.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar