Rabu, 03 Oktober 2012

Tan Malaka, antara diri seorang Muslim dan seorang Nasionalis kiri

Ketahuilah, bahwa sejarah merupakan rentetan peristiwa yang dapat diungkapkan atau disembunyikan rezim yang berkuasa.

Beberapa kalangan mungkin saja secara sengaja menghilangkan peran dan perjuangan Tan Malaka dalam pentas perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Sutan Ibrahim atau yang biasa dikenal dengan sebutan Datuk Tan Malaka merupakan salah satu pahlawan Nasional asal tanah minang. Karena hidup dalam tanah minang, tidak mengherankan jika masa kecil Tan Malaka selalu diisi dengan pelajaran agama Islam yang kuat. Tan Malaka kecil telah menampakkan kecerdasannya sebagai seorang Muslim. Terbukti dalam usia yang relatif muda beliau telah mampu manjadi penghafal Al Qur'an.

Tan Malaka hidup dalam lingkungan keluarga yang agamis dengan tidak menjadikan adat sebagai landasan kehidupan. Sebagaimana diketahui, pada masa itu terdapat perpecahan yang berujung perang antara kaum adat yang menjadikan adat sebagai penopang kehidupan dan kaum agamis yang menjadikan adat berada di bawah syariat Islam. Kaum agamis tersebut yang akhirnya melakukan perlawanan terhadap kolonialis Belanda, namun harus berhadapan terlebih dahulu dengan kaum adat yang merupakan antek-anteknya.

Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Inilah prinsip hidup kebanyakan masyarakat minang termasuk keluarga Tan Malaka. Prinsip ini melandasi setiap sendi kehidupan masyarakat pada syariat Islam yang bersumber dari al-Qur'an dan Hadits. Prinsip ini juga meletakkan adat istiadat yang berlaku secara turun-temurun dalam masyarakat minang dibawah syariat yang dibawa oleh Rasulullah SAW.

Seperti inilah kehidupan kecil Tan Malaka yang selalu diisi dengan pengajaran dan pembelajaran akan penerapan syariat Islam. Selanjutnya ketika dewasa Tan Malaka memperoleh kesempatan lebih untuk menggali ilmu di luar negeri. Pada masa itu seperti Soekarno dan Hatta, Tan Malaka dapat meneruskan sekolah di Belanda. Seperti tokoh perjuangan kemerdekaan kebanyakan, pembelajaran disana tidak menjadikan Tan Malaka terlena dan membutakan matanya untuk tidak melawan kolonialis Belanda yang saat itu masih menjajah Indonesia.

Tan Malaka banyak belajar mengenai materialisme dialektika Karl Marx selama belajar di Belanda. Sehingga dapat dikatakan bahwa dia sangat menguasai teori-teori Karl Marx mengenai kelas sosial.


lanjutt nanti yaa!! mau kuliah dulu






Tidak ada komentar:

Posting Komentar